'Jangan sampai Kira tau, ini aib keluargaku. Aku nggak mau orang komplek tau kalau Bagas selingkuhin aku.'
Mita menbatin sendiri. Ia tak mau orang lain sampai mengetahui kebusukan Bagas selama ini. Cukup lama ia tak membalas perkataan tetangganya itu. Sebab dia tahu jika Kira salah satu tetangga yang selalu kepo tingkat dewa.
"Tadi Mbak nggak sengaja kena hujan pas mau beliin Marisa susu ke alfamart," kata Mita sembari mengelus kepala Marisa.
Dahi Kira berkerut kuat, tengah kebingungan, karena nyatanya Mita tak membawa barang belanjaannya. "Susu? Terus mana Mbak, matanya bengkak belum Mbak jelasin? Nggak mungkin kena sengat tawon Kan?" tanyanya dengan nada bercanda.
Mita terkekeh sesaat mendengar guyonan Kira' tetangga yang berumur lebih muda darinya itu.
"Nggak ada, Kira. Stok susunya habis kata karyawannya, kamu tau sendiri kan Marisa suka susu mi*o. Kalau masalah mata Mbak yang bengkak tadi nggak sengaja lihat pengemis di jalanan, mbak mikir mereka sama kayak mbak nggak punya orangtua lagi, jadinya nangis deh," kilah Mita dengan tersenyum tipis.
"Kirain kenapa. Ya udah Kira pulang dulu ya Mbak, oh ya hehe tadi Kira makan ayam geprek punyanya Bagas yang di atas meja, Mbak. Habisnya Mbak lama sih, makanya Kira makan," kata Kira dengan menampilkan wajah tak enak hati. Sebab sudah menghabiskan makanan yang katanya diperuntukkan untuk suami Mita.
"Nggak apa-apa lagian suamiku juga gak pulang kayaknya."
Kira nampak kebingungan. "Loh kok nggak pulang? Emangnya Bagas kemana toh mbak? Ini kan hari minggu masa istri sama anak dianggurin."
"Tadi dia chat Mbak katanya ada pekerjaan tambahan," kilah Mita seketika bayangan Bagas dan Nadia berhubungan badan tadi menari-nari dibenaknya lagi. Tanpa sadar Mita mengepalkan kedua tangannya namun secepat kilat ia bersikap tenang agar Kira tak kembali bertanya dengan perubahan raut wajahnya.
"Oh gitu toh, ya udah Kira pulang ya Mbak. Da da Marisa. Kakak pulang dulu ya." Tak lupa Kira mengecup gemes pipi bulat Marisa.
"Da, da, da, Kak Kira." Marisa melambaikan tangannya kepada Kira.
Selepas kepergian Kira. Mita mengajak Marisa ke ruang tengah. Marisa tampak kebingungan melihat mamanya tak seperti biasanya.
"Ma, papa nggak pulang hari ini?"
Mendapatkan pertanyaan dari Marisa. Seketika Mita memeluk erat tubuh sang anak. Marisa begitu terkejut saat tubuh Mamanya bergetar pelan.
"Ma.. Mama kenapa?" Marisa mengurai pelukan kemudian mengusap jejak tangis Mamanya.
"Nggak kenapa-kenapa sayang, Mama kangen sama Marisa. Sekarang Marisa ke kamar ya, Mama mau ganti baju dulu."
Marisa mengulum senyum kemudian mengangkat jari jempolnya. "Oke Ma bos! Hehe!"
*
*
*
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Selepas membaca dongeng pengantar tidur anaknya. Mita bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Mita terduduk lesu di tepi ranjang, memikirkan nasib pernikahannya, ingin sekali tadi Mita melabrak keduanya akan tetapi dia tak mau bertindak gegabah. Sebab dia tahu sendiri jika sedang marah akan melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya dan orang lain.
Masih terekam jelas dibenaknya suara des@han Bagas dan Nadia. Dadanya sesak mengapa Bagas begitu tega mengkhianati dirinya. Apa kurang dirinya? Padahal dia sudah berusaha menjadi istri yang baik dan selalu patuh menuruti perkataan Bagas.
Mita menarik nafas pelan, melihat pantulan dirinya di depan cermin. Mengamati dengan seksama wajah dan tubuhnya. Bayangan ketika ia dan Bagas berpacaran semasa SMA melintas dibenaknya seketika. Mita terisak pelan mencoba menerima kenyataan yang telah terjadi. Cukup lama ia memandangi dirinya sendiri di depan cermin. Setelah puas melihat-lihat, Mita memilih merebahkan dirinya di atas kasur.
Sekitar pukul sebelas malam terdengar bunyi pintu terbuka dari luar. Mita yang memang belum tertidur hanya melirik sekilas daun pintu. Meski dalam keadaan cahaya yang remang-remang. Mita dapat melihat dengan jelas apa yang dilakukan suaminya. Bagas masuk mengendap-endap ke dalam kamar. Saat ini suaminya itu tengah menyembunyikan sesuatu di dalam lemari pakaiannya.
'Pasti hp itu Bagas yang pake untuk nelepon Nadia? Suami edan. Jadi selama ini aku dibodohinya." Kali ini Mita tak mau lagi memanggil Bagas dengan sebutan 'Mas'.
Di ujung sana. Bagas menganti baju kerjanya lalu mulai menaiki tempat tidurnya. Begitu melihat Bagas hendak mengambil selimut. Secepat kilat tangan Mita menekan tombol lampu tidur di atas nakas.
"Baru pulang?" tanya Mita datar. Berusaha setenang mungkin.
Bagas sontak terkejut melihat Mita ternyata belum tertidur. "Eh sa-yang, aku pikir kamu sudah tidur," katanya sembari mengaruk kepalanya sesaat.
"Belum, sudah selesai kerjaannya?" Suara minta terdengar dingin membuat Bagas mengerutkan dahinya. Terlebih lagi tak ada kata Mas, ataupun sayang di setiap kalimat yang dilontarkan Mita barusan. Namun dia tak mau ambil pusing.
"Sudah dunk, nasabah suka ngerepotin sayang. Gara-gara mereka aku jadi susah bagi waktu untuk kamu sama Marisa. Minggu depan kita pergi ke pantai ya?"
Mita enggan menyahut hanya melayangkan tatapan datar tanpa ekspresi sekalipun. Membuat perasaan Bagas sangat tak karuan. Biasanya Mita akan berbicara panjang lebar tapi mengapa sekarang sikap Mita berbeda.
"Sayang kok diam? Minggu depan kita ke pantai ya?" tanyanya lagi.
"Iya," Mita menjawab singkat. Detik selanjutnya ia berkata,"Bagas, apa aku cantik?"
Bagas nampak kebingungan dengan pertanyaan yang dilontarkan Mita. "Tentu saja cantik." Ia menebarkan senyuman kemudian hendak menyentuh tangan Mita namun segera di tepis oleh istrinya.
"Hm kalau di suruh memilih aku atau Nadia yang lebih cantik?" tanya Mita membuat jantung Bagas berdetak cepat manakala nama Nadia di sebut Mita. Apalagi mendapat penolakan dari Mita barusan membuat Bagas semakin gusar.
"Kenapa kamu diam?" tanya Mita melihat Bagas tak langsung membalas pertanyannya.
"Jelas kamu yang paling cantik, sayang. Kok malah bandingin diri kamu sama Nadia. Dia kan teman kamu," kata Bagas.
"Hm, aku cuma penasaran aja. Soalnya aku tadi mimpiin kamu selingkuh sama Nadia." Mita memicingkan matanya ingin melihat reaksi Bagas.
"Haha, cuma mimpi kan sayang. Kamu ini ada-ada saja, buat Mas kaget tau, kirain ada apa. Nggak akan mungkin Mas selingkuh sama Nadia. Nadia itu gak sepadan sama kamu sayang."
"Walaupun hanya mimpi. Siapa tau saja mimpi itu bisa menjadi kenyataan."
Deg.
Untuk sesaat Bagas terpaku di tempat mendengar perkataan Mita. Setelah mengucap kalimat yang berhasil membuat Bagas terdiam, secepat kilat Mita membalik tubuhnya kemudian mematikan lampu kamar tidurnya.
Bagas masih bergeming, menatap punggung Mita yang membelakangi dirinya.
'Mita nggak mungkin tau kan kalau aku selingkuh sama Nadia? Lagian aku sama Nadia kan selalu bermain aman." Tak mau mengambil pusing Bagas segera melingkarkan tangannya ke perut Mita.
Mita melirik sekilas tangan kokoh yang melingkar sempurna ditubuhnya. Dahulu tangan itu selalu dia rindukan tapi sekarang yang ada rasa benci di relung hatinya kala Bagas tak jujur padanya. Tadi Mita sengaja melontarkan pertanyaan kepada Bagas ingin melihat respon suaminya.
Dada Mita nampak naik dan turun sedang menahan amarah di dalam hatinya. Banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Bagas tapi ia berusaha meredam semua itu karena ia yakin Bagas tak mau berkata jujur padanya.
Dalam kesunyian malam Mita memejamkan matanya. Sembari memikirkan apa yang harus dia lakukan dengan nasib pernikahan mereka. Setelah menimbang-nimbang Mita memutuskan ingin berpisah dengan Bagas namun sebelum dia mengungkap aksi perselingkuhan Bagas dan Nadia.
Mita berencana akan mengambil apa yang menjadi haknya saat ini. Rumah, yaps rumah ini. Dia ada andil dalam membeli rumah. Dia tak mau Nadia menikmati hasil jerih payahnya selama ini. Mita tengah mengatur strateginya agar rumah ini jatuh ke tangannya. Apalagi dia tak tahu sama sekali di mana Bagas menyimpan berkas-berkas sertifikat rumah.
'Maaf, aku mundur, Mas. Aku tak ingin dimadu.'
*
*
*
Pagi menyongsong. Bagas menggeliat sejenak kala sinar mentari menerpa wajahnya. Dia mengerutkan dahi mengapa tak dapat merasakan Mita berada di sampingnya. Dengan cepat ia membuka matanya. Kemudian menelisik keadaan di kamar yang nampak kosong.
"Kemana Mita?! Kok nggak bangunin aku! Kan aku mau kerja! Si@lan, ini mah bakalan telat aku!"
Bergegas Bagas membersihkan diri kemudian memakai pakaiannya. Ia sedikit kebingungan saat Mita tak menyiapkan pakaian kerjanya. Setelah selesai berpakaian Bagas keluar dari kamar. Lalu mencari istrinya di dapur.
"Mita! Kamu di mana?! Dasar istri nggak becus!"
"Apa?! Kamu bilang apa barusan?!" Mita menyembul di balik pintu belakang sembari membawa sebilah pisau dapur.
Bagas tergugu. Untuk pertama kalinya Mita berani melawannya padahal sebelum-belumnya jika di bentak Mita terdiam dan hanya bisa menangis saja.
Gleg! Gleg!
Bagas menelan ludah berulang kali melihat pisau bertengker di tangan Mita. Belum lagi pancaran Mita sangat menyeramkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
kok bisa g tau..kl aq maaf blas g percaya sm suami artinya u antisipasi saja. krn laki2 sangat mudah berubah haluan dan kl smpe wedokan bisa habis semua aset.beda kl yg menguasai istri insyaAllah aman..mkrke klwrga trtama anak
2023-09-01
0
fifid dwi ariani
trus sAbar
2023-07-22
0
Tri Soen
Yang sabar ya Mita jangan gegabah kamu harus atur strategi ...
2023-04-02
0