Merasa terhibur dengan kepedulian Kira. Mita terkekeh sejenak membaca pesan dari Kira. Kira juga mengatakan padanya agar tak menampakan kesedihannya di depan si pelakor dan harus memberikan Nadia perhitungan. Setelah saling membalas pesan singkat dengan Kira. Dini hari Mita baru bisa tertidur pulas. Tak sampai tiga jam dia berada di ruang mimpi. Terdengar pintu kamarnya terbuka lebar. Mita dapat melihat Bagas masuk perlahan ke dalam kamar lalu merebahkan diri di samping tubuhnya.
Waktu menunjukkan pukul lima pagi. Mita yang sudah terbiasa bangun pagi beranjak dari tempat tidur. Ia menatap datar wajah Bagas yang masih tertidur damai. Mita jenggah, merasa bodoh karena dipermainkan Bagas dan Nadia selama ini.
Setelah puas memandangi wajah Bagas. Mita memutuskan keluar dari kamar, kemudian melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Mita baru saja teringat jika Nadia masih berada di rumahnya. Bergegas Mita mengedor-edor pintu kamar Marisa.
"Nadia!" panggil Mita membuat Nadia yang masih berada di pulau mimpi, segera terbangun. Dengan langkah gontai Nadia membuka pintu kamar. Terkejut, melihat Mita menatapnya dengan tatapan tajam.
"Enak banget kamu ya, numpang tidur di rumah orang, tapi jam segini masih molor. Kamu cuci piring gih sana," kata Mita membuat Nadia berdecak kesal di dalam hati.
"Kamu dengar nggak? Kok malah diam?" Mita menahan sabar melihat Nadia tak langsung membalas ucapannya.
'Ish, awas aja kamu Mita, kalau Bagas uda jadi milik aku! Kamu bakal aku tendang dari rumah ini!'
"Tapi Mit. Kuku-kuku aku nanti rusak," protes Nadia dengan mengerucutkan bibirnya.
"Kalau kamu nggak mau cuci piring, lebih baik kamu keluar dari rumah ini."
Nadia bimbang. Sungguh ia tak mau kuku-kuku cantiknya rusak karena mencuci piring. Selama berada di apartment ia juga jarang membersihkan piring karena dia selalu makan di luar ataupun memesan makanan melalui aplikasi.
"Hm, aku cari hotel aja deh Mit. Soalnya kuku aku ini baru di pedicure kemarin, sayang banget, entar rusak."
Mita mendengus. "Kenapa nggak dari kemarin aja kamu nginap di hotel, terserah, ora urus aku. Mau kuku kamu rusak atau nggak, aku nggak peduli."
'Mita kenapa sih?! Kok berubah sikapnya ke aku? Apa kerasukan sama bocah yang kemarin main ke sini.'
Nadia mendesah kasar kala mendapatkan perlakuan tak baik dari Mita. Ingin sekali dia menjambak rambut Mita dan menamparnya tapi melihat kedatangan Bagas. Nadia mengurungkan niatnya. Bagas yang tak sengaja mendengar perbincangan Mita dan Nadia mengerutkan dahinya. Semula ia ingin membela nadia. Tapi ketika melihat sorot mata dan aura yang menguar dari tubuh Mita, Bagas tak jadi membela Nadia, memilih diam, dia malas berdebat.
Selepas kepergian Nadia dari rumah. Mita melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Tepat pukul sembilan pagi Mita dan Kira pergi bersama ke rumah mertuanya ingin mencari sertikat rumah. Beruntung sekali, hari ini Kira off kerja. Mita sangat senang karena Kira mau menemaninya.
Sesampainya di rumah mertua, Mita menyalim tangan Mama Bagas dengan takzim kemudian masuk ke ruang tamu bersama Kira.
"Loh Mita tumben kamu ke sini?" tanya Mama Bagas dengan tersenyum sinis. Saat ini ketiganya duduk di sofa saling duduk berhadapan.
Melihat raut wajah mertua Mita, Kira mengerutkan dahinya. Sedangkan Mita menanggapi pertanyaan mertuanya dengan tersenyum tipis.
"Iya, Ma. Mumpung Marisa belum pulang sekolah dan di jemput sama Bagas," jelas Mita dengan senyuman yang tak pernah hilang dari wajahnya sedari tadi. Ia tahu Mama Bagas tak menyukai dirinya selama ini. Mita pun tak tahu apa yang membuat Mama Bagas tak menyukainya.
"Hm, ada keperluan apa kamu ke sini?" tanya sang mertua dengan menyilangkan kaki.
"Maaf, sebelumnya Mita mau tanya, Mama tahu nggak sertifikat rumah Bagas di mana?" tanyanya dengan hati-hati.
Satu alis Mama Bagas terangkat sedikit."Lah, kok kamu malah nanya ke Mama! Kamu tanya aja langsung ke Bagas, aneh deh, kan kamu istrinya! Lagian kamu ngapain sih nanyain sertifikat rumah?" tanyanya seraya memicingkan mata.
"Aduh, tante tinggal jawab aja napa dah, tahu nggak di mana sertifikat rumahnya, kalau nggak tahu' ya udah." Sedari tadi Kira mendengarkan seksama obrolan Mita dan Mama Bagas akan tetapi dia tak bisa menahan sabar saat Mama Bagas malah menatap Mita dengan tatapan hina. Kira menebak jikalau hubungan Mita dan Mama Bagas tak baik.
"Eh, kamu siapa?! Kok malah ikut campur, anak kemarin sore, diam aja kamu!" Mama Bagas mulai tersulut emosi melihat Kira, wanita yang di ajak Mita bertandang ke rumahnya bersikap tidak sopan padanya.
Bersambung.....
Stay safe untuk kita semua 🤒
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-07-22
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
hadeuuuh Kiraaaaa .... emosian kalik kau ... 😁😁😁
2023-01-20
1
Lihayati Khoirul
kalau dr dulu gak suka mestinya jangan tanya ke orang tuanya.
thoer tolong gampangin carinya.
jangan di buat berbelit belut.
si pelakor aja gayanya takut kukunya yg jelek lah . bikin sertifikat dimana kek biar gak ruwet alias ribet
2022-11-14
1