Mita menutup pintu kamar Marisa dengan kuat. Seketika buliran air jatuh perlahan dipelupuk matanya. Membayangkan mimpi-mimpinya merajut kasih bersama Bagas hingga tua nanti telah sirna dalam sekejap mata.
Mita menyenderkan kepalanya di pintu berukiran kayu itu, satu tangannya terulur memegang dadanya yang berdenyut nyeri sekarang. Mita tahu, jelas sangat tahu di dalam agamanya pria diperbolehkan untuk berpoligami. Tapi ia bukan lah wanita yang bisa membagi suami bersama wanita lainnya.
Mita teringat janji yang terlontar dari bibir Bagas kala itu mengatakan padanya bahwa dia akan setia selamanya. Dan akan tetap terus bersama hingga ajal menjemput mereka, tapi sekarang nyatanya ucapan Bagas hanya lah angin lalu saja.
"Sayang, aku janji nggak akan berselingkuh, kamu temani aku ya, sampai kita bersama-sama menutup mata," ucap Bagas kala itu dengan mengecup lembut keningnya.
Mita mengusap cepat jejak tangisnya, kemudian menolehkan matanya ke arah Marisa yang masih tertidur pulas di tempat peraduan. Ia berjalan perlahan mendekati anaknya. Duduk di tepi ranjang, lalu mengusap pelan kepala Marisa. Sepasang bola mata hitam legam itu menatap anaknya dengan seksama. Saat ini Marisa adalah sumber kekuatan Mita. Setelah mendapatkan sertifikat rumah ia berencana akan memulai hidup baru bersama putri semata wayangnya itu.
Merasakan sentuhan di kepala. Marisa melenguh sejenak, kemudian membuka pelan kelopak matanya, melihat Mamanya menatap dirinya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Mama..." panggil Marisa lirih.
"Iya, Nak."
"Kok Mama nangis? Papa bentak Mama lagi ya? Hoam..." kata Marisa dengan menguap lebar.
Mita tersenyum simpul, lalu berkata,"Nggak kok sayang, mata Mama kena debu tadi.
Marisa nampak mangut-mangut seraya menguap berkali-kali.
*
*
*
Setelah selesai mengadu pada Sang pencipta. Mita merasa tenang dan tak gelisah lagi. Selepas mandi Mita phn mengajak Marisa makan di ruang makan. Ia menatap datar Bagas dan Nadia secara bergantian yang sedang duduk bersama di meja makan sambil menyantap makanan yang sudah ia masak tadi siang.
"Hai, Mita. Masakanmu enak banget, nggak pernah berubah loh dari dulu," kata Nadia melihat Mita dan Marisa duduk di kursi.
Mita membalas dengan tersenyum tipis.
"Mita, nanti malam kita tidur satu kamar ya, biarin Nadia tidur di kamar Marisa," ucap Bagas seraya melirik Nadia yang tengah menyendok makanannya.
Mita tak mengubris perkataan Bagas. Memilih menyibukkan diri mengambilkan Marisa makanan.
"Mita, kamu dengar aku nggak?" tanya Bagas lagi ketika Mita malah mengacuhkan dirinya. Mita mengangguk tanpa menatap lawan bicaranya.
Setelah menyelesaikan makan malamnya. Mita, Bagas, dan Marisa menonton televisi di ruang keluarga. Sedangkan Nadia berada di kamar Marisa tengah mengamati ruangan kamar dengan seksama seraya melompat-lompat.
"Sebentar lagi, rumah ini bakalan jadi milik aku! Si Mita bodoh banget ya! Kagak tahu suaminya selingkuh sama aku, hahaha!" Seketika Nadia menutup mulutnya saat mendengar tawanya yang lumayan nyaring. Ia melirik daun pintu sekilas.
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Di sebuah kamar yang lumayan besar terdengar suara dua orang insan manusia saling berbicara pelan. Keduanya saat ini tengah menatap satu sama lain di atas kasur dengan berpelukkan mesra.
"Bagas, kamu kapan nikahin aku?" tanya Nadia dengan suara manjanya.
"Sabar, Nadia. Tunggu waktu yang tepat," jawab Bagas seraya menyelipkan rambut Nadia ke telinga.
"Ish, kamu cinta nggak sih sama aku?!"
"Tentu saja, aku cinta sama kamu,' kata Bagas dengan mengecup sekilas bibir Nadia yang nampak menggemaskan dimatanya. Mendengar hal itu Nadia tersenyum lebar.
"Bagas, kamu masih cinta sama Mita?" tanyanya tiba-tiba.
"Kenapa kamu tanyain? Aku juga masih cinta sama Mita, apalagi dia sudah menemani aku dari nol, Nadia, Nenek aku juga sayang banget sama Mita," kata Bagas membuat Nadia melebarkan matanya seketika.
"Jadi kamu masih cinta sama Mita?!" murka Nadia.
Bagas tergugu, bingung menjelaskan kepada Nadia mengenai perasaannya saat ini. Jujur, dia masih sangat mencintai Mita karena Mita adalah pacar pertama sekaligus cinta pertamanya. Mita lah yang menemani dirinya dari nol hingga sekarang. Namun karena merasa bosan dengan penampilan Mita, yang semakin hari semakin buruk di matanya. Bagas pun berpaling dari Mita dan tanpa sengaja jatuh cinta kepada Nadia' sahabat Mita. Menurut Bagas, Nadia memiliki daya tarik tersendiri. Nadia pula bisa memuaskannya di atas ranjang berbeda dengan Mita yang terkesan monoton dalam bercinta.
"Bagas!" pekik Nadia.
"Shftt! Diam Nadia, nanti Mita sama Marisa bangun." Bagas segera menutup mulut Nadia saat mendengar Nadia berteriak cukup nyaring. Detik selanjutnya ia menurunkan tangannya.
"Nadia, tenang lah, aku akan menikahi mu nanti, kalian berdua mempunyai tempat di hati aku," kata Bagas membuat emosi Nadia mulai mereda.
"Kamu janji bakalan nikahin aku?" tanya Nadia dengan semangat.
Bagas mengangguk seraya tersenyum. "Sekarang, kamu puasin aku ya, ingat suara kamu di kecilin bisa berabe entar ketahuan Mita, apalagi tetangga sebelah kamarnya dekat sama kamar Marisa." Ia memperingati membuat Nadia mengangguk cepat.
Dalam hitungan detik. Suara er@ngan dan des@han memenuhi ruangan kamar Marisa. Sesekali Bagas menyumpal mulut Nadia dengan menciumnya agar tak bersuara namun entah sengaja atau tidak. Nadia malah mendes@h lebih kuat dan nyaring membuat Bagas ketar-ketir. Tak mau membangunkan Mita, Bagas hendak menyudahi permainannya dengan menggoyangkan pinggulnya lebih cepat.
"A**h, ah*h*ah lebih cepat..." ucap Nadia dengan mengigit bibir bawahnya.
Sementara itu. Di kamar sebelah Mita menutup kedua telinga Marisa agar tak terbangun dari tidurnya. Dada Mita bergemuruh kuat mendengar suara des@han Nadia bergema di telinganya. Sedari tadi Mita tak tidur sama sekali. Sewaktu Bagas di dalam kamar, ia berpura-pura tidur ingin melihat apa yang diperbuat Bagas.
Benar feelingnya, Bagas malah mengendap-endap keluar kamar. Mita masa bodoh, hatinya sudah terlanjur kecewa. Namun ia tak sanggup ketika mendengar suara percintaan suami dan sahabatnya itu mengalun-alun di telinganya. Ingin sekali dia melabrak Bagas dan Nadia saat ini, tapi mengingat sertifikat rumah belum ketemu ia mengurungkan niatnya. Besok, ia akan pergi ke rumah Mama mertuanya ingin bertanya di mana sertifikat rumah itu berada. Mita yakin sekali jika Mama mertuanya mengetahui di mana dokumen penting itu di simpan Bagas.
"Kalian bukan manusia," desis Mita dengan nafas yang memburu.
Terdengar bunyi pesan di aplikasi whats@p di ponsel Mita. Dengan cepat Mita menyambar benda mini itu.
Mbak, Kira denger semuanya. Mbak yang kuat ya, besok Kira bantuin cari sertifikat rumah. Kira boleh kagak sih siram nenek lampir pakai air keras?!
Bersambung....
Hai, guys. Maaf hari ini bisanya hanya satu bab dulu, author lagi sakit 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Erlinda
aq pikir si Mita cewek hebat dan pintar ternyata bodoh nya luar biasa pantas aja dia dikhianati oleh teman dan suami nya sinetron ikan terbang lagi nih
2023-09-27
0
Masiah Cia
koq Mita bodoh membiarkan rumahnya di tempati berzinah
2023-09-01
0
Hartaty
astaghfirullah, mestinya direkam tuh biar ada bukti
2023-08-18
0