Mita segera mengajak Marisa untuk mengambil tasnya di dalam kamar. Meninggalkan Bagas seorang diri di dapur.
"Mama dan Papa kok teriak-teriak. Marisa nggak suka!" Marisa menyampaikan kekesalan seraya menampilkan mimik muka marah.
Melihat wajah anaknya yang ekspresif. Mita hanya bisa membelai rambut Marisa dan menjawil gemes hidungnya. Sungguh Mita tak bermaksud menampilkan pertikaiannya dan Bagas di depan Marisa. Akan tetapi karena tersulut emosi, Mita tak mampu mengontrol diri.
"Maafin Mama dan Papa ya sayang, lain kali Mama dan Papa nggak teriak-teriak lagi," kata Mita dengan tidak enak hati.
"Oke, Mama janji ya, Marisa sedih tau kalau Mama' Papa ribut-ribut. Marisa nggak mau, Mama Papa kayak teman Marisa yang katanya suka berantem di rumah." Marisa melipat tangannya di dada.
Deg.
Seketika perasaan bersalah merasuk ke relung hati Mita. Untuk sesaat ia terpaku di tempat memikirkan bagaimana respon Marisa ketika ia dewasa nanti jika tahu kedua orangtuanya tak bersama lagi. Mita berharap Marisa dapat mengerti keadaannya. Ia akan mengantisipasi semuanya dengan memberitahu Marisa pelan-pelan nantinya.
"Mama, kok diam? Motor Papa ngoing, ngoing terus itu, ayo nanti Marisa telat loh!" Marisa memegang pipi Mita seraya menatap lekat sang ibu.
Mita menggeleng kala menyadari suara klakson motor Bagas berdengung di depan sana. Bergegas dia menautkan tas ransel Marisa, kemudian keluar dari kamar menuju teras rumah.
"Lama banget! Begini yang katanya mau kerja! Aku jamin nggak akan ada orang yang nerima kamu!" kata Bagas ketika melihat Mita dan Marisa menyembul dari pintu utama.
Mendengar perkataan Papanya, Marisa berkata,"Papa jangan kasar-kasar sama Mama. Marisa nggak suka tau! Apa Papa mau Marisa pukul?" Marisa menampilkan wajah cemberut.
Bagas tergugu, untuk pertama kalinya mendengar perkataan Marisa yang seperti orang dewasa. Sementara itu, Mita begitu terkejut dengan sikap Marisa yang seperti pembelanya.
"Hehe, Papa cuma bercanda sayang, ayo kita berangkat ke sekolah, nanti Marisa telat loh."
Mendengar hal itu, Marisa bergegas naik ke atas motor, kemudian menyalim dengan takzim tangan Mamanya.
"Mama, Marisa pergi dulu ya, da, da, da!" Tak lupa Marisa melambaikan tangan kepada Marisa.
Bagas semakin aneh dengan sikap Mita yang tak menyalim dirinya seperti biasa-biasanya. Secepat kilat ia mengendarai motor kantoran keluar dari pelataran rumahnya, meninggalkan Mita di depan teras yang terpaku di tempat.
'Maafin, Mama ya Marisa. Mama udah nggak mau hidup bersama Papamu yang sudah menghancurkan hati Mama.'
Mita bermonolog di dalam hati seraya menatap kepergian Bagas dan Marisa. Setelah motor Bagas tak nampak lagi, Mita bergegas masuk ke dalam rumah.
Hari ini Mita berencana mencari sertifikat tanah. Dengan cepat ia menelisik furniture diruangan kamar, seperti lemari pakaian, lemari buffet, meja rias.
Dua puluh menit berlalu Mita masih melihat-lihat isi laci meja. Dia begitu frustrasi kala tak mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Dimana Bagas menyimpannya?!" Mita mengacak-acak rambutnya sesaat.
Dering ponsel di atas meja riasnya menghentikan pergerakkan Mita. Secepat kilat ia memeriksa ponselnya. Mita melebarkan matanya, membaca pesan dari Nadia yang menanyakan kegiataan nanti siang. Alih-alih membalas pesan singkatnya. Mita malah menghapus kontak Nadia. Sebab sekarang dia sudah tahu apa alasan Nadia mengiriminya pesan. Yaps, Nadia hanya ingin mengetahui keberadaan Mita agar Nadia bisa lebih leluasa bertemu Bagas.
***
Waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Sedari tadi Mita melanjutkan mencari berkas-berkas penting. Ia sempat putus asa karena tak menemukan sertifikat tersebut. Tak mau terlalu berlarut-larut Mita masak untuk Marisa makan siang nanti.
Alarm di handphonenya berdengung. Dengan cepat ia mengambil benda pipih itu, melihat GPS milik Bagas berada di sebuah Mall. Sewaktu pagi tadi, Mita menyadap ponsel Bagas. Ia tersenyum sinis yakin jika suaminya tengah bersama Nadia sekarang.
Mengetahui Bagas dan Nadia berada di Mall. Mita bergegas memasak, kemudian pergi ke Mall hendak menemui sahabat dan suaminya itu.
"Nadia, Bagas, kenapa kalian ada di sini?" tanya Mita setenang mungkin walau dadanya bergemuruh kuat saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
salut dengan kesabaran Mita
2023-08-14
0
fifid dwi ariani
trusssabar
2023-07-22
0
Tri Soen
Serapat-rapat nya nyembunyiin bangkai lama2 pasti kecium juga ...
2023-04-02
2