16:50
Senja kemerah-merahan menghiasi hunian mewah yang berdiri kokoh di wilayah hutan jauh dari pemukiman. Memperlihatkan bagian samping kanan yang penuh dengan perkebunan dan juga kuda peliharaan.
Namun, bukan itu yang menjadi titik utama tulisan ini mengarah. Seorang gadis yang tengah duduk beralaskan sajadah merah setelah selesai dari kegiatan wajibnya, yang berupa sholat.
Ia menengadahkan kedua tangannya meminta doa serta ridho dari sang maha kuasa untuk memberikan ke ikhlas dalam menerima statusnya saat ini.
"Aku selalu berdoa kepadamu untuk memberikanku calon suami yang memiliki perangai sebaik kak Alham dan ber- ilmu seperti Abi. Tidak pernah kubayangkan engkau memberikanku suami jauh dari yang angan-angan. Namun aku berusaha ikhlas atas apa yang engkau berikan"
"Untuk kali ini, aku tidak akan meminta banyak kepadamu. Cukup berikanlah keikhlasan serta keluarga yang patuh menjalankan syariat mu"
"Aminn"
Setelah berdoa Subha mengusapkan telapak tangan tersebut ke seluruh wajahnya. Kini pandangan Subha berganti kearah jam weker yang ada diatas nakas.Jam menunjukkan pukul 16:50, dan itu membuat Subha memikirkan kewajiban Ead. Apa suaminya itu sudah sholat?
Dari jam 3 sore Subha menunggu dengan duduk diatas sajadah, melakukan segala kegiatan untuk mengisi waktu menunggunya. Ia menunggu Ead untuk menjadi imam dalam sholat pertamanya setelah menjadi seorang istri. Seperti kebanyakan rakyat Kazakhstan.
Namun, jangankan untuk menjadi imam, berduaan seperti kebanyakan para pengantin baru saja Ead tidak bisa. Ia lebih memilih keluar mengerjakan pekerjaan yang tidak penting.
Bagaimanapun, itulah Ead!. Pria yang sudah menjadi imam Subha serta pemimpinnya.
_______
Tuuuuuuutt
Lengkingan kereta api berjalan itu terdengar melengking menusuk ke telinga. Namun semua itu tidak menghalangi satu pasukan yang tengah membidik mangsa dengan senapan yang mereka punya.
Salah satu pria yang duduk sembari menyaksikan tingkah laku Ead di depan kamera itu, kini memberi aba-aba. Para pasukan segera mengatur formasi untuk menembaki kearah mereka.
"Ready?"
"Yess"
One
Two
Three
Dorr
Satu peluru berhasil menembus pintu, maka pintu gerbong sebagai penghubung itu langsung roboh menampakan wajah seram Ead tertuju kearah mereka.
Tidak mau kalah start, para penembak tersebut menghujani Ead beserta kawannya dengan puluhan tembakan, mengikuti kemana arah Ead dan kawannya melangkah.
Teriak penumpang berlarian saat beberapa peluru tersebut meleset hampir mengenai anggota tubuhnya. "AARRRKKK"
Karena penyerangan secara mendadak ini, membuat kedua pria yang Ead tangkap akhirnya melarikan diri. Dari itu Ead tahu jika kedatangannya sudah mereka rencanakan. Mereka hanya ingin memancing Ead untuk datang dan menghabisi dirinya.
Ead melihat kedua pria itu memasuki gerbong C. Rasa ingin mengejarnya bergemuruh namun tertahan saat peluru itu kembali menghujaninya.
"Ead, tidak masalah jika anda ingin mengejarnya. Sepertinya mereka ada hubungannya dengan hilangnya adikmu."
"Kelabui mereka sementara aku mengejar dua pria itu"
Ead menepuk bahu Roy sekilas lalu berlari mengejar dua pria yang menjadi sasarannya. Sementara itu para pasukan penembak masih membidikkan senjatanya kearah Ead yang berlari menjauh namun Roy beserta Louis menghalangi mereka.
Ead berhasil menerobos masuk ke gerbong C, mengikuti kemana dua pria itu berlari. Mereka langsung disambut meriah oleh para penumpang yang ketakutan saat melihat mereka kejar-kejaran.
Bugh
Kaki kekar Ead menghantam punggung pria gemuk yang tidak mampu berlari dengan cepat, hingga tubuhnya langsung membentur permukaan bawah kereta. Dengan segera Ead mencengkeram kerah belakang pria gemuk itu serta membalikan tubuhnya menghadap wajah mengurat miliknya.
"Siapa Tuan mu?"
Bugh
Kepalan panas Ead mendarat kasar di ujung bibir pria itu hingga meluruhkan aliran darah yang nyata. Kembali, Ead hendak memukul wajah pria itu namun kedua tangannya ditangkis dan...
Bugh
Tepat diarea dada Ead ditendang. Tubuhnya kelimpungan menahan tendangan kuat tersebut, namun bukan Ead namanya jika selemah itu.
Melihat itu mereka memiliki kesempatan untuk melarikan diri ke gerbong selanjutnya. Dengan gesit nya Ead kembali mengikuti mereka.
Sementara itu di tempat Roy dan Louis, sejauh mana kedua pria kepercayaan Dominic melakukan pekerjaan?
Kedua pria kepercayaan Ead menggiring pasukan penembak menjauhi gerbong C, tempat dimana terdapat Ead yang melakukan serangan.
Seluruh gerbong kereta hanya dipenuhi dengan gemuruh tembakan dan teriakan para penumpang. Bersyukurlah Louis dan Roy tidak pernah memberi kesempatan pasukan penembak menjadikan penumpang sebagai korban.
Para pasukan penembak terus menghujani Louis dan Roy, tak sekali dua kali keduanya menghindar dari mereka bahkan beberapa penumpang hampir menjadi korban keganasan mereka. Mereka seperti seorang yang buta, tanpa melihat siapa targetnya. Hujaman peluru tetap ada.
Dan kedua pria itu tetap menghindar dan bersembunyi tanpa mau membalas mereka. Keduanya tengah bersembunyi dibalik kursi, karena banyak sekali penumpang yang berlarian untuk berganti gerbong. Hal itu menjadi kesempatan Louis dan Roy untuk bersembunyi.
"Berapa kapasitas sniper itu? Kenapa peluru mereka tidak habis-habis?" Tanya Roy kepada Louis yang ada disebelahnya.
"SPR-2 berkaliber 12,7 mm x 99 mm, mampu menjangkau target dalam jarak lebih dari 2 km. kapasitas peluru antara 5-10 butir."
"Wahhh, kau hafal jenis senjata seperti itu?" Tanya Roy terkagum-kagum.
"Senapan itu sering digunakan di beberapa negara, karena senapan ini ditakuti. Justru sniper inilah yang sering digunakan oleh para Mafia untuk melumpuhkan lawannya"
"Oh iya? Kenapa aku bodoh sekali"
"Kau baru sadar ya..."
Balas Louis dengan pengakuan jujurnya. Roy hanya melirik kesal, rasa ingin membogem wajah datar Louis sangat tinggi. Beruntunglah situasi ini mengalihkan amarah Roy.
Kembali ke Ead.
Tidak mereka sadari jika pelariannya sudah sampai di ujung gerbong depan. Gerbong utama. Seorang masinis pengemudi kereta ini menjadi gelagapan menghindar dari pertengkaran mereka.
Nafas kedua pria itu semakin memburu lelah, menghadapi pria kekar tanpa memiliki rasa jera sama sekali. Padahal sudah lama rasanya mereka menghindar dari Ead, namun pria ini masih juga mengejarnya.
"Kenapa kau memancing emosiku? Cukup katakan siapa Tuan mu. Lagi pula kau mengatakannya atau tidak, mereka akan membunuhmu selagi tugasmu sudah selesai" tutur Ead dengan wajah bengisnya.
Salah satu pria yang berada diambang pintu itu menjawab dengan pernafasan yang tidak teratur, "Dari pada aku memberitahumu, lebih baik aku mati"
Brakkk
"NOOO" teriak Ead saat melihat pria kurus itu melompat dari kereta hingga hancur tidak diketahui bentuknya.
"Kami orang setia. Mau mereka membutuhkan kita atau tidak, kita lebih baik mati sebelum menjadi penghianat"
"Jangan lakukan itu" Ead segera menahan pria gemuk itu sebelum memutuskan untuk menyusul rekannya. Terlalu dini, bahkan ia belum mendapatkan apa-apa.
"Bagaimana jika kita bernegosiasi?" tawar Ead kepadanya.
"Aku tidak Sudi bernegosiasi denganmu" tolaknya berjalan mundur kearah pintu keluar, membuat Ead semakin cemas dengan keputusan pria ini.
"Pikirkan keluargaku"
"Mereka sudah aman"
"Really" spontan Ead menjawab lalu berdecih akan jawaban bodoh dari pria gemuk didepannya. "Saat kau mati nantinya, keluargamu akan menjadi pengganti dirimu. Istrimu akan menjadi wanita pemuas nafsu mereka, sementara anakmu akan meneruskan tugasmu yang belum selesai. Kau bilang aman? Aku mengatakan itu karena aku seorang pemimpin Mafia"
"Siapa bilang aku bekerja dengan seorang Mafia?" sangkal pria itu.
"Kata 'Aman' membuktikan jika kau bekerja dengan seseorang di dunia gelap. Kata itu tidak akan kau sertakan jika hanya bekerja dengan orang biasa, hanya dengan Mafia saja kata itu bisa kau ucapkan" tutur Ead dengan penuh percaya diri.
"Kau tidak akan selamat"
"Kau yang tidak selamat" potong Ead menampakan ringaian menakutkan. "Baik dirimu ataupun keluargamu"
Pandangan pria itu menuju kebawah, memberikan tanda jika ia sedang berpikir. Melihat itu Ead segera mengulurkan tangannya.
"Mari bernegosiasi. Ku jamin keselamatan keluargamu terpenuhi... "
Pria gemuk itu belum mau menjabat tangan Ead, pikirannya masih melayang antara menerima dan menolak. Memikirkan bentuk kesetiaannya.
Akhirnya setelah lama membuat lengan Ead pegal, pria itupun akhirnya mau menjabat tangannya. "Aku setuju"
Memang, sesetia apapun seorang bawahan kepada atasannya, tetap kalah dengan status hubungan keluarga.
Pria gemuk tersebut larut akan keputusannya, sementara Ead harus segera melakukan rencana selanjutnya.
Srett
Krekk
Seketika pria gemuk tersebut tidak sadarkan diri kala Ead memelintir tangannya kebelakang dan kepala pria itu ia tarik kesamping. Mengejutkan syaraf-syaraf yang langsung berhubungan dengan otak.
"Beraninya bermain denganku"
"Inilah seorang Dominic" puji pria yang baru datang setelah Ead berhasil melumpuhkan lawannya.
...To be continued...
...Tidak bermaksud menghina atau menjelekan pihak manapun, dimohon kerjasamanya....
...Jangan lupa vote......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Ruk Mini
licik kau bank
2024-03-17
0