Sebelumnya...
Plak
Lagi-lagi telapak tangan wanita itu mendarat di pipi Subha saat ia enggan untuk mengikuti perintahnya.
"Ayo ikut"
"Tolong aku sungguh-sungguh tidak mau"
Subha terus saja menolak ajakan Ruksa namun ia malah mencengkeram lengan terbukanya, membawanya keluar dari kamar ini supaya mereka dapat melihat tubuh terbuka Subha.
Tubuh Subha meronta-ronta memukuli tangan Ruksa yang enggan melepas. Ia sungguh tidak mau apalagi pakaian yang ia kenakan terlihat lebih terbuka dari sebelumnya.
Karena wanita ini engan melepaskan Subha, maka tidak ada cara lain yaitu menggigit lengan Ruksa hingga berdarah.
Aaarkk
Ruksa menjerit sekencang-kencangnya serta menghempas-hempaskan tangannya ke udara sampai Subha melepas gigitannya.
"Dasar gadis nakal..."
Srett
Kepala Subha mengadah melihat langit-langit atap bangunan saat rambutnya tertarik kebawah.
Ruksa masih menarik rambut Subha sampai kedepan dua orang pria dan wanita yang sedang bercengkrama, lalu mendorongnya.
Prang
Tubuh molek Subha membentur obor besar hingga menumpahkan laharnya, bersyukur itu tidak menumpahi tubuhnya.
“Ruksa apa yang kau lakukan kepada Velen? “ bentak Diran memukul Ruksa habis-habisan karena lancang melukai Subha tanpa seizin darinya.
Subha terus saja menangis sambil memegangi kedua lengan nya. Bukan karena luka, tapi ia merasa amat sangat ternoda dengan tubuhnya yang sudah dilihat oleh pria yang berdiri dihadapannya.
Ead menatap lekat tubuh gadis ringkih yang berada tidak jauh darinya, hingga tubuhnya menurun pelan mensejajarkan posisinya dengan Subha.
Wajah yang penuh tangis air mata serta luka di setiap incinya membuat Ead merasa miris. Ia masih ingat betul wajah cantik serta keberanian yang Subha perlihatkan di Masjid Nursultan waktu itu, namun saat ini semuanya telah sirna.
"Bagaimana bisa kau ada disini? Kau tidak pantas berada ditempat kotor ini"
"Anda juga tidak pantas melihat tubuh wanita yang bukan muhrim."
Jawab Subha tidak berani melihat wajah mengerikan dari pria itu terlebih selain Alham dan Abi, tidak ada pria yang pernah berbicara dengan Subha sedekat ini.
"Lalu dengan cara apa aku bisa melihatnya?"
Subha tidak menjawab pertanyaan Ead saat pria itu terus memperhatikan dirinya. Sementara Diran menarik kembali lengan Subha, seakan mereka tidak pernah puas menyiksa dirinya.
“Tolonglah bibi, jangan lakukan ini, aku benar-benar sangat malu dengan diriku sendiri” Subha menyatukan kedua telapak tangannya membentuk perilaku memohon.
“Jika kau menurut maka kami tidak akan menyakitimu”
“Sungguh, aku tidak pernah memperlihatkan wajah apalagi tubuhku kepada pria manapun, bahkan dalam agama kami seorang wanita tidak diperbolehkan menampakan tubuhnya didepan pria yang bukan muhrim, lain halnya jika pria itu telah menikahinya”
Penuturan yang Subha ucapkan malah menambah rasa kesal dari Diran terhadap Subha. Apalagi mengenai agama yang Diran sendiri tidak pernah suka.
“Kau berani mengajariku? Kurang ajar...”
Dorr
Bluss
Satu wanita panggilan telah tumbang dengan lubang di dada bagian kanan, seketika itu suasana menjadi hening bahkan Diran yang tadinya hendak memukul Subha harus terhenti untuk menyaksikan kemarahan sang dominan.
"Diran Ayel Lesi, aku datang kemari dengan harapan beban ku hilang namun kau malah menambah beban ku?"
"Tuan... Maafkan aku tapi sepertinya gadis ini melakukan kesalahan, dia---"
"Louis"
Potong Ead memanggil pengikutnya yang berjaga di luar, membuat Louis bergegas memasuki ruangan.
Sebelum Louis datang Ead sudah lebih dulu melepas kemejanya untuk dipakaikan ke tubuh Subha yang terbuka. "Apa lagi yang tidak boleh pria lihat?"
"Ra-rambutku." Jawab Subha dengan nada lirih serta kepala menunduk tidak berani menengadah.
"Dimana penutup kepalanya?"
Nada suara Ead menyentak membuat para manusia disana gelagapan mencari kain yang panjang untuk diserahkan kepada Ead. Sementara itu tubuh kekar Ead masih menghalangi wajah Subha dari Louis hingga hanya Ead saja yang dapat melihat.
Ruksa segera memberikan kain hitam panjang seperti pashmina itu dan Ead segera meraihnya.
"Pakailah, aku tidak tahu cara memakaikan nya."
'Aku juga tidak ada niatan untuk membiarkan kau memakaikan jilbab untukku. Lagi pula kau itu juga tidak boleh melihatku seperti ini,' jawab Subha dalam hati seraya tangan sibuk menata hijabnya.
Sekarang Subha sudah merasa agak nyaman walaupun wajahnya masih terbuka, setidaknya tubuhnya sudah tertutup oleh jas serta hijab yang pria ini berikan.
"Terimakasih" ujar Subha masih saja menunduk karena belum terbiasa dengan menelanjangkan wajahnya.
"Hm" Ead mengangguk lalu menepuk bahu Louis. "Louis, nikahkan kami berdua"
Deg
Tutur kata santai dari Ead mampu membuat kepala Subha yang tadinya menunduk seketika mengadah dengan raut wajah terkejut, bahkan seluruh orang yang mendengar juga ikut terkejut.
"Maaf... Apa, menikah?"
Ead membalikan tubuhnya melihat Subha, seketika itu Subha kembali menunduk. "Iya, menikah... Aku dan kau"
"Aku merasa berterimakasih karena kau sudah membantu diriku tapi, menikah? Maaf sepertinya kau salah orang"
"Aku hanya melakukan apa yang kau ucapkan. Kau bilang jika 'Seorang wanita tidak diperbolehkan menampakan tubuhnya didepan pria yang bukan suaminya'. Aku sudah terlanjur melihat tubuh serta rambut mu jadi aku akan bertanggung jawab dengan menikahimu" tutur Ead panjang lebar untuk membuat Subha paham.
"Tap---"
"Jadi kau tidak ingin menjadi istriku? Kau bisa keluar dari tempat ini jika menikah denganku." Bisik Ead di kalimat terakhir supaya tidak didengar oleh banyak orang.
Kepala Subha masih menunduk memikirkan ucapan yang Ead lontarkan. Dilain sisi Subha ingin keluar dari tempat ini tapi ia juga tidak bisa mempermainkan pernikahan seperti ini.
Sebenarnya Ead bisa mengeluarkan Subha tanpa aliansi pernikahan, namun sangat disayangkan jika gadis seperti Subha lepas begitu saja.
"Menikah dan keluar atau tetap tinggal"
"Aku tidak bisa mempermainkan pernikahan."
"Mempermainkan pernikahan bagaimana? Kita akan menikah dengan mereka semua menjadi saksi. Apa salahnya?"
"Lagipula aku tidak kenal dirimu,"
Kepala Subha menggeleng namun pandangan masih menunduk kebawah, masih tidak berani melihat wajah tidak dikenalnya.
"Kalau begitu bertahanlah disini sampai tubuhmu terbagi menjadi dua,"
Ujar Ead membuat Subha mengangkat kepalanya melihat punggung kekar Ead yang sudah hampir meninggalkan dirinya.
"Tunggu,"
Ead menghentikan langkahnya saat suara teduh itu manahan kaki kekarnya. Iapun segera menoleh tanpa ekspresi sama sekali.
"Kenapa kau menahanku?"
"Aku akan menikah denganmu"
Jawab Subha kembali menundukkan kepalanya kebawah, mengabaikan respon Ead yang merasa senang dibalik wajah datarnya.
Apalah daya Louis yang merupakan seorang muslim itu harus terpaksa menikahkan dua insan yang tak pernah saling kenal.
Sebelum itu Diran sudah memberitahu nama lengkap Subha sekaligus nama orang tuanya, karena dia sangat takut jika Ead melayangkan tembakan ke kepalanya jika tidak diberi tahu.
Ead duduk berdampingan dengan Subha, dan Louis berada didepan mereka, sementara wali sudah Ead siapkan serta wanita-wanita di tempat itu menjadi saksi pernikahan mereka.
Dengan ragu-ragu Louis menjabat tangan Ead diatas jam tangan sebagai mahar dan berkata “ Saya nikahkan engkau Eadwarl Cristopher Zolanda dengan saudari Subha Alba Akthakarta binti Rahman Akthakarta dengan maskawin jam tangan seharga 100 juta dibayar tunai”
Ead menarik nafasnya dalam-dalam, “Saya terima nikah dan kawin nya Subha Alba Akthakarta binti Rahman Akthakarta dengan mas kawin tersebut, tunai. “
“sah?”
“sah”
Para hadirin mengucapkan kata itu secara serentak serta doa pengiringan untuk kehidupan baru sang mempelai.
Subha tidak pernah membayangkan akan menikah dengan pria yang tidak jelas serta tanpa persetujuan keluarga, menjadikan pernikahan ini sah dimata agama saja.
Sementara Diran, ia tidak pernah membayangkan akan melihat pernikahan ditempat berbisnis wanitanya.
Doa akhirnya selesai membuat Ead melihat wajah menunduk Subha menandakan jika dirinya tidak pernah menginginkan hal ini, begitu pula dengan Ead tidak pernah membayangkan akan menikah dengan wanita seperti Subha.
15 menit kemudian
Keduanya sudah menjadi suami istri secara sah dimata agama. Saat Ead membawa pergi Subha disitulah kesedihan seorang wanita yang baru saja merasa memiliki teman.
"Leiska, ngapain disitu?" Tanya salah satu rekannya saat melihat Leiska sudah berdiri lama di ambang pintu.
"Dimana Velen?"
"Kau tidak dengar jika pria Italia yang datang kemarin menikahi Velen dan mereka sudah pergi 15 menit yang lalu."
Wanita yang baru mengetahui itu hanya diam dan kembali menatap luar seraya Kedua tangannya ia lipat di dada.
"Entah keberuntungan atau malah menjadi mala petaka untuk keduanya!."
...To be continued...
...Yeuuuuuu nikah😘...
...Tidak bermaksud menghina atau menjelekan pihak manapun, dimohon kerjasamanya....
...Jangan lupa vote......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Pink Blossom
ya, dn masalah'y subha kn msh punya wali—abinya
2023-02-01
2
Pink Blossom
keren ead, aku mendukungmu😍 ayo nikah dan sah jd misua'y subha😁
2023-02-01
2
Pink Blossom
bertanggung jwb kali, tp kmu hrs msuk islam dulu ead
2023-02-01
2