Angin semerbak menggoyangkan helaian kain syar'i yang menutupi tubuh para wanita yang baru saja selesai sholat Dhuha. Mata berkilau bagai berlian itu seakan mampu menghipnotis kedua pria yang tidak sengaja melewati mereka.
"Mereka seperti tidak terlihat,"
"Maksudmu?"
"mereka seorang wanita namun tidak terlihat seperti wanita karena wajah dan tubuhnya tertutup. Siapa yang tahu dia wanita atau pria!" Ucap Roy membuat Ead menyadari sesuatu, betapa tidak bergunanya perkataan Roy ini.
"Bodohnya aku mendengarkan ucapanmu"
"Itu penting, Ead"
"Bulsh-"
Dorr
Timah panas berbentuk silinder itu melesat hingga menembus lengan kiri Ead. Akibatnya, darah memuncrat deras melalui lubang tersebut hingga meluruh sampai telapak tangan.
"Ead, kau baik-baik saja?" Tanya Roy melihat luka itu lalu menoleh ke sumber tembakan.
Mata Roy menyipit, memfokuskan pandangannya untuk mencari. Dari atas bangunan tinggi yang terletak 1 km darinya, terdapat samar-samar pria bersorban serta senapan tertuju kearah mereka. Yakin jika mereka dalang dibalik ini semua.
Ead hanya menutup luka itu dengan telapak tangannya, namun rasa perih sekaligus nyeri itu tidak dapat ia hilangkan. Siapa peduli? Ead hanya fokus dengan beberapa pria yang ada dibangunan itu, seakan mengantar nyawa mereka kepadanya.
Beberapa pria yang ada diatas bangunan itu kembali membidik, membuat Roy beserta Sargon tidak bisa tinggal diam. Mereka harus terpaksa melawan dengan senjata yang minim.
Dor
Pertempuran peluru itu terdengar saat Ead dan Roy juga menembakan pistolnya kearah mereka. Namun mereka sangat cerdik hingga satupun peluru tak mampu melukai mereka. Sementara Ead dan Roy memilih bersembunyi dibawah tembok bangunan yang tidak kalah tinggi.
"Hubungi Louis, katakan untuk segera datang ke wilayah blok E dekat majelis Nursultan melalui jalur barat. Itu jalan satu-satunya untuk melarikan diri, " titah Ead melepas sorban di kepalanya lalu ia ikatkan di lengan kiri yang terluka.
Roy segera menelpon Louis sementara Ead mencondongkan setengah tubuhnya keluar dari balik tembok untuk membalas menembak. Para pria bersorban yang ada diatas bangunan itu juga masih menembak, namun satu kali peluru dari Ead mampu menembus kornea mata dari salah satu pria.
Kini hanya tinggal satu pria itu, pria yang berhasil menembak lengan kiri Ead. Pria itu akhirnya kelabaan karena hanya dia seorang, membuat dirinya berlari melompati atap bangunan.
Tak lupa Ead juga mengikuti pria bersorban itu sendirian, karena Roy harus mencari telpon umum saat ia lupa membawa ponselnya, sangat bodoh bukan!.
"Aku harus segera menelpon Louis, atau pria temperamen itu akan murka. Aaaahh kenapa aku tidak meminjam telponnya saja? " Roy frustasi karena sudah lama berjalan, ia tidak menemukan telepon umum di dekat sini.
Kembali ke Ead.
Saat ini kedua kaki kekar Ead masih berpijak cepat melewati jalanan beraspal yang penuh dengan debu, kedua matanya nyaris tidak melihat jalan saat kefokusannya hanya ke satu pria yang melompat dari atap bangunan satu ke bangunan yang lain.
Dorr
Brakk
Akhirnya kaki kanan pria itu menjadi sasaran empuk peluru milik sang Dominic, hingga menjatuhkan tubuh pria itu tepat ditumpukan jerami kering.
"Kemarilah" ucap Ead mendekat dengan ringaian yang menakutkan.
Namun sayangnya saat Ead bersantai mendekat, pria itu malah kembali melarikan diri. Rupanya, luka tembak di kaki tidak cukup untuk membuat pria itu menyerah.
Pria itu menyeret kaki kanannya dengan cepat, menjauhkan dirinya dari pria temperamen tak memandang belas kasih.
Pria itu berbelok ke kanan diikuti Ead dibelakang. Tepat saat Ead berbelok, kedua matanya disambut oleh gemuruh orang berlalu-lalang, menjadikan wilayah itu penuh dengan manusia berjalan melewati setiap bangunan, bahkan pria itupun hilang.
Mata Ead liar mengamati setiap gerak-gerik setiap orang yang dilihat. "Sialan" nafasnya sudah tidak beraturan, kedua kakinya gemetaran hampir tidak kuat menahan, ditambah darah yang terus memuncrat dari balik sorban.
Ead masih tidak memperdulikan itu, ia masih sibuk dengan pencariannya. Terlebih pasukan yang ia miliki tidak kunjung datang, membuat amarah Ead meningkat.
Pria pemarah itu segera merogoh ponsel yang ada disaku celana untuk menelpon Louis.
"Iya, Tuan Dominic?"
"Apa kalian semua bodoh, hah" suara Ead terdengar kelam dari seberang telpon, membuat Louis yang tidak tau apa-apa merasa ingin pingsan.
"Maaf, Tuan... Apa kami melakukan kesalahan?" Tanya Louis dengan nada merendah seakan takut jika pria itu semakin marah.
"Roy sudah menelpon kalian untuk segera datang ke wilayah blok E, kan... Apa kalian menunggu aku mati terlebih dahulu? Lalu kalian datang untuk mengambil mayat ku?"
"Roy tidak menelpon kami, Tuan"
Mata Ead melihat kearah pria yang berjalan pincang memasuki majelis, yakin jika ia baru melihat pria yang dicari.
"Jika Roy menelpon, katakan aku sudah sampai di mansion"
Tut
Panggilan terputus secara sepihak dari pihak Ead. Pria pincang yang memasuki majelis itu membuat Ead tidak rela untuk melepasnya, kematian hanya akan berpihak pada pria itu karena sudah berani mengganggu sang Dominic.
Sesampainya Ead di majelis tersebut. Ia segera mencari keberadaan pria pincang yang mengganggu kegiatan santainya. Suasana tenang nan sejuk dari dalam majelis itu membuat Ead tidak berani memberikan respon jahat, bahkan pistol yang sedari tadi ia pegang harus terpaksa terselip kembali.
Suara-suara lantunan ayat suci terdengar di telinga buta Ead. Ia tidak akan tahu lantunan apa itu, yang ia tahu hanya suara aneh yang terdengar merdu dari seorang pria berdiri di shaf paling depan dengan pakaian gamis putih dan sorban di kepala.
Tidak hanya itu, Ead juga melihat pria baya memakai gamis tanpa sorban mendatangi dirinya setelah mengusap sisa-sisa air dari wajahnya. "Hai saudaraku, sholat dhuhur sudah dimulai. Segera wudhu lah, kita sholat jamaah sama-sama."
"Aku tidak ingin sholat, kedatangan ku kemari karena mencari pria terluka memasuki tempat ini" ucap Ead dengan nada rendah.
"Para manusia yang datang kemari juga ada yang membawa luka. Mereka berdoa serta meminta kepada yang maha kuasa untuk segera mendapat obatnya. Sepertinya, kau juga sedang terluka nak" bukan luka dilengan Ead yang ia maksud, melainkan wajah sinis sekaligus suramnya sudah membuat pria baya itu paham jika Ead memiliki banyak masalah serta luka.
"Sepertinya orang yang ku cari tidak ada disini,"
"Kau mencari siapa?"
"Pria pincang yang terluka di kakinya" tekan Ead dengan sorot mata yang menajam. Sudah cukup, ia sudah tidak mampu menahan amarahnya terlalu lama.
"Tidak ada pria yang kau maksud,"
Ead mendengus pasrah dengan kebodohan pria baya ini. Kepalanya menggeleng dengan seribu kekecewaan karena meladeni omong kosongnya. Segeralah Ead keluar dari majelis itu, meninggalkan pria baya itu yang masih memperhatikan dirinya.
Saat kedua kaki Ead melewati pintu keluar. Secara tidak sengaja matanya menampaki bercak darah diatas lantai tersebut, memperjelas dugaan dirinya. Saat ia mengikuti kemana arah darah itu mengarah, ternyata darah itu berhenti disebuah ruangan dengan pintu kayu berlubang-lubang bertuliskan 'Men musilman äyelmin' dan Ead tahu tempat apa itu, karena sebelumnya sudah ada pria yang memberitahu mengenai tempat itu.
Tempat itu merupakan tempat dimana wanita Almaty melakukan ibadah sholat, sehingga para pria dilarang masuk keruangan itu saat para wanita disana menanggalkan penutup diwajahnya.
Ead memutar otaknya, berpikir dengan cara apa ia dapat masuk ketempat itu. Dan bagaimana pria itu bisa memasuki tempat terlarang ini?
'mereka seorang wanita namun tidak terlihat seperti wanita karena wajah dan tubuhnya tertutup. Siapa yang tahu dia wanita atau pria!'
Perkataan Roy tiba-tiba melintas begitu saja, membuat Ead memilih nekat masuk memakai pakaian syar'i yang biasa wanita Almaty pakai. Wajahnya tertutup oleh kain hitam, sehingga tidak ada yang menyadari jika dia bukan seorang wanita tulen.
"Assalamualaikum, ukhti"
...To be continued...
...Tidak bermaksud menghina atau menjelekan pihak manapun, dimohon kerjasamanya....
...Jangan lupa vote and like zeyeng......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Radiah Ayarin
Wa'alaikumsalam 🙏
2023-02-19
1
Radiah Ayarin
Ya ampun kasihannya
2023-02-19
1
Pink Blossom
MaaSyaa Allah tabarokallah
2023-01-07
2