“Pria ini, bukankah dia pengusaha muda dari keluarga Renata?. Aku dengar jika keluarga mereka memiliki agama yang baik. Ayahnya seorang divisi pengelola keuangan di wilayah Alatau." Rahman memberikan satu lembar kertas berisi biodata seorang pria bernama Frederick Jian Renata kepada istrinya yang berada tak jauh dari duduknya.
"Benar Abi, pria ini terlihat baik dan cocok untuk Subha" Riverlyn tidak bisa melepas pandangannya dari foto yang sudah Rahman ulurkan, seakan magnet yang menarik perhatian. Riverlyn mengulurkan foto itu didepan Hasbi untuk ia dapat menilainya.
“Apa dia baik nyonya Hasbi?” tanya ayah Rahman menghisap putung rokok disebelah kanan tangannya.
“Menurutku mereka orang yang baik. Oh iya, mereka memang memiliki rencana untuk menjodohkan putranya dengan nona Subha. Syukurlah kalau Tuan Rahman sudah menyetujuinya, ini akan menjadi berita yang menyenangkan bagi mereka” jawab Hasbi dengan penuh senyuman tampak menggambarkan kebahagiaan.
"Kebetulan sekali ya, Abi." Riverlyn melukis senyum diwajahnya sementara Abi Rahman kembali membaca biodata keluarga Renata, supaya ia tidak melakukan kesalahan.
Sementara itu di dekat jendela dua orang pria dan wanita hanya tertawa saling gurau tanpa mau memperdulikan Abi dan Uminya di ruang tamu.
Memang! Jika menyangkut seorang pria yang dipilihkan kedua orang tuanya, subha hanya diam karena tidak pernah ditanya bagaimana pendapatnya. Subha hanya akan terus menolak dan menolak, semua pria yang dipilihkan kedua orang tuanya tidak pernah cocok bagi Subha.
Alham dan Subha masih saja bercanda, kadang kala mereka mencubit satu sama lain. Alham mencubit pipi Subha yang terlihat begitu kenyal namun tak besar “Wajah adikku ini tidak pernah berubah! Dari kecil sampai besar wajahmu tetap sama”
“Selalu cantik dan menggemaskan”
“Iya, cantik dan mengemaskan tapi harus ada yang memilikinya kan”
Subha tertawa seketika, menjadikan Alham bingung dengan respon dari adiknya. “itu sindiran ya kak”
“Iya, itu sindiran dan kali ini kau harus menerima tawaran Abi”
Subha memanyunkan bibirnya saat mendengar perintah tegas dari Alham. Membuat Alham gemas dan ingin menyentil bibir pink milik Subha. Namun saat Alham ingin melakukan aksinya, Subha lebih dulu menghindar lalu tertawa.
Alham memang tak suka dengan perjodohan ini, karena kesannya Subha seperti dipaksa. Ia mau Subha menerima perjodohan ini dengan ikhlas dan hati yang lapang.
“Subha, kemarilah,"
Subha langsung mengeratkan genggaman tangannya kepada Alham. Biasa! Dia baru saja meminta pertolongan kepada kakak semata wayangnya karena wanita ini harus mendengar bujukan dari Abi dan Uminya. Entahlah, hati kecilnya selalu menolak.
Alham yang melihat respon tak senang di wajah subha akhirnya membawa adiknya menemui Abi Rahman yang sudah menunggu bersama Umi Riverlyn dan bibi Hasbi di ruang tamu. Walaupun awalnya Subha menolak, ia sudah tidak bisa lakukan apapun untuk sekarang.
"Duduklah disini, sayang." pinta Umi Riverlyn saat melihat Subha sudah sampai di ruang tamu. Akhirnya Subha mau duduk disebelah kiri bersama Umi dan disamping kirinya ada tubuh kekar alham.
“Abi sudah pilihkan jodoh yang pas untukmu”
“ Subha-”
“Jangan terbiasa memotong ucapan orang tua" potong Abi Rahman menciutkan nyali Subha. Kalimat itu terdengar tegas dan bijaksana, hingga membuat Umi sekaligus Subha tidak berani membalas.
"Jangan memaksa Subha jika memang dia tidak menerimanya, yang paling terpenting bukanlah persetujuan Abi tapi Subha sendiri" Sela Alham memberanikan diri, karena apapun yang menyangkut Subha maka ia akan lakukan.
Namun saat Subha melihat respon dari Abi Rahman membuat dirinya takut. Kedua netra Abi Rahman yang sudah menajam dan mulutnya mengatup gemetaran, seakan bersiap untuk balasan yang akan segera datang, membuat Subha ingin mengalihkan keduanya.
“Oh iya, Subha ada janji sama bibi Reilin mau ke majelis bersama-sama. Disana ada acara, jadi bibi mengajak Subha. Boleh tidak, Abi... " lirih Subha meminta ijin saat suasana lagi panas-panasnya. Bibi Reilin merupakan kembaran dari Riverlyn, Umi Subha.
"Boleh"
Seketika bibir tipis Subha menyungging, membentuk sebuah senyuman yang nyata. Kedua netra bagai berlian itu nampak berbinar mengikuti respon dari otak Subha. Syukurlah, Abi Rahman selalu mengijinkan saat dirinya pergi ke majelis.
“Kalau begitu Subha pamit terlebih dahulu ya, Abi "
"Salamkan sayangku kepada bibi Reilin ya sayang" pinta Umi Riverlyn menahan tangan putrinya dan Subha mengiyakan.
"Mau kakak antar?" tanya Alham saat Subha hendak berdiri.
"Tidak usah kak, Subha naik taxi aja kesananya" tolak Subha membuat Alham hanya pasrah.
Subha segera mencium tangan Abi Rahman, Umi Riverlyn, Alham, dan Hasbi yang kebetulan masih disana. Setelah itu Subha menaiki tangga menuju kamar untuk berganti pakaian. Sementara itu, Alham memilih pergi keruang kerja saat sudah tidak ada adik kesayangannya, dan ketiga orang paruh baya itu masih setia bersama.
_____
3 hari yang lalu
Dor
Dor
Dor
Tiga kali timah panas keluar menembus dada pria yang berdiri diatas jurang. Mereka bertiga langsung tersungkur di atas tanah dengan udara panas disiang hari sebagai saksi kematian mereka.
“Akan kami apakan mereka semua? Dominic,” tanya salah satu bawahannya setelah mengecek tidak ada tanda-tanda kehidupan di ketiga pria tersebut.
“Kembalikan mereka ke asalnya, aku ingin lihat bagaimana reaksi mereka”
Ia menaikan setengah bibirnya memperlihatkan ketegasan dan kekejaman yang amat luar biasa. Sementara, perintah Eadwarl tidak pernah diragukan oleh banyak pengikutnya. Mereka selalu menuruti perintah atasannya apalagi mereka semua mengetahui bagaimana temperamental yang Eadwarl miliki. Ead akan tampak beda saat bersama Roy bawahan setianya.
Saat ini...
12:30
Siang hari ini terasa sangat panas, apalagi di kota Almaty penuh dengan gedung-gedung tinggi tanpa penghijauan. Almaty nampak menjadi kota gersang dengan debu berterbangan, namun kota ini memiliki penduduk yang dominan memilih untuk berjalan kaki dari pada naik kendaraan, karena penduduk disana memilih memanfaatkan serta mensyukuri pemberian tuhan dengan menggunakan kedua kakinya.
Perilaku tersebut menjadi suatu kebiasaan di kota Almaty. Dengan begitu, kedua pria yang empat hari baru di kota Almaty ini tidak pernah menggunakan kendaraan untuk bepergian. Keduanya memilih berjalan kaki sambil menikmati udara panas di siang hari.
"kita sudah seperti rakyat Almaty" pria agak kurusan itu mengomentari dirinya dan pria yang ada disebelahnya. Kedua pria itu memakai jaket denim serta sorban menutupi setengah wajah, seperti rakyat Almaty pada umumnya.
"Kau bisa diam tidak, Roy" pria ini hanya merespon datar sambil berjalan beriringan.
"Jika kulihat, kau keren juga memakai itu. Ead,"
"Itu pasti. Menurutku, kau terlihat sangat jelek. Wajah Eropa mu begitu kental, tidak cocok berada di Almaty." balas Eadwarl dengan wajah datar dan mata liar mengamati jalan.
Roy tidak menjawab, matanya mengamati segerombolan wanita memakai jubah hitam serta kain menutupi seluruh wajahnya, hanya menyisakan kedua mata mereka yang indah.
"Apa mereka tidak panas?"
"Siapa?"
"Wanita yang tidak terlihat disana"
To be continued
Tidak bermaksud menghina atau menjelekan pihak manapun, dimohon kerjasamanya.
.
Ini karya keduaku! jika kalian pernah menjadi author pasti hal ini pernah kalian rasakan, dimana keinginan membuat cerita yang baru sangat ingin kalian lakukan. karangan ini juga masih amatiran, jadi mohon di komen dengan kalimat yang sopan untuk saling menjaga hati😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Ir Syanda
Iya adik, anda benar!
2023-02-20
0
Radiah Ayarin
baik kakaknya subha
2023-02-19
1
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
love
2023-02-19
2