Bab 18 : One, Two, Three...?

"Dengar aku, mulai hari ini kau tidak boleh menutup wajahmu di depanku, karena kau sudah menjadi istriku"

"Akan kututup, jika kedua pria itu berada disini" bantah Subha memberanikan dirinya.

Ead tidak menjawab karena kehadiran Louis serta Roy sangat berguna bagi dirinya, keduanya harus ada untuk membantu pekerjaannya. Lalu bagaimana Ead bisa menyetujuinya?

"Apa gunanya kain itu? Lagipula dengan kain itu kau hanya akan kesusahan... Makan susah, berjalan susah, bahkan bersosialisasi saja juga susah"

Subha menelan ludahnya sedikit kasar mendengar penuturan Ead yang tidak mengenakan, "Bagaimana kesan pertama saat kau melihat wajahku?"

"Ku akui cantik"

Subha mengangguk seraya tersenyum, "Itulah alasan aku menutup wajahku. Kita tidak tahu mata pria mana yang akan melihat kita, dan setiap pria memiliki pikiran yang berbeda-beda. Ada yang memiliki pikiran kotor dan ada yang sebaliknya"

"Kalau begitu aku berada di mana?"

"Pria dengan pikiran kotor"

Jawab Subha dengan polos seraya mengulum senyumnya, namun mimik wajah Ead yang semula tersipu berubah datar tak menampakan ekspresi sama sekali.

Ead berdecih seraya tangan berkacak pinggang, "Bagaimana bisa kau menyimpulkan aku seperti itu?"

"Bisalah, nyatanya lihat... Kau langsung menikahiku tanpa meminta ijin kepada kedua orang tuaku. Bukankah itu hal yang buruk?"

Kening Ead berkerut melihat wajah pemberani Subha dalam menyindir dirinya, wajah yang sama seperti waktu dimana pertama kali mereka bertemu. Hal itu membuat Ead tersenyum kecil, nyaris abstrak.

Ead jadi tahu bagaimana membangunkan suasana hangat dalam diri Subha, yaitu mengajaknya berbicara non formal. Subha ini masih muda, sementara dirinya jauh lebih tua hingga pikiran keduanya tentu beda, maka dari itu Ead harus menyamakan pikiran Subha jika ingin berbicara bebas dengannya.

"Yang penting aku sudah menikahimu, menjadikan segalanya milikku"

Subha kembali diam serta memainkan pita putih yang melilit perut datarnya, memberikan respon biasa saja tanpa senyum maupun datar. Namun dapat dilihat jika mimik wajahnya sedikit berubah.

Ead kembali memikirkan topik lain untuk membangunkan semangat istrinya, "Jika kau memakai kain itu lalu bagaimana caranya kau makan?"

Wajah Subha kembali menunduk, menyadari jika ia sudah lama mempertontonkan wajah telanjangnya.

"Menggeser bagian bawah niqab dan memasukan makanannya"

"Lalu kalau kotor bagaimana?"

"Tergantung makan apa dulu, kalau yang mengandung kuah memang agak susah" jawab Subha masih menundukkan kepalanya kebawah, melihat pantulan Ead dari lantai.

Ead ingin sekali bercerita serta mendengar Subha bercerita. Rasa rindu kepada adiknya dapat ia salurkan bersama Subha, namun sayangnya Ead memiliki banyak pekerjaan.

"Aku ada pekerjaan lagi, jadi jangan menungguku"

"Kau... Akan kemana?"

Ead hanya diam tanpa jawaban, membiarkan Subha penasaran dengan pekerjaan suaminya. Menurut Ead, Subha masih orang baru sehingga belum waktunya ia tahu mengenai hidupnya.

"Kau akan tahu jika sudah waktunya" jawab Ead singkat lalu melenggang dari hadapan Subha, namun dengan gesit Subha menahan tangan kekar Ead.

Seketika Ead tidak bergerak dari tempatnya saat jari-jemari lentik Subha melingkar di lengannya. Pertama kalinya Subha menyentuh dirinya.

Cup

Tubuh Ead semakin membeku bagai batu kala bibir tipis Subha mencium punggung tangannya. Bibir Ead bergemetar bingung memberikan respon apa, sementara wajahnya malam memerah padam.

"Assalamualaikum"

"Hah?... Hemm... ya" Ead tidak tahu harus membalas bagaimana, hanya kata itulah yang dapat ia keluarkan saat canggung melanda.

"Kalau aku bilang Assalamualaikum, kamu jawab walaikumsalam"

"Wa-walaikumsalam"

Jawab Ead bergegas membawa tubuhnya yang hampir bingung untuk keluar meninggalkan Subha, membiarkan Subha tidak sadar tengah tersipu mendapati respon suaminya.

Entahlah kenapa Subha menjadi gampang baper begini, mungkin ia baru tahu jika berbicara dengan pria baru itu sangatlah seru. Karena selain Alham dan Abi tidak sekalipun Subha mau berbicara dengan pria lain.

_____

14:00

Tuuut

Tuuut

Tuuut

Suara lengkingan kereta api terdengar di stasiun Obra titik 1, menandakan kedatangan serta keberangkatan kereta gerbong yang siap mengangkut penumpang.

Kedua pria dengan setelan toxedo hitam serta topi Panama berdiri ditengah-tengah kerumunan. Keduanya tengah menunggu kereta yang akan mereka naiki untuk membantunya membawa satu buah koper ke kota Astana.

"Tidak ada yang tertinggal, kan?"

"Tidak ada. Oh iya, Zlander akan menyambut kita saat sudah sampai di Astana. Ia juga sudah menyiapkan puluhan pasukan sebagai penjagaan" tutur pria bertubuh gemuk serta bulu halus memenuhi dagu dan kumisnya.

Saat gerbong D sudah berada tepat didepannya, mereka pun segera masuk serta mencari keberadaan kursi yang cocok untuk mereka beristirahat serta menyamarkan identitasnya.

Keduanya melihat dua kursi panjang yang saling berhadapan tanpa pemilik, merekapun berjalan melewati sulitnya rerumunan untuk dapat sampai ke kursi tersebut.

Tuuuuuuutt

Lengkingan suara kereta tersebut kembali terdengar, memberikan pertanda kepada kondektur kereta api dan PPKA bahwa kereta api sudah siap untuk diberangkatkan.

Pelan-pelan... Kereta yang mereka tumpangi meninggalkan stasiun hingga melewati area tanah yang gersang.

"Kau mau?" Tanya pria kurus dengan kumis tebal, menawarkan cerutu rokok untuk mengisi kebosanan merekam.

Pria gemuk tersebut menerimanya, serta menyalakan rokoknya sama-sama. Keduanya larut akan kenyamanan dari rasa tembakau serta angin panas dari jendela kereta yang terbuka.

Beberapa menit berlalu datanglah tiga pria dengan jaket denim berbeda warna. Ketiga pria tersebut tanpa permisi ataupun ijin langsung duduk di kursi depannya, sehingga membuat mereka menjadi saling berhadapan.

Para pasang mata mereka saling pandang dengan sorot mata yang menajam serta kelam, seakan tengah memendam sebuah dendam yang berkelanjutan.

Ketiga pria itu merupakan Ead, Louis serta Roy. Ketiganya nampak duduk santai didepan mereka namun tatapan mata mereka saja yang tidak dapat santai. Sorot mengintimidasi itu terkesan melekat dalam diri ketiganya.

Lama... Kedua pria itu mulai merasakan hawa yang aneh dari ketiga pria yang terus memperhatikan, itu pasti. Apalagi pakaian mereka nampak seseorang yang menginginkan sesuatu.

Kedua pria yang ada didepannya saling memberikan bisikan lewat bibir ke telinga tanpa Ead tahu maksudnya.

Kedua pria itu mulai beranjak ingin pergi mencari kursi yang lebih nyaman setelah melempar cerutunya ke luar jendela.

Melihat itu membuat Ead tidak bisa tinggal diam, iapun segera menahan tangan pria gemuk tersebut. Namun ternyata pria gemuk tersebut sudah menyiapkan belati tajam untuk berjaga-jaga jika Ead memulai aksinya.

Dengan gesit pria gemuk itu menyayat tangan pria yang berani memegang lengannya.

Srett

Hampir saja belati itu menyayat tangan Ead saat ia langsung melepas lengan itu. Hal itu membuat para penumpang histeris saling memeluk merasa takut, serta membongkar penyamaran para pria yang sedang menjalankan misi.

Srett

Bugh

Pria gemuk itu kembali mencoba menyayat wajah Ead namun dengan gesit nya sang dominan memundurkan kepalanya, lalu menyikut keras punggung pria itu hingga menubruk kursi yang baru mereka tinggalkan.

Pria kurus yang menyaksikan itu juga tidak bisa tinggal diam saat melihat rekannya kalah dalam sekali pukulan. Ia segera mengeluarkan belati yang ada di jasnya lalu mencoba menusukan tepat diarea leher, namun lagi-lagi Ead satu langkah lebih dulu dengan menahan pergelangan tangan pria itu dan memelintir kebelakang. Punggungnya dipukul supaya berlutut.

"Tenang semuanya... Kami hanya bermain-main saja" teriak Ead berpura-pura saat melihat para penumpang saling melempar takut.

Ia menyandera pria bertubuh kurus dan Louis serta Roy bertugas mengurus pria gemuk yang susah untuk diam.

Di gerbong sebelah, merupakan tempat sebuah persembunyian para pasukan musuh. Mereka semua sudah siap menembakan peluru ke kepala Ead jika pria kurus itu tidak melakukan pekerjaannya dengan baik.

Ada lubang khusus serta kamera pengintai di pintu penghubung antara gerbong D dan E. Di gerbong E itulah para pasukan penembak melihat segala sesuatu yang Ead lakukan. Seakan semua sudah di setting untuk memancing sang Dominic datang dan menghancurkannya.

"Dimana kau melihat Adikku? Dimana tuanmu menyembunyikan Adikku?" Sentak Ead menguatkan plintiran nya.

"Akhirnya kau masuk dalam perangkap ku, Dominic"

One

Two

Three

Dorr

...To be continued...

...Tidak bermaksud menghina atau menjelekan pihak manapun, dimohon kerjasamanya....

...Jangan lupa vote......

Terpopuler

Comments

Ruk Mini

Ruk Mini

💪👍👍👍

2024-03-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prolog
2 Bab 2 : Perjodohan
3 Bab 3 : Wanita Tidak Terlihat?
4 Bab 4 : Aku Bukan Wanita Tulen!
5 Bab 5 : Sang Pembenci!
6 Bab 6: Aku Punya Barang Bagus!
7 Bab 7 : Terbayang Wajahnya!
8 Bab 8 : Kau Bisa Mengambilnya.
9 Bab 9 : Ular Bermuka Dua!.
10 Bab 10 : Ragazza Velenoso?
11 Bab 11 : Kak, Ini Subha!
12 Bab 12 : Untuk Pria Italia
13 Bab 13 : Muhrim Dadakan
14 Bab 14 : Kelakuan Ular Tulen
15 Bab 15 : Merasa Belum Sah?
16 Bab 16 : Beradu Argumen
17 Bab 17 : Syahadat Sang Mafia
18 Bab 18 : One, Two, Three...?
19 Bab 19 : Kejar-kejaran Di Kereta
20 Bab 20 : Aku Salah Apa?
21 Bab 21 : Mia Si Pendingin
22 Bab 22 : Cium Aku!.
23 Bab 23 : Seorang Zlander!.
24 Bab 24 : Amanah
25 Bab 25 : Mengendap-endap!.
26 Bab 26 : Dibawah Rembulan
27 Bab 27 : Setelah Ritual.
28 Bab 28 : Pakaian Muslim.
29 Bab 29 : Bertemu!.
30 Bab 30 : Suamiku!
31 Bab 31 : Oh Di Penjara!.
32 Bab 32 : Terkejut.
33 Bab 33 : Ponsel.
34 Bab 34 : Rindu
35 Bab 35 : Menjenguk.
36 Bab 36 : Syar'i...?
37 Bab 37 : Mia Lagi!.
38 Bab 38 : Ke Aurona!
39 Bab 39 : Kutu Kehidupan.
40 Bab 40 : Tabrakan...?
41 Bab 41 : Perbandingan.
42 Bab 42 : Bodoh!.
43 Bab 43 : Umi Rindu!.
44 Bab 44 : Target!.
45 Bab 45 : Dia Pergi...?
46 Bab 46 : Tekad Dan Dusta!.
47 Bab 47 : Rencana!.
48 Bab 48 : Berandal!.
49 Bab 49 : Aku Datang!.
50 Bab 50 : Bahagianya, Ead Dulu!.
51 Bab 51 : Talak Satu!.
52 Bab 52 : Merasa Mual...!
53 Bab 53 : Sebuah Berkah!.
54 Bab 54 : Wanita Dimasa Lalu
55 Bab 55 : Begitu Tega
56 Bab 56 : Kepercayaan!.
57 Bab 57 : Keikhlasan Leiska!.
58 Bab 58 : Membakar!.
59 Bab 59 : Sebuah Syarat
60 Bab 60 : Aku Mengenalmu!.
61 Bab 61 : Ditinggal Sendiri!.
62 Bab 62 : Louis Terpesona
63 Bab 63 : Telpon Kem4tian
64 Bab 64 : Romantic Story
65 Bab 65 : Trimester 1
66 Bab 66 : SCSM
67 Bab 67 : Masa Lalu
68 Bab 68 : Berunding!
69 Bab 69 : Leiska Dan Umi
70 Bab 70 : Kepergok!
71 Bab 71 : Kabar Bahagia!.
72 Bab 72 : Seekor Hewan!
73 Bab 73 : Perpisahan!
74 Bab 74 : Di Bebaskan!.
75 Bab 75 : Penyesalan Mantan Pacar
76 Bab 76 : Tolong Aku!.
77 Bab 77 : Mereka Bertemu
78 Bab 78 : Membabi Buta
79 Bab 79 : Terlihat Ganda!
80 Bab 80 : Dia Menyerah!.
81 Bab 81 : Tidak Ada Maaf
82 Bab 82 : Menemui Leiska!.
83 Bab 83 : Aku Terkejut!
84 Bab 84 : Terbongkar Sudah!
85 Bab 85 : Pembalasan Dendam
86 Bab 86 : Melukai Wanita Itu
87 Bab 87 : Dia Mati, Kan?
88 Bab 88 : Hadiah Dari Leiska
89 Bab 89 : Mansion Italia
90 Bab 90 : Makan Malam
91 Bab 91 : Hati Yang Terluka
92 Bab 92 : Akhir Perjalanan Cinta Mereka [TAMAT]
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Bab 1 : Prolog
2
Bab 2 : Perjodohan
3
Bab 3 : Wanita Tidak Terlihat?
4
Bab 4 : Aku Bukan Wanita Tulen!
5
Bab 5 : Sang Pembenci!
6
Bab 6: Aku Punya Barang Bagus!
7
Bab 7 : Terbayang Wajahnya!
8
Bab 8 : Kau Bisa Mengambilnya.
9
Bab 9 : Ular Bermuka Dua!.
10
Bab 10 : Ragazza Velenoso?
11
Bab 11 : Kak, Ini Subha!
12
Bab 12 : Untuk Pria Italia
13
Bab 13 : Muhrim Dadakan
14
Bab 14 : Kelakuan Ular Tulen
15
Bab 15 : Merasa Belum Sah?
16
Bab 16 : Beradu Argumen
17
Bab 17 : Syahadat Sang Mafia
18
Bab 18 : One, Two, Three...?
19
Bab 19 : Kejar-kejaran Di Kereta
20
Bab 20 : Aku Salah Apa?
21
Bab 21 : Mia Si Pendingin
22
Bab 22 : Cium Aku!.
23
Bab 23 : Seorang Zlander!.
24
Bab 24 : Amanah
25
Bab 25 : Mengendap-endap!.
26
Bab 26 : Dibawah Rembulan
27
Bab 27 : Setelah Ritual.
28
Bab 28 : Pakaian Muslim.
29
Bab 29 : Bertemu!.
30
Bab 30 : Suamiku!
31
Bab 31 : Oh Di Penjara!.
32
Bab 32 : Terkejut.
33
Bab 33 : Ponsel.
34
Bab 34 : Rindu
35
Bab 35 : Menjenguk.
36
Bab 36 : Syar'i...?
37
Bab 37 : Mia Lagi!.
38
Bab 38 : Ke Aurona!
39
Bab 39 : Kutu Kehidupan.
40
Bab 40 : Tabrakan...?
41
Bab 41 : Perbandingan.
42
Bab 42 : Bodoh!.
43
Bab 43 : Umi Rindu!.
44
Bab 44 : Target!.
45
Bab 45 : Dia Pergi...?
46
Bab 46 : Tekad Dan Dusta!.
47
Bab 47 : Rencana!.
48
Bab 48 : Berandal!.
49
Bab 49 : Aku Datang!.
50
Bab 50 : Bahagianya, Ead Dulu!.
51
Bab 51 : Talak Satu!.
52
Bab 52 : Merasa Mual...!
53
Bab 53 : Sebuah Berkah!.
54
Bab 54 : Wanita Dimasa Lalu
55
Bab 55 : Begitu Tega
56
Bab 56 : Kepercayaan!.
57
Bab 57 : Keikhlasan Leiska!.
58
Bab 58 : Membakar!.
59
Bab 59 : Sebuah Syarat
60
Bab 60 : Aku Mengenalmu!.
61
Bab 61 : Ditinggal Sendiri!.
62
Bab 62 : Louis Terpesona
63
Bab 63 : Telpon Kem4tian
64
Bab 64 : Romantic Story
65
Bab 65 : Trimester 1
66
Bab 66 : SCSM
67
Bab 67 : Masa Lalu
68
Bab 68 : Berunding!
69
Bab 69 : Leiska Dan Umi
70
Bab 70 : Kepergok!
71
Bab 71 : Kabar Bahagia!.
72
Bab 72 : Seekor Hewan!
73
Bab 73 : Perpisahan!
74
Bab 74 : Di Bebaskan!.
75
Bab 75 : Penyesalan Mantan Pacar
76
Bab 76 : Tolong Aku!.
77
Bab 77 : Mereka Bertemu
78
Bab 78 : Membabi Buta
79
Bab 79 : Terlihat Ganda!
80
Bab 80 : Dia Menyerah!.
81
Bab 81 : Tidak Ada Maaf
82
Bab 82 : Menemui Leiska!.
83
Bab 83 : Aku Terkejut!
84
Bab 84 : Terbongkar Sudah!
85
Bab 85 : Pembalasan Dendam
86
Bab 86 : Melukai Wanita Itu
87
Bab 87 : Dia Mati, Kan?
88
Bab 88 : Hadiah Dari Leiska
89
Bab 89 : Mansion Italia
90
Bab 90 : Makan Malam
91
Bab 91 : Hati Yang Terluka
92
Bab 92 : Akhir Perjalanan Cinta Mereka [TAMAT]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!