19:10
Dikediaman Akthakarta untuk malam ini masih terasa kesedihannya, keluarga tersebut masih dirundung pilu hingga membuat Umi enggan untuk makan apa-apa.
Umi hanya duduk termenung di sofa dengan peluh air mata memenuhi netra coklat di wajah Umi Riverlyn yang terbuka. Ditemani calon menantu yang tidak memiliki otak dan juga hati sehingga tega menjadi dalang dari hilangnya Subha.
"Assalamualaikum..."
"Walaikumsalam"
Umi segera beranjak untuk menemui ketiga pria yang baru saja datang, meminta kejelasan dari informasi yang mereka temukan.
"Bagaimana Abi, Alham... Subha sudah ditemukan?"
Alham tidak langsung menjawab pertanyaan Umi, karena wajah pucat Umi menjadi perhatiannya. "Wajah Umi kok pucat? Umi pasti belum makan, kan"
"Alham, Umi cuma pengen tahu informasi yang sudah kalian dapat dari pihak polisi" Umi mencengkeram lengan kekar Alham dengan ekspresi wajah cemas.
"Bibi Riverlyn, anda sebaiknya duduk dulu... Biar kami jelaskan bibi" ucap Frederick membuat tangis Umi pecah.
"Bagaimana Umi bisa tenang jika semalaman putri Umi belum juga pulang?" Tutur Umi masih enggan untuk berhenti menangis.
Melihat Umi Riverlyn menangis tersedu-sedu membuat seluruh orang yang ada di ruang tamu sedih, terlebih ini kali pertama mereka melihat tangisan Umi tanpa penutup diwajahnya.
"Abiiiii, Subha... Abiiii"
"Istighfar Ryvi, yakinlah kepada Allah bahwa Allah pemilik segalanya"
Abi Rahman segera merangkul bahu istrinya yang datang memanggil dirinya, meluapkan segala kesedihan kepada suaminya.
Semua orang yang ada ikut bersedih namun tidak dengan wanita memakai dress hitam panjang serta rambut terlihat. Gadis ini terus mengumpat dalam hati saat telinganya terus mendengar nama Subha.
'Tenanglah Umi, Subha baik-baik saja kok... Dia sedang bahagia dengan para kawan barunya"
'Hahahha'
'Kapan drama ini akan berakhir? Aku sudah merasa lelah dengan air mata ini'
Batin Widia seraya mengusap pelan lelehan bening dari kedua matanya. Ia harus terlihat seperti orang menangis supaya sempurna.
"Alham, Widia... Kalian cepatlah ambil wudhu kita sholat jamaah sama-sama serta mendoakan Subha baik-baik saja"
"Baik Abi"
Jawab Alham serta Widia atas perintah Abi Rahman yang masih memeluk istrinya.
"Hannah, ajak semua rekanmu untuk sholat jamaah sama-sama"
"Baik Tuan" jawab Hannah menunduk lalu segera melaksanakan perintah Abi Rahman untuk memanggil rekannya.
"Nak Frederick, Abi sangat berterimakasih atas bantuanmu... Sungguh Abi tidak tahu harus membalasnya dengan apa"
Abi Rahman segera menangkupkan kedua telapak tangannya namun Frederick segera menahan, merasa tidak pantas seorang ketua majelis melakukan itu untuknya apalagi beliau lebih tua darinya.
"Abi Rahman, anda tidak perlu khawatir karena saya ikhlas membantu keluarga anda... Insyaallah jika bukan anda maka Allah yang akan membalasnya di akhirat" tutur Frederick membuat Abi Rahman menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa terpukau dengan perilaku sopan serta baik pria ini.
"Kalau begitu Abi tidak masalah jika Nak Frederick ingin pulang terlebih dahulu, Nyonya Renanta pasti menunggu"
"Tidak Abi, Rick akan ingin ikut sholat bersama kalian. Masalah Umi, beliau juga tidak mempermasalahkan hal tersebut selagi baik"
Abi Rahman sangat terpukau dengan akhlak yang Frederick miliki, bahkan wanita yang sedari tadi menangis sekarang malah terhenti karena mendengarkan sifat dewasa dari pria yang akan dijodohkan untuk putrinya. Merasa beruntung.
"Masyallah, semoga Allah membalas semua kebaikan mu"
"Aminn"
"Mari"
Ajak Abi Rahman masih memeluk Umi Riverlyn lalu dijawab Frederick yang menunduk sembari mengikuti arahan Abi Rahman.
Beberapa menit kemudian, seluruh anggota yang ada di kediaman Akthakarta sudah siap dengan wudhu untuk segera menunaikan sholat jamaah Ashar, namun mereka belum melaksanakan karena masih menunggu Alham yang tidak kunjung datang.
"Pak Fulan, tolong panggil Alham di kamarnya ya" pinta Umi yang sudah memakai mukenah duduk di shaf depan area perempuan.
"Ba---"
"Em Pak Fulan, biar Widia aja yang manggil Alham... Widia harus ke kamar buat wudhu lagi" sela Widia membuat Umi mengulum senyum dan mengangguk.
Pria baya yang merupakan tukang kebun itu kembali duduk dibelakang imam untuk membiarkan Widia memanggil Alham. Segeralah Widia menaiki tangga untuk memanggil Alham sementara Umi memilih dzikir terlebih dahulu.
Setelah menyelesaikan kegiatan wudhu, Widia bergegas menemui Alham ke kamarnya.
Cklekk
Pintu terbuka saat Widia membukanya hingga memperlihatkan wajah tampan Alham yang tengah berbaring diatas ranjang seraya mata memejam.
Kedua ujung bibir Widia menyungging melihat pemandangan yang menyejukkan untuk kedua matanya, merasa senang karena memiliki Alham.
Widia berjalan mendekati ranjang serta merangkak menuju tubuh Alham terbaring, wajahnya didekatkan ke depan telinga dan berbisik, "Alham, sholat Ashar dulu yuk."
Duarr
Bisikan tersebut membuat tubuh Alham terlonjak kaget, hingga tubuhnya terjatuh dari ranjang serta gemetar menjalar. Mungkin pikir Alham suara mengerikan apa yang baru saja ia dengar?.
"Kamu kenapa?" Tanya Widia melihat Alham yang merasa ketakutan dilantai.
"Sedang apa kau kemari?"
"Memanggilmu untuk sholat" jawab Widia santai sembari memperbaiki duduknya.
Alham berdiri pelan seraya mengatur jantungnya yang hampir copot mendengar suara buruk Widia, "Aku akan segera turun jadi kau duluan saja"
"Aku akan----"
Hampir saja Widia menyentuh lengan Alham namun ia memilih menghindar, karena posisinya Widia sudah mengambil wudhu.
"Kau sudah wudhu"
"Lagi pula aku yang batal"
"Lalu aku membiarkan dirimu menyentuh diriku yang bukan mahram? Widia, aku sebagai calon suamimu merasa malu jika hal kecil seperti ini tidak bisa ku tegur. Kau itu calon istriku dan bersikaplah dewasa serta mengikuti syariat agama kita sebelum menikah"
Tutur kata yang Alham ucapkan membuat Widia diam, namun pikirannya bukan untuk mematuhi hal tersebut karena Widia bukanlah wanita yang gampang diingatkan.
"Kalau begitu aku minta kita segera menikah"
"Kau minta menikah tapi hal kecil seperti ini masih kau lakukan. Belajarlah dan ikuti ajaran Islam, dengan sendirinya aku akan menikahimu"
"Kalau begitu ajari aku"
Ucap Widia membuat Alham mendengus pasrah lalu berkata, "Puluhan kali aku mengajarimu namun untuk menghargai adikku saja kau tidak bisa, kau masih menanamkan sifat iri dan juga dengki"
"Subha lagi... Kenapa ya, kamu tuh suka sekali membawa nama Subha dalam pembicaraan kita"
"Ya emang Subha yang bisa dibuat contoh" bantah Alham seketika dengan nada lantang.
Bersamaan dengan itu pernafasan Widia semakin sesak jika harus mendengar nama Subha terus Alham sertakan dalam pembicaraan mereka, dan Alham selalu marah kepada dirinya, membuat Widia meragukan cintanya.
"Kau selalu membandingkan diriku dengan Subha, bahkan kau juga membandingkan diriku dengan Le--"
"Nah ini... Ini nih... Ini yang membuatku selalu ragu menjadikanmu istriku" potong Alham dengan nada lantang serta sorot mata menajam. Iapun mendekati Widia pelan.
"Widia, berhenti merasa iri dengan siapapun... Aku memujinya atau bangga dengannya, hal itu tidak berarti jika akhirnya kau yang akan ku nikahi. Jangan membuatku ragu, jangan benci adikku, jangan ungkit masa laluku. Sekali lagi, semua tidak berarti jika akhirnya KAU yang akan menjadi istriku, kau yang akan berjalan disampingku"
"Jadi Widia, mari berjalan bersama-sama... Saling mengingatkan jika hal yang kita lakukan itu salah, dan mari bersama-sama mencari ridho Allah"
Tak terasa Widia berderai air mata dengan tutur kata Alham yang berhasil masuk ke lerung hati yang paling dalam miliknya. Widia menangis dengan mulut mengatup tidak berani berucap jika nantinya membuat Alham kembali kecewa.
"Aku minta maaf"
Alham tidak menjawab, memilih masuk ke kamar mandi daripada menjawab permintaan maaf Widia. Saat Widia masih terlihat pilu, tiba-tiba telponnya berdering.
Iapun segera mengangkat.
In call
"Hallo, Diran"
"Subha sudah tidak lagi di tempatku"
"APA?"
Tutur kata Diran membuat Widia syok hingga mengusap air mata, mengusap kesedihan diganti menjadi amarah yang nyata.
"Pria Italia membawanya"
"Apa kau gila? Siapa, siapa dia?" Tanya Widia dengan amarah yang memuncak.
"Dominic Zolanda"
Widia termangu, matanya menatap jauh kedepan sana. Nafas serta nyeri di kakinya kembali terasa saat otaknya mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
Dorrr
To be continued
Tidak bermaksud menghina atau menjelekan pihak manapun, dimohon kerjasamanya.
Jangan lupa vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Pink Blossom
hayoo, nyesel, kan?
2023-02-01
2
Pink Blossom
nah dengarkan itu, jd segera tobat jgn smpai nyesel, kalau alham tahu kamu yg dh bikin subha, adik kesayangan'y jd gtu udah pasti alham gk bkl maafin km aplg nikh😒
2023-02-01
3
Pink Blossom
wkwkwk, bisa ae nih Author🤣🤣
2023-02-01
2