Waktu itu disaat Alham sudah masuk ke rumah membawa beberapa kopernya, Widia masih berada diluar rumah tepatnya di teras. Widia mengangkat telpon yang sudah sedari lama berdering menunggu balasan.
In call
"Oh Diran, kenapa?" bisik Widia menempelkan ponselnya di telinga seraya mata liar memperhatikan sekitar.
"Kau bilang akan mengirimkan gadis cantik, mana?" Tanya wanita itu dari seberang telpon.
"Sabarlah, aku sedang berusaha"
"Aku jadi tidak yakin jika gadis itu cantik, jika iya mungkin kau tidak mengirimkan nya kepadaku "
"Aku punya barang bagus, yakin jika kalian akan menyukainya. Jadi pasti aku memberikan dia kepada mu, Diran " nada Widia masih membisik.
"Kapan kau akan memberikan nya kepadaku?" Tanya Diran diseberang telpon.
"Secepatnya,"
Widia segera memutus sambungan telpon saat matanya menampaki kaca transparan yang terdapat seorang wanita familiar berjalan mendekat.
"Widia" wanita itu sudah sampai diambang pintu masuk lalu melihat dirinya memasukan telpon di dalam tas.
"Iya, Umi" Widia bergegas mencium tangan wanita dengan pakaian syar'i serta penutup diwajah tersebut.
"Kenapa kok belum masuk? Umi sama Abi nunggu di meja makan loh..." Umi Riverlyn mengusap bahu Widia dengan penuh kelembutan serta kasih sayang.
"Tadi Widia ditelpon sama temen, Umi... Maaf ya buat Umi sama Abi nunggu lama, sampai datang sendiri buat manggil Widia segala..."
"Tidak apa-apa, sayang. Ayo masuk,"
Umi Riverlyn dan Widia memasuki rumah secara perlahan-lahan mengingat jika Umi Riverlyn sudah terlalu tua sehingga jalannya pun terasa mengalun lama.
____
08:00
Astana, Kazhakstan
Langit membiru dipagi hari ini menghiasi ibu kota Kazakhstan yang terkenal dengan kaya akan minyak bumi. Kota yang luas namun sepi akan penduduk, membuat Astana seakan menjadi kota paling luas di negeri ini.
Pria dewasa dengan dagu berbulu halus itu menjadi tertarik untuk mengelilingi setiap tempat di negeri ini. Salah satu tempat yang didatangi dirinya adalah, Aurona. Tempat peternak kuda terkenal yang ada di Kazhakstan.
Ead memperhatikan puluhan kuda berlari dengan liar melewati setiap rumput-rumput di lapangan bebas beserta kawanan mereka. Mereka semua nampak bertenaga dan bahagia menginjakkan kakinya, seakan baru pertama terlepas di alam bebas.
"Kuda putih yang disana," Ead menunjuk seekor kuda putih betina yang sedang duduk diatas rumput, memperlihatkan bagian perut yang agak menggelambir.
"Dia baru saja melahirkan"
Ead menganggukkan kepalanya paham mendengar pria baya bertubuh agak gemukan memakai topi Panama warna putih kecoklatan. Pria ini merupakan pemilik serta pendiri Aurona, Fairuz Asylbek.
"apa anaknya selamat?"
"Tentu saja selamat, kami membantunya melahirkan"
Fairus menjawab dengan lantang dan begitu bahagia dengan kelahiran anak kuda betinanya. Suatu rezeki yang patut untuk disyukuri.
"Aku hanya dengar jika ibunya selamat, anaknya tidak selamat. Jika anaknya selamat, ibunya yang justru mati. Hidup seperti saling bertolak belakang, dimana keduanya tidak bisa dipersatukan."
"Kau membicarakan siapa?"
Wajah Fairuz mengadah melihat wajah tampan Ead dari samping, merasa jika pembicaraan pria itu tiba-tiba melenceng dari pembicaraan sebelumnya.
"Aku mau mengambil kuda betina itu," ucap Ead seketika melukis senyum di bibir berkerut Fairuz. " Tanpa bayinya,"
"Bagaimana?"
Fairus mematung dengan dugaannya sedari tadi, pria mengerikan yang belum terlihat akhirnya menampakkan wajah aslinya.
"Kuda itu... Harus menyusui,"
"Aku memiliki anjing di mansion, dia akan menggantikan bayinya. Tidak masalah kan?" Ead menyeringai lebar mendapati respon Fairuz yang kebingungan.
"Aku akan pikirkan"
Ead menganggukkan kepalanya seraya ringai itu kembali tercipta saat Fairuz menjawab permintaannya. Namun bukan berarti pria baya ini menerima, ia hanya membutuhkan waktu untuk memikirkan permintaannya.
Suasana menjadi canggung antara Ead dan Fairuz. Namun karena Fairuz bukanlah pria muda, ia menyadari jika umurnya lebih tua dari Ead sehingga ia tidak begitu mempermasalahkan permintaan Ead serta menganggap semuanya seakan biasa saja.
Fairus tersenyum melihat wajah darat dari pria yang tadinya menyeringai ngeri disampingnya. " Kau mau mencoba kumis?"
Kening Ead berkerut mendengar kalimat konyol dari mulut pria baya pemilik bulu tebal di sekitar mulutnya ini. Apa yang di maksud kumis itu, bulu di sekitar mulutnya? Menjijikan.
"Kumis?"
Fairus tertawa serta menepuk bahu Ead pelan, "kumis itu untuk sebutan susu perahan kuda betina yang sudah di fermentasi. Kau mau meminumnya atau tidak?"
Ead masih mengerutkan dahinya serta wajah bingung masih terlukis disana. Namun entah mengapa Ead merasa tertarik ingin mencoba, hingga tidak terasa kepalanya mengangguk menerima.
_____
Saat ini Ead dan Fairuz duduk di teras samping peternakan dimana kedua netranya akan disapa oleh pemandangan perbukitan yang jauh disana.
"Ini minumannya, Tuan" karyawan ternak tersebut menghidangkan dua gelas susu kumis yang dimaksud Fairuz serta makanan ringan seperti roti bakar sebagai pelengkap.
"Cobalah kau minum"
"Are you sure"
Fairus mengangguk yakin dengan pertanyaan bimbang dari pria yang ada dihadapannya, mendudukkan tubuhnya dengan kaki bertopang di kaki yang lain.
Ead membawa gelas berisi kumis itu tepat didepan hidungnya. Ia mencium aroma asam dari susu kuda yang sudah difermentasikan, memastikan jika aromanya memang nikmat.
"Kumis mengandung banyak alkohol," Ucap Fairuz membuat Ead melirik sekilas lalu meminum segelas susu itu dengan sekali tegukan. Merasa yakin setelah mengetahui jika minuman itu mengandung banyak alkohol. kesukaan Ead!.
Glek
Satu tegukan penuh baru saja luruh melewati tenggorokan ke dalam lambung. Seketika itu mata Ead menampaki wajah cantik seorang gadis. Gadis berambut merah kehitaman itu berjalan menggiring kuda jantan jinak yang ada disampingnya.
Entah mengapa bayangan wajah cantik Subha terlintas di otaknya, seakan menyapa. Setiap pahatan sempurna dari wajah Subha tidak bisa lupa dari pikirannya, padahal tidak ada niatan dia ingin mengungkit ataupun mengingat masalah pertemuan itu. Namun kenapa wajah Subha tiba-tiba terlintas?
'gadis kecil yang berucap aneh itu mengusik pikiranku, padahal kita baru bertemu.' gundah Ead dalam hati.
"Apa wanita itu bekerja disini?" Ead masih memperhatikan gerak-gerik gadis yang menggembala kuda diatas lapang sana.
"Iya, dia baru bekerja minggu lalu"
"Pecat dia..."
"kenapa nak, apa dia melakukan sesuatu yang menyakitimu?" tanya Fairuz tidak mengerti dengan permintaan Ead.
"Tidak, kau urus kuda betinaku karena aku harus membawanya pulang. Ingat, tanpa anaknya!!!" tekan Ead segera beranjak dari duduknya, meninggalkan Fairuz yang memohon dengan segala sifat kediamannya.
Fairuz pikir setelah diberi suguhan segelas susu, pria ini akan lupa dengan kuda betinanya, ternyata Ead masih kekeh ingin membawa pulang kuda tersebut. Jika saja Ead mau membawa anaknya, pasti Fairuz akan dengan senang hati menerima. Lalu bagaimana dengan bayi kudanya setelah induknya tiada?
"Ya Allah, berikan sedikit otak untuk pria itu supaya dapat menjalani hidup dengan normal" lirih pria itu berdoa.
To be continued
Tidak bermaksud menghina atau menjelekan pihak manapun, dimohon kerjasamanya.
Ini karya keduaku! jika kalian pernah menjadi author pasti hal ini pernah kalian rasakan, dimana keinginan membuat cerita yang baru sangat ingin kalian lakukan. Karangan ini juga masih amatiran, jadi mohon di komen dengan kalimat yang sopan untuk saling menjaga hati😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Ruk Mini
masih.. muter2 thorrr
2024-03-16
1