Di tempat dengan lampu kelap-kelip terlihat samar menyinari ruangan yang dipenuhi dengan para wanita serta pria saling bersenggama. Memperlihatkan tempat kotor dengan penghuni yang saling bermanja-manja.
Ruangan berpintu kayu dengan gantungan sepasang burung merpati itu telah terbuka saat seseorang membukanya lebar, memperlihatkan seorang wanita sexy tengah duduk bersilang kaki di kursi kebanggaanya.
"Salam, Diran Ayel Lesi" sapa wanita yang baru saja datang dengan mendudukkan tubuh terbukanya di atas lantai.
Diran, wanita yang memiliki visual bak dewi dimana setiap pria tidak akan bisa lari dari kedipan matanya, seakan itu adalah racun yang mematikan. Diran merupakan seorang Germo dengan sebutan 'Diran Ayel Lesi' memiliki arti 'Diran si pemilik wanita'.
Diran sangat menyukai asap rokok hingga ia mampu menghabiskan 1 kotak dalam sehari. Saat ini ia tengah menghisap cerutunya, menyembulkan nya ke udara hingga hampir menutupi wajahnya yang cantik.
"Ruska, kumpulan semua wanita ke aula. Kita akan memilah diantara mereka untuk di ekspor."
"Tapi, gadis yang baru saja sampai belum juga bangun."
"Aku akan membangunkannya."
Segera Diran beranjak dari duduknya hingga melewati Ruska yang masih terduduk diatas lantai serta bibir menyungging terlukis di wajahnya.
Sesampainya Diran di ruangan tersebut, ruangan glamor dengan barang-barang klasik itu memenuhi ruangan yang sempit ini. Diran beserta dengan Ruska beriringan masuk kedalam untuk menemui gadis yang baru datang ke tempat Ayel Lesi.
"Bangunkan gadis itu,"
"Baik, Diran"
Ruska segera melaksanakan perintah Diran untuk membangunkan gadis yang masih tidak sadarkan diri diatas ranjang tanpa penutup tubuh sepenuhnya.
"Subha, bangun..." Ruksa menepuk lengan Subha pelan namun hal itu tidak mempan, sementara Diran masih memperhatikan kinerja sang bawahan seraya menghisap cerutunya.
"Subha..."
Subha masih tidak sadarkan diri. Gadis ini masih tertidur pulas saat Ruksa membangunkan dirinya pelan, hal itu membuat Diran merasa tak sabaran.
Diran membanting cerutunya serta menginjak, tubuhnya berjalan menghampiri gadis yang masih tidak sadarkan diri diatas ranjang.
Bugh
Tubuh Subha tersungkur diatas lantai saat Diran dengan kuatnya mendudukkan tubuh Subha hingga mendorongnya, membuat kepala Subha membentur lantai. Perlahan-lahan hak itu membangunkan kesadaran Subha.
"Arkk... Aku ada dimana?" Subha menatap nanar kedua wanita yang berdiri di depan matanya, " Siapa kalian?" Sambung Subha memegang kepalanya yang berdenyut.
"Welcome, Diran Ayel Lesi."
"Diran Ayel Lesi?"
Subha sama sekali tidak mengerti dengan perkataan wanita cantik bernama Diran itu, pikirannya masih melayang mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu.
Tiba-tiba Subha teringat dimana seseorang menutup kepalanya dengan kain, dan kini pandangan Subha tertuju pada penampilannya saat ini.
"kenapa dengan diriku, bagaimana aku bisa berpakaian seperti ini?" Subha menutup dadanya yang terbuka dengan kedua tangannya bersilang di dada.
"Kau berada di tempat Diran, pemilik para wanita muda dan cantik di kota ini."
"Aku tidak mengerti"
Subha menggeleng cepat mendengar penuturan wanita bernama Diran itu. Ia terlalu fokus terhadap tubuhnya hingga menarik-narik selimut yang ada di atas ranjang sebagai penutup tubuhnya.
"Ayo bangunlah"
"Kalian itu siapa, dan apa tujuan kalian membawaku? "
"Bangunlah"
Kini nada Diran menajam saat tidak mendapatkan jawaban dari si Subha. Wanita ini bukanlah tipe orang yang penyabar namun Subha seakan memancing emosinya.
"Bangun sayang,"
Subha tidak menjawab. Ia masih meraih-raih selimut yang ada diatas ranjang seraya mata mengamati penampilan kedua wanita yang ada didepannya.
'Ya Allah, dimana aku saat ini... Siapa mereka, kenapa pakaianku dan mereka seperti ini?' ucap Subha dalam hati.
"Kau itu milik Diran, jadi bangunlah karena kau harus menemui seseorang."
"Kalau begitu berikan pakaianku"
Diran tertawa lebar mendengar permintaan Subha. Sungguh, perutnya rasa terkocok karena ucapannya.
Tubuh wanita itu berjongkok di depan Subha yang terduduk, "Subha, kau akan menemui orang-orang dengan pakaian ini... Sayang,"
"Apa maksudnya... Dimana aku dan pakaian ku, aku tidak bisa memakai pakaian terbuka seperti ini."
"Kau itu berada ditempat Diran. Memakai pakaian ataupun tidak, semua itu tergantung bagaimana pesonamu saat memakainya."
Diran tertawa lebar seiring perasaan kaget yang baru Subha rasakan. Dada Subha sesak serta lelehan bening itu tidak mampu ia tahan hingga meluruh begitu saja.
"Bangunlah," perintah Diran kembali, namun Subha hanya menggelengkan kepalanya menolak.
"Bangun..."
Nada Diran masih terdengar menekan namun Subha masih saja menolak padahal Diran tidak pernah sesabar ini dalam menghadapi para wanitanya.
Diran berjongkok tepat didepan wanita bertubuh terbuka tersebut, hingga tangannya terulur untuk mengusap pipinya. "Subha sayang... kau tahu saat aku kecil banyak sekali orang yang datang melontarkan pertanyaan kepadaku. Mereka bertanya, 'berapa uang yang harus aku keluarkan untuk mengambilmu?' dari itu, aku mengklaim tidak ada pria yang lebih dari sekedar singgah lalu memberikan hartanya."
"Namun aku bukan wanita seperti itu, aku tidak pernah menampakkan diriku didepan pria manapun, bahkan kakak dan Abi ku saja beliau-beliau tidak pernah melihat aku berpakaian seperti ini."
Bantah Subha berjalan merangkak mengambil selimut. Sementara Diran mengisyaratkan bawahannya untuk melakukan sesuatu.
Srettt
Aarrrkkk
Subha menjerit merasakan rambut panjang yang tidak diikat itu tertarik oleh tangan kasar Ruksa, kepalanya hampir mengadah merasakan sakit dibagian kulit kepala.
"Aarrkk lepaskan, sakit... "
"Ditempat ini, kau tidaklah hanya sekedar pemuas saja... Tidak apa, kau baru... Jadi membutuhkan waktu untuk kau menerima takdir hidupmu."
Tekan Ruksa semakin memperkuat genggamannya serta menyeret Subha untuk mengikuti Diran yang berjalan keluar dari kamar ini.
Teriakan serta tangisan terus Subha keluarkan akibat rasa sakit dari fisik dan juga hatinya. Sampai disebuah aula yang dimana banyak sekali wanita berpakaian sama berjejer rapi menunggu mereka.
Brukk
Tubuh Subha terlempar membentur lantai didepan para wanita tersebut, membuat Subha merintih merasakan sakit diarea tangan dan kakinya.
"Tolong jangan lakukan ini... "
"Wanita-wanita ku sekalian... " Ucap Diran tidak memperdulikan tangisan Subha, "Dengarkan, kalian kedatangan teman baru... Dia namanya Subha, gadis cantik bermata biru yang indah. Hemm, aku beri nama siapa ya?"
"Tatti/manis"
"Ademi/cantik"
Teriak para wanita memberikan nama sesuai dengan penampilan Subha, cantik dan manis. Namun berbeda dengan Subha yang terus saja menangisi aduannya dalam hati. 'Aku tahu ini cobaan darimu... Tapi bagaimana engkau bisa menempatkan aku di tempat kotor seperti ini.'
"Ragazza Velenoso, kalian semua boleh memanggilnya Velen... "
"Hai Velen... " Sapa para wanita kepada gadis yang masih berada di lantai itu.
Hanya Ruksa yang tidak menyapa nama baru Subha, entahlah nama itu terasa mengganjal di otaknya.
"Diran, Ragaza Velenoso? Kau akan memberikannya kepada pria Italia itu?" Bisik Ruksa ditelinga Diran, Karena tahu nama itu merupakan nama dari Italia yanb memiliki arti 'Gadis beracun'.
"Iya,"
"Untuk apa memberikan gadis sepertinya yang belum tahu apa-apa?"
"Dia akan datang lusa untuk mencari seorang wanita. Aku lihat, Velen sempurna."
"Tap---"
"Ayooo, beri sapa rekan kalian..." Teriak Diran memotong Ruksa yang ingin membantah.
"Jangan menangis, kau akan terbiasa nanti."
"Velen, aku dulu juga menangis tapi sekarang aku bahagia."
Namun Subha masih saja menangis, matanya tidak sanggup menahan rasa sakit akan takdir ini. Ia bukanlah seperti wanita-wanita itu dimana ia akan menerima semuanya.
'ku harap cuma mimpi,'
_______
Di tempat berbeda.
Seorang pria berdiri di atas balkon mansion miliknya, menikmati keindahan serta angin malam membelai tubuhnya yang terbuka di bagin dada, memperlihatkan tonjolan indah serta perut kekarnya.
Cerutu hangat yang ada di tangan menjadi teman setia saat dirinya sendiri membutuhkan kehangatan.
"Tempat selanjutnya."
"Ayel Lesi,"
Jawab seorang pria yang sudah berdiri lama di belakang sang dominan saat dirinya tidak kunjung di beri perintah.
Sementara pemilik dada serta perut kekar itu membalikan tubuhnya melihat pria yang berdiri diambang pintu, sorot mata mengerikan itu terlihat saat dirinya bersandar di pembatas.
"Siapkan senjataku... Aku akan langsung bunuh jika itu bukan dia."
To be continued
Tidak bermaksud menghina atau menjelekan pihak manapun, dimohon kerjasamanya.
...Jangan lupa vote......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Pink Blossom
semoga itu kamu ya, ead
2023-01-10
2