Sebelumnya...
Di tempat Louis dan Roy, kedua sejoli itu akhirnya mengeluarkan senjatanya dari dalam saku. Mereka berkeyakinan jika peluru yang dimiliki oleh para pasukan penembak akan segera habis, hingga mereka dapat leluasa membalas tembakan mereka.
Dor
Louis menembak salah satu pasukan bersenjata saat ia memberanikan diri untuk menampakan dirinya dari persembunyian. Keberaniannya disusul Roy yang juga menembakan satu peluru kearah mereka.
Jika terus saling menembak, maka pertengkaran ini tidak akan selesai. Louis berinisiatif untuk melawan mereka dengan tangan kosong. Ia berlari kearah targetnya hingga menangkis jauh sniper yang dipegang.
Keduanya saling bergulat mengeluarkan seluruh tenaga. Tangan mereka tiada henti saling beradu, menghantam, bahkan menangkis lawannya.
Bugh
Brakk
Louis menendang dada anggota penembak tersebut hingga tubuhnya terlempar menghantam pintu gerbong. Tubuh pria itu tengkurap mengeluarkan darah dari mulut mengotori alas.
Bugh
Kepala anggota penembak itu seketika mengadah keatas kala Louis menginjak lehernya. Menjadikan kepala pria itu melihat Louis yang ada diatas.
Kini Roy juga tidak bisa diam melihat rekannya kelimpungan menghadapi para pasukan lawan. Kedua tangan dan kaki tidak henti-hentinya melawan serta menahan.
Namun ilmu bela diri Roy tidak sehebat Louis ataupun Eadwarl, hingga dirinya kewalahan menghadapi serangan dari balik lawan.
Namun Roy masih berusaha menahan serangan tersebut hingga tidak mengetahui kemana arah dirinya dalam memijakkan kaki. Kesadarannya hanya tertuju kepada lawan didepan, namun tubuhnya sudah berada diambang pintu gerbong yang terbuka.
Whuss
Aaarkk
Teriak Roy dengan Kedua lengan berputar seperti gangsingan supaya tubuhnya tetap seimbang saat telapak kakinya berada antara mendarat dan melayang.
Melihat itu membuat anggota lawan memiliki kesempatan untuk mendorongnya. Ia pun bergegas mengangkat kaki kanannya tinggi-tinggi bersiap menendang, namun pria itu terlanjur ditendang oleh kaki Louis.
Brak
Pria itu terjatuh menghantam segala sesuatu yang ada dibawahnya, sementara Louis bergegas memegang tangan Roy supaya tidak jatuh dari kereta yang masih berjalan.
Grepp
Kedua lengan kekar Louis menangkap bahu Roy saat ia sudah berhasil menariknya. Namun Louis segera mendorong tubuh Roy menjauh saat perasaan aneh melanda. Takut Roy baper dengannya.
"Bodoh... Gitu saja kau kalah. Sebenarnya kau itu masuk pasukan Tuan Dominic lewat jalur apa? Kenapa orang seperti mu bisa masuk" ejek Louis.
"Aku bukan seperti dirimu, ya---"
"Iya, iya... Memang kau bukan seperti diriku. Diriku tampan dan mempesona, tidak seperti dirimu" ucap Louis mengejek lagi.
"F*ck" umpat Roy merasa ingin memukul kepala Louis namun ia tahan karena mengingat jasa Louis padanya.
"Ayo kita cari Tuan Dominic" Ucap Louis berlari meninggalkan Roy yang masih merasa kesal.
Dengan terpaksa Roy mengikuti Louis yang sudah jauh mendahuluinya, mengingat jika ia harus membantu Ead yang tengah mengejar musuh sendirian.
Dari itu kedua orang yang merupakan kepercayaan Ead, tengah melihat dirinya sedang mengelabuhi lawan dengan ucapan-ucapan yang meyakinkan. Nyatanya, tidak ada yang ia lakukan.
Roy menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa bangga saat melihat Ead melumpuhkan lawannya. "Inilah seorang Dominic"
Brukk
Ead menjatuhkan tubuh pria berbadan gemuk itu di atas lantai kereta api. Namun sorot mata mematikan miliknya tertuju kearah Louis beserta Roy.
"Bawa pria ini ke markas. Pastikan pria ini tidak mati untuk di selidiki" titah Ead melangkahi pria itu saat tubuhnya menghalangi jalannya.
"Baik, Tuan" jawab Louis sendirian.
Tiba-tiba Ead berhenti di depan seorang pria yang merupakan supir dari kereta ini, "Kau... Kau harus segera melakukan pengaktifan katup rem kereta, karena 600 meter dari sini ada stasiun Akramayma"
"Oh iya "
Masinis itu segera mengaktifkan katub rem kereta. Karena saat itu terjadi, udara yang dimampatkan bergerak dari pipa rem, masuk katup kendali dan terus ke silinder rem. Tekanan udara dalam silinder rem menggerakkan tuas yang menekankan sepatu rem ke roda kereta kuat-kuat, hingga kereta dapat berhenti tepat waktu di stasiun.
_______
07:10
Awan di pagi hari ini menampilkan pesona yang berbeda, tanpa angin sejuk maupun matahari menampakan bentuknya. Suasana di pagi hari ini tengah mendung, membuat pria pemilik hunian mewah ini tergoda untuk pergi tidur setelah lelah bertempur.
Saat Ead melewati pintu hingga melewati ruang tamu, ia melihat seorang wanita tanpa kain diwajahnya, namun ia masih memakai hijabnya. Takut jika seorang pria yang bukan muhrim melihatnya.
Wanita itu sedang ada diruang makan untuk membantu para pelayan menyajikan makanan.
"Siapa dia?" Gumam Ead menyipitkan kedua matanya menatap intens kearah wanita itu. "Perasaan aku tidak pernah menerima pekerja dengan bentuk seperti itu"
Ead masih menduga-duga, lalu teringat dengan gadis yang satu hari lalu ia nikahi. "Ahh Subha... Kenapa aku bisa lupa"
Ead tidak memberi respon lebih karena tubuhnya sangat lelah, namun kakinya tertahan di tangga pertama saat wajah cantik Subha seakan memanggilnya.
"Aku akan sapa sebentar"
Ucap Ead dengan keputusannya menghampiri istrinya yang ada di ruang makan. Menata sendok, piring dan alat makan lainnya.
"Pagi" sapa Ead mengambil buah apel yang sudah tersaji diatas meja. Ia menarik kursi dengan kakinya untuk dapat ia duduki.
Beberapa pelayan hanya saling pandang saat tidak ada yang menjawab sapaan Tuannya, bahkan Subha hanya menunduk tidak menjawab saat dirinya tengah sibuk menata alat makan. Entah tidak dengar atau memang tidak peduli?
Hal itu membuat Ead bingung dengan respon wanita yang ia nikahi. Seharusnya suami pulang disambut baik, ini malah tidak ada respon baik sama sekali.
"Selamat pagi" Ead mencoba menyapanya kembali, namun Subha masih tidak menjawab.
"Selamat, pagi, istriku"
"Walaikumsalam" jawab Subha spontan melihat Ead lalu kembali menunduk. Namun hal itu sudah cukup untuk membuat Ead menyadari sesuatu.
"Assalam--- assalamualaikum"
"Walaikumsalam" jawab Subha masih saja menunduk. Berarti bukan ini masalahnya namun Ead tidak bisa merasakan perasaan Subha.
Yang Ead rasakan hanya gemuruh hati saat melihat wajah cantik istrinya. Kain yang Subha pakai untuk menutupi rambutnya tidak dapat menghilangkan rasa sukanya saat melihat dia.
Sungguh, tidak tahu kenapa Ead suka jika melihat wanita ini saat dirinya tengah kelelahan, apalagi saat ini Subha tidak memakai penutup di wajahnya, memberikan perspektif jika ia sudah ridho menjadikan Ead sebagai suaminya.
Tidak terasa kedua kaki membawa Ead mendekati Subha, hingga tangannya mengulur menyentuh dagu manis di wajah cantik Subha. Wajah Ead mendekat hendak mencium namun Subha segera menghindar.
"Kau sudah mandi?" Tanya Subha memundurkan dirinya. Pandangannya naik turun seiring dengan perasaan canggung dirinya.
"Aku akan mandi sebentar lagi" jawab Ead hendak menyentuh tangan Subha namun gadis ini malah menyela.
"Sudah sholat subuh?"
Ead terdiam. Ia lupa, "Belum"
Tanpa menjawab apa-apa Subha kembali menata alat makan yang ada diatas meja. Saat ini ia sedang mengabaikan suaminya.
"Baiklah, aku akan sholat subuh" ucap Ead dengan pasrah sambil melenggang membelakangi Subha.
"Sudah telat"
Ead mendengus kesal atas respon dingin Subha. Walaupun Subha tidak menampakan kemarahannya dengan jelas, ia tahu jika istrinya ini sedang marah. Tapi ia bingung karena apa!.
Ead jadi penasaran apa yang menjadikan gadis ini marah kepada dirinya. Ia pun kembali mendekat kearah Subha, menundukkan sedikit wajahnya supaya dapat melihat wajah Subha yang menunduk kebawah.
"Aku salah apa?"
...To be continued...
...Hai semoga kalian sehat selalu ya...😘...
...Masih setia mencantumkan kata ini 👇...
...Tidak bermaksud menghina atau menjelekan pihak manapun, dimohon kerjasamanya....
...Jangan lupa vote......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
cowok
dasar lu yeh, bisa2 nya lupa sama wajah istri sendiri
2022-12-20
2