...Aku Hanya Berangan...
...🌱 Yang Belum Pasti Bisa Ku Lakukan 🌱...
"Lo yakin?"
"Hemm gua juga pengen bisa main basket kaya lo no" tekat vian bulat untuk berlatih bermain basket saat ini.
"Jangan paksain diri lo"
"Tenang gua bakal hemat tenaga gua" ucap vian yakin.
Vino mengoper bola basket di tanggannya kepada vian yg berdiri tepat di hadapannya.
Dan bola itu di tangkap dengan baik oleh vian, sejenak ia mengamati bola dan ring secara bergantian.
Sudah beberapa tahun ia tak berdiri di tengah lapangan basket dengan bola di tanggannya, itu semua juga karna sang papa.
Sang papa yg tak memperbolehkan vian untuk bermain bola, entah bola sepak, basket, voli dan lainnya, termasuk olahraga yg cukup menguras tenaga.
Karna tubuh vian lebih lemah daripada kembarannya tak ayal kedua orang tuanya banyak mengekang keinginannya.
"Dribel bola lo" titah vino.
Dengan segera vian mendribel bolanya, ia menuruti setiap kata yg keluar dari mulut vino.
"Tangkap, masukkan"
Vian menagkap bola yg terpantul di lapangan dan menembaknya ke arah ring yg menjulang tak jauh di depannya.
Dannn
Memantul.
Bola yg vian lempar tak masuk kedalam ring, melainkan memantul kembali ke arahnya, ya meski tak sampai kepadanya.
"Gagal no" kesal vian, padahal ia sudah memastikan bola itu akan masuk tepat ke dalam ring.
"Lo bisa co..."
Drettttttttt dretttt
Panggilan masuk pada ponsel vian, tertera nomer sang papa di log panggilan.
"Halo pa"
"Iya ini vian baru mau pulang"
"Biasa kerja kelompok buat tugas besok"
"Nggak usah, vian pulang sendiri aja"
"Iya"
Panggilan berakhir, vian menatap vino yg juga menatapnya.
"Gua pamit no, papa nyariin, gua nggak mau papa ketemu sama lo lagi trus marahin lo"
"Hmmm"
"Emmm kalo gitu gua duluan ya, lo mau latihan lagi atau?"
"Gua balik"
"Ok, besok sekolah gua tunggu di parkiran"
"Hmmm"
Vian melangkahkan kakinya ke pinggir lapangan tempat rafa dan yg lain tengah duduk, ia masih membawa tas tadi, karna belum pulang ke rumah.
"Lho yan udah selesai lo?" Tanya danu, pasalnya vian belum lama pergi dan sudah kembali lagi.
"Papa nyuruh balik"
"Yah anak papa" ejek nanda yg mendapat geplakan dari orang yg baru datang, dan itu vino.
"Hehe canda no canda, btw lo balik gimana yan?"
"Iya juga, lo kan tadi bareng vino" timpal rafa.
"Gampang lah gua naik ojek aja, taksi juga banyak" ucap vian yg nampak santai.
Namun aslinya ia sudah khawatir bagaimana ia akan pulang, jujur ia tak pernah menaiki kendaraan umum tanpa ada yg mendampingi.
"Gua duluan , gua balik no" setelah mengatakan itu vian meninggalkan lapangan, tujuannya adalah halte yg terletak tak jauh dari lapangan berada.
Kondisi di lapangan cukup sepi, vino yg menyimoan beberapa barangnya, rafa yg sibuk dengan ponsel nya dan danu serta rafa yg bermain game online bersama.
Mungkin kalian akan bertanya kenapa mereka tak mengeluarkan suara saat bermain game, jawabannya ya karna vino yg melarang mereka mengumpat dan berbicara kotor lainnya.
Meski terkadang masih terselip beberapa kata kasar dalam berbicara dengan sesama.
Di lain tempat vian sedang risau di halte yg menjadi tempat singgahnya.
Beberapa ojek online menolaknya sedangkan taksi belum ada yg nampak melintas melewati jalanan di depannya.
"Kenapa gua nggak minta anter vino aja coba, tapi kasian dia harus puter balik, kan nggak se arah" gerutu vian dengan bergumam kecil.
Hingga nampak sebuah mobil berhenti tepat di depan halte, kaca samping pengemudi itu terbuka, menampakkan pengemudi di dalamnya.
"Naik, nggak ada taksi lewat" ajak nya
"Tapi no lo nanti harus puter balik" ucap vian tak enak, pasalnya vino sekarang mandiri, harga bensin juga tak semurah itu bukan?
"Lo mau papa marah?"
"N..nggak, ta tapiii"
"Naik vian, lo sendiri di situ" ucap vino dengan sedikit kesal, kenapa saudaranya sulit di ajak seperti ini, padahal ia hanya tinggal naik dan sudah.
Dengan langkah gontai vian melangkah menuju mobil vino, ia ingat betul mobil ini adalah pemberian kakeknya saat vino tepat berusia 17 tahun dulu.
"Berhenti di depan komplek aja no, nanti gua masuk bisa jalan"
"Nanggung"
"Tapi kan..."
"Berisik, diem"
Dan sunyi, hanya bunyi beberapa kendaraan dan klakson yg terdengar, vian benar benar diam di tempatnya.
Setelah beberapa menit berlalu vian mengeluarkan suaranya.
"No"
"Hmm"
"Berhenti dulu, gua pengen martabak" ucap vian, vino sendiri tak menanggapi namun saat berada di salah satu gerobak penjual martabak yg terkenal enak mobil itu berhenti.
"Cepet" ucap vino lalu membuka ponselnya.
Dengan senang hati vian keluar menuju penjual dan memesan.
"Pak martabak manis yg spesial 2 ya" pesan vian, beruntung tak ada pelanggan jadi ia bisa cepat.
"Siap mas"
Butuh waktu beberapa menit untuk membuat pesanan vian, setelah jadi vian membayar dan masuk kembali ke dalam mobil.
Sebenarnya jarak penjual martabak dan komplek rumah vian tak terlalu jauh bila berkendara, mungkin bisa di ukur kurang lebih 6km.
Mobil hitam itu sampai di salah satu rumah dengan pagar yg sedikit terbuka.
"Thanks no, ini yg satu buat lo" vian menyerahkan satu kotak martabak pada vino.
"Hmm"
"Gua masuk, kalo lo butuh bantuan jangan sungkan, dan jangan lupa buat ajarin gua basket sampe gua bisa se hebat lo"
"Iya cerewet" vino meraup wajah vian dengan tanggannya, itu membuat vian kesal dan juga sedih, dulu saat vino di rumah ia sering berbuat seperti itu padanya.
"Masuk lo, jangan begadang" ingat vino, vian itu sudah fisiknya lemah, namun masih sering begadang, nakal memang.
"Lo juga"
Vian keluar dan mobil itu melesat pergi, meninggalkan jalanan yg lenggang dan sepi, japanan yg selalu mengingatkan vian pada vino saat berada di balkon kamarnya.
Vian masuk ke dalam dan di sambut hangat kedua orang tuanya, orang tua yg selalu mendukungnya namun tidak dengan kembarannya.
Di lain sisi vino telah sampai di apartemennya, ia langsung membersihkan diri.
Setelah itu merebahkan tubuhnya ke kasur, ia sangat lelah hari ini, seharian berlatih setelah bekerja itu benar benar menguras tenagannya.
Saat ia memejamkan matanya, sial dunianya terasa terombang ambing.
Seharusnya saat merasa lelah ia akan mudah tertidur namun kenapa sekarang tidak, dengan malas ia merogoh nakas di samping tempat tidurnya.
Mengambil teman kecilnya yg sayangnya hanya tersisa beberapa saja.
Ia meneguknya lalu merebahkan dirinya lagi, menunggu temannya bekerja dengan sewajarnya, menutup harinya yg melelahkan menuju hari esok yg sepertianya akan sama saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments