02

...🌱Aku itu seperti langkah tak berjejak🌱...

...Senja tak jingga dan ada tapi tak dianggap...

SMA Alaska

Sekolah menengah atas yang sudah menjadi tempat belajar si kembar kurang lebih 2 tahun.

SMA Alaska merupakan 1 dari 3 sekolah ternama di ibu kota yang menjadi favorit siswa dan sisiwi yang menempuh pendidikan lebih tinggi.

Vino dan vian memang berada di satu sekolah yang sama namun berada di kelas yang berbeda.

Vian yang berada di kelas XI Mipa 2 dan Vino yang masuk ke dalam kelas IPS 3.

Tak ayal vian selalu di banggakan orang tuanya karna masuk ke dalam jajaran murid berprestasi.

Berbeda dengan vino yang termasuk pintar di bidang non akademik yaitu olahraga.

Motor milik vino terparkir tepat di samping motor sahabatnya.

Seketika laki laki berambut sedikit kriting itu menyapanya "tumben berangkat pagi lo vin" ucapnya yang hanya di balas deheman.

"Nggak bareng vian lo?" Tanya seorang lagi yang tengah duduk manis di motornya, yang tepat berada di sampingnya.

"Bareng papa" jawab vino acuh tak acuh yang hanya di balas anggukan kepala.

Seketika ia ingat ucapannya di rumah bila akan sarapan di sekolah, "kantin" ajaknya pada kedua temannya itu.

"Lah rafa belum dateng woy"

"Dia nyusul" ucap vino lalu kembali berjalan.

Suasana kantin masih terbilang cukup sepi, hanya ada beberapa siswa yang sedang makan, setelah memesan mereka langsung duduk.

Dengan posisi vino menghadap kedua temannya yang sekarang sudah mulai adu mulut.

"Lama lama gua potong tu rambut nan, heran seneng banget jailin orang pake tu rambut" kesal laki laki di yang tepat duduk di hadapannya.

"Eitsss tidak semudah itu teman" ucap nanda dengan menyugar rambutnya ke belakang, berlagak sok keren.

Nanda septia naraja, laki laki yang sudah berteman dengan vino sejak kelas 1 smp itu memang suka berbuat ulah dengan rambutnya.

"Jijik gua sumpah" lawan bicaranya berlagak ingin muntah.

Danu Aji Saelendra, atau yang kerap di panggil danu itu adalah sahabat vino dan vian sejak kecil, sikapnya yang random terkadang membuat yang lain geleng geleng kepala.

Vino sendiri memilih tak peduli dan memakan makanannya yang sudah datang.

Tak lama setelah makanan itu habis, tampak remaja laki laki yang berjalan ke arah mereka.

"Sory gua telat" ucapnya dan langusung duduk di samping vino.

"Kenapa raf?" Tanya danu yang sudah menyudahi perdebatannya dengan nanda.

"Ada problem, tapi udah clear kok tenang" jawab rafa.

Rafa Bintang Natalino, salah satu kerabat jauh vino dan vian dari keluarga sang mama, dan ia jugalah yang selama ini sudah membantu dan mendukung vino sejak dulu.

"Gimana kemarin vin? Aman?" Tanya rafa pada vino yang sekarang sudah meletakkan hanphonnya.

"Hemmm aman" jawab vino

Tentang sikap vino mereka sudah terbiasa, karna memang seperti itulah sikap seorang Alvino Dekta Adinata yang mereka kenal, meski sikap itu kadang berubah tak menentu.

Tak terasa bel masuk berbunyi, mereka bergegas menuju kelas masing masing.

Walau sebenarnya hanya rafa yang berbeda kelas dengan mereka, karna ia berada di kelas Mipa 4 sendiri.

Pelajaran pertama kelas vino adalah "Matematika Ilmu Yang Menyenangkan" sebuah bencana memang bagi orang seperti vino dan kedua temannya, atau mungkin banyak murid lainnya.

Belum 5 menit mereka masuk, masuklah seorang guru dengan langkah tegasnya.

Kumis yang tebal, badan besar dan rambut yang tak banyak tumbuh itu merupakan ciri khas pak Nurhudin, atau yang biasa di panggil pak udin oleh anak didiknya.

Dengan tajam nya ia memperhatikan setiap deretan bangku di kelas.

Tatapan tajam itu membuat Ips 3 sunyi bukan main, bahkan sekarang suara jam dapat terdengar dengan jelas.

"Siapa yang tidak mengerjakan Pr angkat tangan!" Titahnya dengan suara yang tegas dan keras.

Beberapa murid mengangkat tangan, bukan hanya laki laki namun juga ada siswi perempuan.

"KALIAN INI!! PR ITU SUDAH SAYA BERIKAN 1 MINGGU YANG LALU!! SEKARANG KELUAR DAN KERJAKAN RANGKAP 5"

Dengan terburu buru anak yang tidak mengerjakan pr berlari keluar, melaksanakan perintah pak udin.

Sedangkan yang berada di kelas hanya di beri tugas dan di tinggalkan, karna ada kepentingan.

Selalu seperti itu memang bila pelajaran beliau, hanya tugas lalu keluar.

...•~•...

Tak terasa sekolah telah usai sejak 15 menit yang lalu, bahkan vian sudah di jemput supir keluarganya sejak 10 menit yang lalu.

Entah mengapa hari ini vino malas sekali untuk pulang, seperti sekarang ia masih duduk manis di atas motornya di parkiran sekolah.

Kedua temannya sudah pulang sedari beberapa menit yang lalu, hanya tersisa ia dan rafa.

"Lo nggak ada niatan mau pulang?" Tanya rafa yang sedari tadi hanya diam memperhatikan vino yang melamun.

"Gua males raf"

"Gua tau lo males ketemu mereka, tapi setidaknya ada vian sama bi ani yang nunggu lo balik" nasehat rafa.

"Gua balik" setelah mengucapkan itu vino langsung memakai helm nya dan menjalankan motornya.

Tersisa rafa yang hanya bisa menghela nafas dengan tingkah vino yang labil.

...•~•...

Perjalanan menuju kediaman adinata hanya memakan waktu 15 menit, sekarang ia sudah memarkirkan motornya di garasi.

Nampak mama dan kembarannya yang sedang asik mengobrol namun hanya ia lewati tanpa menyapa.

Tujuannya sekarang hanyalah kamar tidur nya, mungkin efek begadang tadi malam membuatnya lelah.

Tak terasa waktu makan malam tiba.

Ia dibuat jengkel dengan tingkah vian yang terus membujuknya makan malam bersama.

Namun akhirnya vino luluh dengan bujukan itu dan turun mengikuti langkah saudara kembarnya.

"Duduk sayang kita makan bersama" ucap raya yang pasti hanya ditujukan untuk vian.

"Duduk No, lo mau makan sambil berdiri" gurau vian.

Hidangan tersaji dengan menu olahan seafood, sesuatu yang membuat vino mengepalkan tangannya di bawah meja.

Karna merasa ini tidak benar vian membuka suaranya "ma vino alergi seafood, ada makanan lain?"

"Lho ini kan mama masakkan spesial buat kamu, kamu kan suka seafood sayang" ucap raya dengan santai

Sontak vino beranjak dari kursinya dan melangkah keluar rumah, ia butuh udara segar saat ini.

Sedangkan vian hanya bisa diam melihat vino meninggalkan meja makan, ia tau bahwa vino pasti sangat kecewa.

...•~•...

Vino mendongakkan kepalanya, menghadap hamparan langit hitam di atas sana, setidaknya malam ini ada sedikit bintang meski tiada bulan.

Tidak seharusnya ia menerima tawaran vian tadi yang berujung membuat dirinya sendiri sakit hati.

Asik melamun tiba tiba pintu gerbangnya terbuka, mobil hitam baru saja masuk ke garasi rumahnya.

Itu sang papa, ia tertegun melihat papanya seperti sangat lelah, dan berinisiatif membantu

"Pa biar vino bawakan tas nya" tawarnya dengan hati hati

"Pa papa pasti capek, biar vino saja yang bawa" tawarnya lagi

"CUKUP VINO!! APA KAMU TAU!? KAMU ITU TAK LEBIH DARI SEKEDAR PENGGANGGU DI RUMAH SAYA!!" setelah mengatakan itu adi pergi.

Meninggalkan vino yang terus meremas telapak tangannya hingga memutih

"Jadi selama ini vino cuma pengganggu ya pa?" Gumamnya lalu pergi keluar dari halaman rumah

Kejadian itu pun tak luput dari pandangan seseorang

"Maafin gua vin"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!