03

...🌱Setidaknya Aku Punya Tujuan🌱...

...Meski Nampaknya Mustahil Ku Lakukan...

...•~•...

Dengan pikiran yang entah bercabang kemana, vino terus melangkah, menjauh dari rumahnya, bahkan sekarang ia sudah berada di luar blok tempat tinggalnya.

Ia tak punya tujuan saat ini, entah mungkin mentalnya yang sudah melemah atau apalah, tak biasanya ia mengambil hati kata kata tak enak didengar dari kedua orang tuanya.

Sungguh ia merasa begitu lemah saat ini, dengan berlari menjauhi masalah bukannya di hadapi.

Di bawah redupnya lampu taman ia duduk, memperhatikan beberapa anggota keluarga yang nampak riang bercanda bersama.

Seketika ia tersenyum miris, bahkan sejak kecil ia sudah diberlakukan tak adil oleh kedua orang tuanya.

Entah berapa lama ia melamun tiba tiba sesosok gadis perempuan mengagetkannya.

"Vino itu lo kan?"

"Selin?"

"Ternyata bener, gua kira gua salah orang" kekeh gadis bernama selin itu di akhir kalimatnya, dengan santai ia duduk di kursi kosong sebelah vino.

"Ngapain lo malem-malem ngelamun, sendirian lagi, kesambet tau rasa lo"

Tak ada jawaban dari lawan bicaranya, namun selin tak menganggap serius.

Ia kenal vino, kenal sebatas teman sekelas, sekedar kenal dalam perkenalan di depan kelas tepatnya.

Menurutnya wajar ia tak di tanggapi vino, karna di kelas vino memang terkenal dengan kesan irit bicaranya.

"Lo ada masalah ya vin?" Tanya selin setelah beberapa saat diam

"Hemm"

"Gua kira cowok dingin kaya lo nggak punya masalah, eh taunya gua salah" kekeh nya di akhir kalimat.

"Semua punya masalah sel, termasuk lo" jawab vino, tak ayal ia melirik sekilas ke arah selin.

"Hemm lo bener" gumam selin namun masih bisa di dengar vino dengan jelas.

"Lo butuh bantuan?" Tanya selin tiba tiba sembari beranjak berdiri.

"Nggak"

"Ishh lo ma kalo di tanya kaya perempuan, bilangnya 'nggak' tapi di dalam hati 'iya' ngeselin" cibir selin

"Lo nggak akan paham sel" jawab vino jujur, yang sontak membuat selin diam, diam karna pasti ini bukan masalah yang sepele atau ringan.

"Emm gua emang nggak akan paham, tapi bunda gua kayaknya bakal paham" ucap selin yang berhasil membuat vino menoleh ke arahnya.

"Maksud lo?" Tanya vino kurang paham

"Iya bunda gua psikolog, paling nggak lo bisa percaya ke bunda buat temen lo cerita, karna gua yakin lo bukan tipe orang yang suka cerita tentang kehidupan lo ke orang lain, kecuali kembaran lo sama sahabat lo mungkin" jelas selin yang di tanggapi anggukan

Hening

"Kerumah gua yuk" ajak selin tiba tiba

"Emm maksud gua ke rumah gua buat ketemu bunda" jelas selin dengan wajah sedikit malu, pasti vino salah tangkap tadi.

"Nggak sekarang"

"Trus kapan? Atau lo emang nggak mau berbagi cerita biar beban lo berkurang?" Tanya selin heran.

"Udah malem, gak baik buat bertamu" kata vino yang di balas anggukan setuju selin.

"Bener juga, oh iya lo mau pulang?"

"Nggak, gua ke rumah rafa"

"Owhh ok kalau gitu, gua balik dulu ya, bisa kena omel bunda kalau martabak nya dingin" pamit selin dengan nada gusar.

Jujur ia lupa kalau sedang membawa martabak titipan sang bunda tadi.

"Hemm hati hati"

"Lo juga Vin, bay" dan setelah itu selin pergi menjauh.

Vino dengan sigap mengambil ponsel di saku celananya, udara lumayan dingin dan ia tak menggunakan jaket karna buru buru pergi tadi.

...Rafa...

^^^Raf^^^

^^^Gua k rmh lo^^^

Lo ada prblm?

Gua jmpt, lo dmn?

^^^Tmn xxxx^^^

Ok

Setelah menunggu kurang lebih 10 menit mobil rafa terlihat terparkir di pinggir taman, tak lama pengemudinya pun keluar.

Rafa menghampiri vino yang asik memandang hamparan langit malam yang luas itu, meski hanya terdapat sedikit bintang.

Rafa sendiri binggung alasan vino menyukai bintang menurutnya tak masuk akal, ia pernah bertanya langsung saat masih duduk di sekolah dasar dulu.

Kedatangan rafa nampaknya di sadari oleh vino, ia langsung berdiri dari duduknya.

"Pantes vian chat gua tadi, rupanya lo pergi dari rumah" ucap rafa setelah sampai di hadapan vino.

"Ada masalah apa lo sama mereka?" Tanya rafa lagi.

"Bukan masalah berat, gua lagi nggak mau berdebat jadi gua pergi" jawab vino santai, walau hatinya sangat sakit.

"Bunda nyuruh lo tinggal sementara sama gua, buat barang barang lo udah gua urus, balik" ajak rafa lalu melangkah di susul vino tak jauh di belakangnya.

Mobil rafa membelah jalanan ibu kota yang masih nampak ramai, padahal sudah menunjukkan pukul 10 malam lebih.

Sekitar 10 menit mereka sampai di rumah kepunyaan ayah rafa, Natalino dan bundanya Anin, mobil itu langsung masuk mulus ke garasi rumah.

"Assalamualaikum Rafa pulang" salam rafa saat masuk rumah, sedangkan vino hanya berucap pelan, nyaris tak terdengar.

"Waalaikum Sallam, masuk bang, vino juga ayo cepat masuk di luar dinggin" ajak anin pada kedua remaja itu.

Mereka duduk di sofa ruang tamu, meski lebih tepatnya hanya vino dan anin saja, sedangkan rafa pergi kekamar.

Dengan tatapan sendu anin memandang manik hitam milik vino dengan lekat, ia tau betul perjalanan yang di lalui keponakan jauhnya itu.

Meski berhubungan jauh tapi ia sangat menyayangi si kembar, terutama vino.

"Kamu ada masalah sama mama papa?" Tanya anin dengan lembut.

"Sedikit bun"

"Sabar ya sayang, bunda akan selalu dukung kamu, kamu nggak boleh nyerah, kamu harus punya tujuan yang bisa bikin kamu semangat" nasehat anin sembari mengelus lembut rambut vino.

"Apa tujuan yang pinggin kamu capai vin? Bunda jadi penasaran"

"Bukan sesuatu yang susah buat orang lain bun, tapi hampir mustahil vino lakuin" jawab vino dengan senyum getir, meski ia menundukkan kepalanya anin masih bisa melihat ekspresinya.

Dengan perlahan anin memeluk tubuh pemuda itu dengan penuh kehangatan dan kasih sayang.

"Apapun tujuan kamu, bunda pasti dukung, dan kamu pasti bisa, di dunia ini nggak ada yang mustahil vin"

"Makasih bunda, bunda udah jadi pelindung vino dari kecil"

"Itu tugas bunda vino, itu tugas bunda"

Tak lama pelukan hangat itu terlepas, dengan memasang senyum manis nan lembut anin menyuruh vino untuk segera beristirahat.

Dan dengan patuh vino melakukan apa yang di perintahkan, ia menaiki tangga menuju kamar tempatnya bisa tidur bila di sini, hingga di ujung tangga.

"Apapun tujuan lo gua dukung vin, semangat"

Kalimat itu meluncur mulus dari mulut rafa yang tersenyum kepadanya.

"Thanks raf"

"Yoi bro, oh iya baju lo udah ada di kamar sekalian sama buku, seragam sama keperluan lainnya" pesan rafa lalu masuk ke kamarnya.

Dengan langkah tegapnya vino masuk dan merebahkan dirinya di kasur, berharap sekarang ia tak memerlukan teman kecilnya itu untuk membantunya tidur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!