...Rumah?...
...🌱Bahkan Gua Nggak Pernah Di Anggap Di Rumah🌱...
Dengan semangat yang muncul sejak tadi, vino berjalan dengan langkah santai ke kelasnya, ia menjalani harinya dengan semangat yg sudah tumbuh sejak malam kemarin.
Suasana ramai kelas menyambutnya saat tiba di pintu, namun tak lama suara itu hilang, saat ia melangkahkan kakinya memasuki kelas.
Hal itu sudah biasa baginya, teman-teman sekelasnya selalu seperti itu, padahal ia tak pernah berbuat onar di kelas atau sekolah, hanya saja penampilannya yg urakan.
Vino mendudukkan dirinya di kursi, lalu langsung membuka ponselnya, tadi malam ia rasa ponselnya berbunyi terus menerus.
...Desta...
No
Bsk gua istirahat sama lo
Biar gua yg ke kelas lo
No, lo jangan pergi dulu, tunggu gua
Vino hanya membacanya tanpa membalas pesan dari kembarannya itu, memang sengaja ia memberi nama kontak itu desta karna vian juga memberi nama kontaknya dekta.
Vino membuka room chat selanjutnya yg berisi ke tiga teman nya.
...Nanda...
Vin gua ikut tim lo
^^^Hm^^^
Hanya balasan singkat memang seperti itulah vino di aplikasi berbalas pesan.
...Danu...
Vin gua 1 tim sama lo
Latihan plng sklh
^^^Y^^^
Balasan untuk danu sama saja, bahkan lebih singkat, entah hemat atau malas mengetik.
...Rafa...
Vin
Gua g sklh
Nanti plng sklh gua tnggu di lpngn
^^^Lo knp?^^^
Demam bro😐
^^^O^^^
Jngn bolos lo, danu sama nanda gua kbrin
^^^Y^^^
Percakapan yg lumayan panjang menurut vino, tapj bila dengan rafa itu sudah biasa, maklum vino sudah sangat percaya dengan saudara jauhnya itu.
Vino menaruh ponselnya lalu mengedarkan pandangannya, dan netranya bertabrakan dengan netra seorang gadis.
Yang tak lain dan tak bukan adalah selin, perempuan yg sudah sering berbicara dengannya.
Namun tak lama pandangan itu vino putuskan dan berjalan meninggalkan kelasnya, mencari udara segar sembari menunggu kedua temannya.
Selin pov
Entah kenapa gua nggak bisa sehari aja nggak mandang laki-laki dingin yang duduk di pojok sana.
Rasanya pengen gua pukul pikiran gua ini, tapi jujur gua suka senyum-senyum sendiri kalo liat dia.
Dan sialnya kenapa waktu gua liat dia, dia juga liat gua, jantung gua rasanya pengen pindah ke lutut.
Tatapan datarnya, yg tanpa ekspresi malah buat gua suka sendiri.
Selin pof end
Dengan gugup selin mengalihkan pandanggannya ke arah buku di depannya, ia tak membacanya namun hanya ingin mengalihkan rasa gugupnya.
Sungguh dia sangat malu sekarang, bisa-bisanya ia ketahuan sedang memperhatikan seseorang, ia merasa seperti seorang pencuri yg tertangkap basah sekarang.
"Jantung gua nggak aman, plis tolong di kondisikan jantung, huf huf huf tenanggg" gumam selin berkali-kali.
Sungguh sebenarnya ia sering memperhatikan vino diam-diam, namun ia tak pernah tertangkap basah seperti ini.
Setelah dirasa cukup tenang selin memperhatikan sekitar, vino sudah tak ada di tempatnya, mungkin ia pergi ke parkiran menunggu kedua temannya itu.
Sekejap selin ikut meninggalkan bangkunya menuju taman belakang sekolah, ia perlu menenangkan pikirannya dengan bercerita pada binatang atau tumbuhan di sana.
Langkah kecil itu membawa selin ke taman yg sepi namun sangat terawat ini, ia sering pergi ke sini untuk sekedar bercerita dengan alam.
Ia sudah sampai di belakang bahkan bibirnya terus berguman meski sedikit keras.
"Selin selin lo bego banget, bisa-bisanya lo ketauan lagi liatin dia, selin bego" umpat selin pada dirinya sendiri.
"Mau di taruh di mana muka gua nanti kalo ketemu vinoo, huaaaaa selin begooo" dengan kesal ia mendudukkan dirinya di kursi yg ada tanpa memoerhatikan sekitarnya.
"Apa gua bolos aja biar nggak ketemu vino, tapi kalo sampe bunda tau bisa-bisa uang jajan gua di potong" risau selin, ia tak tau saja bahwa gumaman kerasnya di dengar seseorang.
Seseorang yg sedari tadi berada di sebelahnya, senyum tipis tercetak di wajah datar nan dingin itu.
Gumaman selin sedari tadi bisa di dengarnya dengan jelas tanpa tertinggal satu kata pun.
"Lo nggak perlu bolos"
Kalimat itu membuat tubuh selin menegang, ia tau dan hafal betul dengan suara itu, suara yg bernada datar namun bermakna dalam.
Selin tak ingin menoleh sekarang, di pikirannya apakah vino mendengar semua perkataannya tadi, ia sangat berharap itu tidak terjadi.
Namun dengan perlahan ia menolehkan pandangannya, menghadap vino yg masih menampakkan senyum tipisnya.
Hal itu seketika membuat selin terpana, tak pernah ia melihat senyum sekecilpun dari wajah vino sebelumnya.
Vino yg sadar akan apa yg terjadi hanya menghela nafas, dan menormalkan ekspresinya menjadi datar kembali.
"Gua denger semua yg lo ucapin tadi, santai aja" ucap vino santai, ia tak tau saja pipi selin sudah merah sekarang, menahan malu tentunya.
Keheningan melanda kedua remaja itu, selin yg masih salah tingkah sendiri dan vino yg memperhatikan taman di depannya.
Karna tak suka dengan suasana canggung ini, selin mencoba membuka obrolan.
"Gua tadi nggak maksud buat liatin lo vin, gua nggak sengaja aja"
"Hmm"
"Lo sering kesini ya vin? Tapi kok gua nggak pernah liat lo?"
"Gua duduk di atas" ucap vino dan dengan santai ia menunjuk dahan pohon yg lumayan besar pada pohon yg berada tepat di samping kursi yg mereka duduki.
Seketika wajah selin kembali memerah? Apa selama ini vino selalu mendengar apa yg ia ceritakan diam-diam?
"Gua nggak percaya kalo lo sering merhatiin gua diam-diam"
Sontak selin menoleh dengan wajah terkejut, vino pasti mendengar semua ceritannya selama ini, huaaaa ia sangat malu, tolong bawa selin pergi saat ini juga.
"Gu..gu...gua"
"Dan gua masih nggak percaya kalo lo seperhatian itu sama gua" ucap vino dan memandang selin yg berada di sampingnya.
"Gua gua pengen jadi temen lo vin, temen yg bisa jadi rumah biar lo bisa leluasa cerita apapun masalah lo"
"Jujur setelah pertemuan pertama di taman malam itu, gua selalu kepikiran sama lo, gua selalu mikirin apa masalah lo, apa lo baik-baik aja, apa lo bisa kuat buat bertahan sendiri" lanjut selin, nadanya terdengar sangat trenyuh.
"Rumah? Bahkan gua nggak pernah di anggap di rumah gua sendiri, dan pasti lo juga gitu ke gua nanti" ucap vino dengan sedikit nada kesal di kalimatnya.
"Tapi gua sungguh-sungguh vin, gua bakal ada saat lo butuh teman buat cerita, dan gua selalu ada sebagai rumah buat lo tinggal, gua di sini selalu perhatiin lo vin"
"Thanks udah perhatian ke gua sel, lo bisa jadi temen gua"
"Bener vin?" Tanya selin dan hanya di balas anggukan oleh vino.
"Huaaaaaaa makasih vin, gua janji bakal selalu dukung apapun yg lo impiin, gua janji vin" dan dengan refleks sekin memeluk tubuh vino dengan erat, melampiaskan bentuk kesenangannya.
Pelukan hangat itu membuat vino tenang, pelukan yg biasanya di berikan orang tua kepada anaknya.
Setelah sadar selin melepas pelukan itu sambil menyengir lucu.
"Sory gua kelepasan hehe"
"Hmmm"
"Ke kelas yuk, bu ida pasti udah otw kelas ni" ajak selin dan ya mereka berjalan ke kelas beriringan.
Selin sangat bahagia saat ini, ia sudah di akui vino sebagai temannya, ya temannya tak lebih, ia cukup tau diri dengan posisinya sekarang sebagai teman baru vino.
Dan selin berjanji akan terus berada dan mendukung vino dari sisi manapun, entah belakang ataupun belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments