...Kalau Kau Tanya Apa Yang Aku Suka?...
...🌱Aku Akan Menjawab Bintang🌱...
...Bintang Yang Bersinar Terang Di Langit Malam...
Malam ini, ditemani semilir angin yang meniup daun daun pepohonan, yang menemani vino duduk termenung di tepi danau dekat taman.
Terhitung sudah hampir dua minggu ia keluar, tepatnya di usir dari rumah nya, dua minggu juga ia hidup mandiri tanpa orang lain.
Seluruh akses keuangannya di blokir sang papa, sekarang ia hanya mengandalkan sisa uang tabungan dan pekerjaannya sebagai pengantar makanan di salah satu restoran.
Bahkan ia mengganti kartu ponselnya agar tidak dapat dihubungi lagi oleh vian, ia inggin belajar melupakan semua yang terjadi mulai sekarang.
Sudah 2 minggu pula ia tak menginjakkan kakinya ke sekolahan, semata mata untuk menghindari saudara kembarnya.
Vian sendiri sampai tak mau berbicara bahkan makan bersama orang tuanya, ia benar benar kecewa akan sikap sang papa.
Hingga datanglah seorang gadis yang berdiri di samping nya.
"Alvino Dekta Adinata hebat ya lo udah dua minggu gak ada kabar, nggak masuk sekolah, sampai teman teman lo saudara lo binggung nyari lo"
"Pergi sel"
"Lo itu harusnya hadapin masalah vin bukan lo hindarin kaya gini, semakin lo ngehindarin masalah semakin masalah itu ngejar lo"
"Masalah ngak punya kaki" canda vino meski dengan wajah datar, bahkan pengucapannya pun terkesan datar.
"Gua serius vinoooo" gemas selin dengan meremat kedua tangannya.
Selin bergerak dari tempatnya berdiri lalu duduk di samping vino.
"Kan gua udah saranin buat lo ketemu bunda, lo nya ngeyel" kesal selin.
"Gua nggak mau ngerepotin orang lagi sel" gumam vino meski masih bisa di dengar jelas oleh selin.
"Gua nggak ngerasa di repotin, apalagi bunda gua" yakin selin dengan menatap vino penuh keyakinan.
Setelah menatap vino beberapa detik selin berpendapat bahwa vino itu lumayan tampan, wajahnya yang tegas itu nampak sayu sekarang.
"Kalau nggak lo dateng ke kantor bunda gua, lo buat janji sama bunda jadi lo nggak ngerasa ngerepotin orang lagi" tawar selin.
"Gua coba"
Mereka berdua diam, selin yang nampak asik dengan ponselnya dan vino yang melakukan kebiasaannya, melihat hamparan langit luas yang di hiasi gemerlap bintang.
Setelah asik dengan ponselnya selin mengalihlan pandangannya pada vino, dapat ia lihat bahwa vino belum mengalihkan pandangannya dari bintang bintang dia atas sana.
"Lo suka bintang?" Tanya selin, lalu ikut mendongak keatas, mengamati benda gemerlap itu.
"Hemm"
"Apa yang buat lo suka sama bintang?" Tanya nya lagi.
"Dia indah,gua suka karna bintang itu mandiri, dia punya cahayanya sendiri meski tanpa matahari"
"Ya bintang emang punya cahaya sendiri, ngomong ngomong lo suka bintang apa?" Tanya selin yang sepertinya mulai tertarik pada benda angkasa tersebut.
"Gua suka Sirius, bintang yang ada di konstelasi Canis Mayor" jawab vino dengan menunjuk satu bintang paling terang di atas sana.
"Owhh, menurut lo gua cocok milih bintang apa?" Tanya selin lagi, ia memandang vino sekilas.
"Menurut gua lo itu capella" jawab vino dengan memandang selin.
Sontak hal itu membuat selin kaget sekaligus bertanya, karna ia tak tau apa yang di maksud vino.
"Kenapa capella?"
"Karna capella dalam bahasa latin artinya kambing kecil, dan lo itu menurut gua kaya kambing kecil" jelas vino yang membuat pipi selin memanas.
Oh ayolah bahkan vino tidak sedang menggombalinya, dia hanya membuat perumpamaan kenapa selin bisa baper dibuatnya.
"Lo tau banyak tentang bintang ya" ucap selin setelah menetralkan rasa malunya.
"Nggak"
"Tapi buktinya itu lo tau" vino hanya diam.
"Oh iya 5 hari lagi sekolah bakal ngumpulin anak yang ikut kejuaraan bidang olahraga,yang kalo nggak salah 3 bulan lagi bakal di laksanain, lo ngak mau ikut?"
"Olahraga apa?" Nampaknya vino sedikit tertarik mendengar pembahasan tentang olahraga.
"Gua denger sih ada bela diri, basket, futsal, sama renang, tapi ngak tau kalo lebih" ucap selin sembari mengingat apa yang ada di pengumuman saat itu.
Vino berfikir sejenak, haruskah ia ikut? Bisa jadi dengan ia ikut dan bila ia mendapat juara ia bisa menyerahkan itu kepada orang tuanya, dan itu bukan ide yang buruk.
"Gua bakal ikut" putus vino, seketika selin tersenyum.
"Lo ikut lomba apa?" Tanya nya antusias.
"Bela diri atau futsal mungkin"
"Kenapa bukan basket?" Setau selin vino itu handal dalam memainkan bola basket, jangan tanya ia tau dari mana, secara diam diam sejak kelas 10 selin selalu mengamati vino.
"Gua pengen coba hal baru" jawab vino santai
"Owh ok, apapun keputusan lo gua akan selalu dukung lo, SEMANGAT VINOO" semangat selin dengan beranjak dari duduknya dan berdiri, tak lupa tanggannya ia kepalkan ke atas.
"Hemm thanks"
Setidaknya malam ini vino sedikit merasa terhibur dengan mengobrol dengan selin.
Entah mengapa ia juga merasa nyaman saat berbicara dengan teman sekelasnya itu, padahal hampir tak pernah ia mengobrol dengan perempuan saat di sekolah nya.
Karna hari yang sudah mulai malam dan tak baik untuk anak perempuan keluar sendirian vino berinisiatif mengantar selin pulang, untunglah ia membawa mobilnya.
"Lo nggak mampir?" Tanya selin dengan melepas sabuk pengamannya dan bersiap turun.
"Nggak, lain kali mungkin"
"Ok gua masuk, lo hati hati ya di jalan, telfon gua kalo lo butuh temen buat cerita atau apalah" ucap selin lalu turun dan menutup pintu mobil.
Baru saja ia akan membuka pagar rumahnya vino memanggilnya, dan ia dengan cepat memalingkan badannya ke belakang.
"Thanks sel, lo udah jadi temen ngobrol gua"
Senyuman terbit di bibir selin "gua bakal selalu ada buat lo vin, soal tadi sama sama gua suka kok ngobrol sama lo" ucap selin
Setelah mobil vino tak terlihat di pandangannya selin membuka gerbang dan masuk dengan hati yang berbunga bunga.
Hingga bundanya yang berada di ruang tamu binggung sendiri melihat tingkah anaknya yang sejak masuk halaman rumah sudah senyum dengan lebarnya.
"Yang habis di antar pacar, senyummm aja" sindir lia saat selin akan naik.
"Bundaaaaa" dengan cepat selin naik ke atas dan menutup pintu kamarnya, ia sungguh malu saat di ledek bundanya seperti itu.
Ia menaruh ponselnya di nakas lalu pergi ke balkon kamarnya, keluar lalu menatap hamparan langit yang tampak cerah di atas sana, senyumnya terbit kembali.
"Lo pantes milih bintang sirius vin, karna lo yang paling terang di hati gua" gumamnya dengan menyentuh dadanya.
Entah lah semenjak bertemu vino dulu ia memang sudah merasa aneh dengan dirinya, apalagi setelah beberapa hari bertemu tubuhnya seperti merasakan gejolak yang tak pernah ia rasakan.
Karna angin yang mulai menusuk kulit selin bergegas masuk dan beranjak untuk tidur.
Sedangkan di apartemen vino, ia sedang mencoba mengirim pesan pada rafa, karna saat ia mengganti kartu ponselnya rafa tak tau dan belum menyimpan nomornya.
...Rafa...
^^^P^^^
^^^Raf^^^
Sp?
^^^Vino^^^
Lo bnr vino
Lo kmn aja vin
Gua khwtr lo nglakuin yg ngk"
^^^Gua gk pp^^^
^^^Bsk gua sklh^^^
Gua bkl tnya bnyk bsk
Hanya itu setelahnya vino langsung mematikan ponselnya dan menaruhnya ke atas meja, tak lupa ia meminum temannya itu 2 butir agar membantunya untuk menuju ke alam mimpi.
Mimpi yang setidaknya lebih indah
Daripada kenyataan yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments