...Setidaknya Aku Masih Bisa Merasa Bahagia...
...🌱Dengan Adanya Mereka🌱...
Pagi ini sesuai apa yang ia katakan pada rafa kemarin vino memutuskan untuk berangkat kembali ke sekolah.
Meski sebenarnya ia malas, karna pasti sudah banyak hukuman dan pertanyaan yang mrnanti dirinya di sana.
Tapi ini sudah menjadi keputusannya, ia membenarkan perkataan selin kemarin, ia tak bisa terus lari dan menghindar dari masalahnya.
Setelah dirasa cukup rapi meski tidak bisa di bilang rapi, vino melangkahkan kakinya keluar dari apartemennya.
Pagi ini ia akan berangkat lebih pagi dari biasanya, guna menghindari berpapasan teman-teman di sekolahnya.
Dengan mobilnya ia membelah ramainya jalanan ibu kota di pagi hari, meski pagi ini sudah bisa dibilang cukup ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang.
Cukup menempuh waktu 15 menit vino telah sampai di gerbang sekolahnya, ia memarkirkan mobilnya di parkiran kusus mobil yang belum terisi sama sekali.
Sekolah masih nampak sepi, mungkin hanya ada beberapa siswa yang memang biasa berangkat pagi.
Maklum sekarang masih pukul 05:40, ini juga rekor bagi vino karna biasanya ia berangkat saat sudah akan bel masuk berbunyi.
Dengan langkah santai vino menelusuri lorong menunu kelasnya, kelas yang sudah cukup lama ia tinggalkan.
Beruntung pintu kelasnya sudah terbuka, mungkin penjaga sekolahnya sedang ada kepentingan hingga membuka pintu-pintu kelas sepagi ini.
Ia duduk di bangkunya, bangku paling belakang yang menjadi tempat ternyamannya.
Cukup lama ia duduk hingga pintu kelas yang tadinya ia tutup terbuka, menampakkan 3 orang pemuda yang berjalan memasuki kelas.
Hingga tiba-tiba
"Vino itu lo, apa jangan-jangan itu arwah lo?!" Heboh seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah nanda
Seketika sebuah geplakan nanda dapatkan di kepalanya, pelakunya tak lain adalah danu.
Sejujurnya memang nanda tidak di beri kabar bahwa vino akan kembali ke sekolah hari ini, sedangkan danu sudah di beri kabar rafa saat tiba di parkiran sekolah tadi.
"Berisik tolol" gertak danu, ia kadang heran kenapa temannya ini seperti perempuan yang suka sekali berteriak.
"Nggak usah di geplak juga bego, gua udah bego nanti tambah bego lo mau tanggung jawab" sungut nanda.
Bila kalian bertanya dimana rafa dan vino saat ini, jawabannya mereka berdua tengah duduk di bangkunya masing-masing.
"Gua kagak ngehamilin lo, lo suruh tanggung jawab"
"Danu goblok" kesal nanda lalu duduk di kursinya, dengan berlagak marah.
"Sensian lo kek cewek" ejek danu.
"Seterah lu dann"
Perdebatan singkat yang pasti terjadi tiap hari antara dua makhluk itu sudah biasa bagi kedua temannya, dan ya mereka hanya memaklumi.
Setelah lama berdiam rafa mengutarakan apa yang ia pendam sedari tadi.
Ia membalikkan kursinya menghadap meja vino yang tepat berada di belakang nya.
"Kemana aja lo vin?" Tanya rafa dengan tenang, jujur ia cukup merasa khawati saat vian menghubunginya dan berkata bahwa vino di usir dari rumah.
Rafa sendiri tak habis pikir dengan tingkah om nya itu, bagaimana bisa seorang ayah mengusir anaknya sendiri? Bahkan ibunya tak membela sedikitpun.
"Lo tau, setiap hari vian selalu nanyain keberadaan lo, dia pikir gua yang bawa lo" ucap rafa masih dengan nada tenangnya.
"Lo nggak mau cerita vin?" Suara danu tampak menyela dari posisi duduknya yang tepat berada di meja samping vino.
"Ini urusan gua, keluarga gua lo semua nggak perlu ikut campur" ucap vino tanpa mengalihkan pandangannya dan ponsel nya.
Sebuah tangan tampak mengepal di bawah meja hingga buku-buku jarinya memutih.
Dan
Brakkkk gebrakan meja tepat di hadapan vino mengagetkan mereka.
"Lo anggap kita semua apa sih vin! selama ini lo selalu bantu gua sama yang lain, kita udah kaya keluarga vin! Udah sepatutnya kita bantu lo, bantu masalah lo" ucap rafa menggebu gebu, bahkan wajahnya tampak memerah.
Vino hanya diam, ia meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap temannya bergantian lalu tertunduk.
Ia cukup tersentuh mengingat masih ada orang yang mau mendukungnya dan mau membantunya.
"Lo tau selama beberapa hari ini gua sama yang lain selalu cari lo, selalu ngekhawatirin lo" sambung danu yang beranjak dari tempat duduknya.
"Apapun masalah lo kita pasti bantu vin, gua sama yang lain pasti dukung lo, lo nggak sendiri"
"Dan apapun masalah lo, lo nggak boleh nyerah vin, masalah bakal selalu ngejar lo kalo lo lari" timpal seseorang yang baru saja memasuki kelas.
Sontak teman-teman vino menoleh ke arah suara itu, yang memperlihatkan seorang gadis yang berjalan ke arah mereka.
"Lo suka bintang, dan lo pengen jadi bersinar kaya bintang, itu semua bisa lo lakuin kalo lo mau berusaha bukan nyerah dan gak punya semangat hidup kaya gini" cibir selin saat tiba tepat di meja vino.
Posisinya tepat di tengah-tengah rafa dan danu sedangkan nanda berada di belakang vino.
"Gua sempet heran vin kenapa lo suka banget sama bintang, tapi sekarang gua sadar, dan lo pasti bisa jadi seterang bintang, gua yakin vin" ucap selin dengan nada semangatnya tak lupa senyum cerianya.
Vino hanya menatap selin dinggin, namun tidak sedatar biasanya, sedangkan ketiga temannya melempar tatapan binggung.
Setau mereka vino tidak pernah dekat dengan perempuan bahkan teman satu kelasnya, tapi kenapa tiba-tiba ada teman sekelasnya yang seperti sudah kenal dekat dengan vino.
Setelah berpandangan cukup lama dengan vino selin memutuskan pandangan itu, ia rasa jantungnya sedang tidak baik-baik saja.
Dengan tergesa-gesa selin beranjak dari tempatnya dan duduk di bangkunya sendiri, ia rasa ia salah sudah mengeluarkan kata-kata tadi.
Keheningan melanda, meski sudah cukup banyak orang yang datang namun kelas tetap sepi, meski terkadang terdengar suara bisikan dari para perempuan di kelasnya.
Entah keberuntungan atau hanya kebetulan, seluruh guru di sekolah mengadakan rapat besar, dimana setiap kelas di pulangkan lebih awal.
Vino dan teman temannya memutuskan untuk singgah di kafe tempat ia dan yang lain sering pergi dulu.
Itupun karna ajakan nanda yang masih mau bertanya banyak pada vino, entah dimana rumahnya? Dan yang lainnya.
Padahal sedari tadi ia sudah banyak bertanya pada vino, meski sesekali diselingi perdebatan dengan danu.
Setidaknya hari ini vino sedikit merasa senang, seakan ada beberapa beban di tubuhnya yang terangkat.
Ia juga sudah meminta izin pada pemilik restoran tempat ia bekerja untuk tidak masuk hari ini, dan ya ia di bolehkan.
Biarkan dirinya beristirahat dan bersenang-senang hari ini
Melupakan semua yang terjadi sejenak.
Meski pun harinya di tutup dengan teman kecilnya itu, tapi ia tetap merasa sangat bahagia hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments