Pria berwajah tampan, bertubuh tegap dengan alis tebal dan hidung bengir tersebut merasa begitu frustasi menghadapi tingkah Risa. Ia membetulkan letak berkas-berkas yang di tandatangani nya tadi, mengambil ponsel dan kunci mobil yang tergeletak di atas meja lalu setelah itu ia berjalan dengan langkah kaki lebar untuk menyusul Risa.
''Jangan sampai Anjani menjadi sasaran dari kemarahan Risa. Karena Anjani tidak tahu apa-apa. Ini semua murni kesalahan aku. Argh ... Maafkan aku Anjani, karena ingin melindungi Ratu aku malah menjadikan kamu sebagai alasan aku memutuskan Risa.'' ucap Rendra di dalam hati dengan kedua tangan mengepal. Ia berjalan melewati beberapa para karyawan tanpa menyapa mereka sama sekali, karena pikirannya yang tengah kalut.
''Eh ... Bos, mau ke mana?'' tanya Miki mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Sang Bos, ia sedikit berlari kecil.
''Saya mau pulang sebentar, Mik. Tolong kamu hendle urusan perusahaan untuk sementara waktu menjelang saya kembali lagi ke sini.'' kata Rendra dengan memandang Miki. Sekarang dirinya telah berada di parkiran.
''Emang ada apa, Bos? Kenapa wajah Bos terlihat cemas dan begitu gelisah? Apa Nyonya besar sedang sakit?'' kata Miki lagi mencoba menebak hal apa yang tengah membuat Sang Bos merasa gelisah.
''Tidak, Mama tidak apa-apa. Ini masalah pribadi. Saya pergi dulu.'' kata Rendra seraya masuk ke dalam mobil.
''Oke. Hati-hati dijalan, Bos.''
''Sipp ...'' Rendra mengacung jari jempolnya ke arah Miki, setelah itu ia berangkat meninggalkan parkiran perusahaan nya.
Mobil yang di kendarai oleh Rendra melaju membelah jalanan, tadi saat di parkiran tidak ia lihat lagi keberadaan Risa. Ternyata Risa sudah pergi lebih dulu.
''Gagal lagi gagal lagi rencana aku untuk mulai mendekati Ratu. Ada-ada saja masalah yang datang. Risa dan Anjani, dua wanita itu seharusnya memang harus aku singkirkan dari hidupku supaya aku bisa dengan leluasa mendekati Ratu. Tanpa ada pengganggu dan juga beban di pikiranku.'' batin Rendra dengan tatapan fokus ke depan, tangannya mencengkram setir mobil dengan erat.
''Untuk soal Anjani masih amanlah, karena dia merupakan wanita yang polos dan mudah di atur. Ini soal Risa, dia wanita keras kepala dan juga begitu nekat, aku yakin dia tidak akan terima aku putus begitu saja, pasti dia akan bertindak lebih gila lagi setelah ini.'' kata Rendra lagi. Tidak lama setelah itu mobil yang di kendarai nya berbelok memasuki gerbang rumah yang di huni olehnya dan Anjani.
***
"Buka pintunya cepat?!''
''Heh ... Wanita jelek dan bodoh perusak hubungan orang dan suka cari muka, buka pintunya cepat!'' teriak Risa begitu ia sampai di kediaman Anjani dan Rendra. Ia menggedor-gedor pintu utama berulangkali dengan amarah yang membersamai nya. Bahkan ia juga menendang pintu itu.
Anjani yang tengah duduk di atas kasur sambil membaca novel kesukaannya merasa begitu kaget mendengar suara pintu yang di gedor berulang kali. Ia meletakkan novelnya lalu berjalan keluar kamar untuk melihat siapa yang telah berani mengganggu kenyamanan nya. Untungnya ia masih berpenampilan jelek dengan baju kebesaran, sebelum menuju pintu utama, ia berjalan ke belakang terlebih dahulu.
''Kalian bersembunyi di kamar dulu, ya. Sepertinya ada orang yang datang. Maaf, ya, Bu.'' kata Anjani sopan kepada dua orang pekerja di rumahnya. Dua orang itu sedang mencuci baju dan menyetrika. Saat Anjani berkata seperti itu, dengan cepat mereka meninggalkan pekerjaan mereka.
''Baiklah, Non. Tidak apa-apa. Kami mengerti.'' balas Ibu-ibu itu. Lalu mereka berjalan dengan cepat ke kamar pembantu. Kamar yang ukurannya cukup luas dengan fasilitas lengkap di dalamnya. Bukan tanpa alasan Anjani menyuruh dua orang pekerja itu untuk bersembunyi terlebih dahulu, ia takut yang datang adalah Rendra, ia tidak mau Rendra sampai tahu kalau ia telah menyewa jasa pembantu. Sedangkan Rendra tak mengizinkan itu.
Setelah itu Anjani membuka pintu utama dengan begitu tenang dan santai. Sebelum membuka pintu, itu mencoba mengintip lewat jendela terlebih dahulu. Begitu ia tahu siapa yang datang mencarinya, ia merasa penasaran apa yang membuat Risa hingga rela melangkahkan kaki ke rumahnya.
''Em ... Wanita itu 'kan kekasihnya Mas Rendra. Kira-kira ngapain dia datang ke sini, ya.'' ucap Anjani di dalam hati, setelah itu ia membuka pintu.
''Kamu siapa? Dan ada perlu apa datang ke sini? Kenapa kamu menggedor-gedor pintu rumah saya?'' tanya Anjani begitu pintu terbuka lebar.
Plak!
Risa dengan cepat melayangkan satu tamparan keras ke pipi Anjani, saat Anjani lengah dan belum sempat melawan. Kaca mata bewarna pink yang di pakai oleh Anjani hampir saja terlepas karena tamparan itu.
''Hey! Jangan kurang ajar kamu!'' seru Anjani dengan dada naik turun. Dia benar-benar tidak terima di perlakukan seperti itu. Seumur-umur baru kali ini pipi nya di tampar oleh seseorang. Ia ingin membalas perbuatan Risa, tapi begitu ia ingat ia yang kini tengah menyamar menjadi wanita jelek, polos dan kampungan, ia mencoba untuk bersabar dan mengalah terlebih dahulu.
''Heh wanita jelek, kamu punya kaca nggak di rumah ini.'' kata Risa dengan wajah memerah, jarinya menunjuk wajah Anjani.
''Pu-punya.'' balas Anjani dengan takut-takut.
''Kamu bisa ngaca tidak? Lihat wajahmu itu, lihat penampilan mu, sungguh jelek dan norak. Aku peringatkan kepada mu, ya, tolong jauhi Rendra sekarang juga. Kamu tidak ada pantas-pantasnya untuk mendampingi nya. Aku tidak habis pikir, bisa-bisanya Rendra betah tinggal serumah dengan wanita jelek seperti mu.'' ucap Risa mengejek, ia tersenyum sinis.
''Maksud kamu apa? Dan kamu siapa? Apa kamu seorang pelakor.'' kata Anjani dengan pura-pura polos.
''Heh ... Beraninya kamu mengatai aku seorang pelakor.'' Risa mengangkat tangan nya lagi, bersiap menampar Anjani lagi. Tapi dengan cepat Anjani menahannya.
''Kamu itu pelakor. Perebut suami orang! Aku walaupun jelek begini tapi sudah sah menjadi istri Mas Rendra, sedangkan kamu ... Kamu mungkin hanya di cicipi, lalu setelah puas, kamu di tinggalkan begitu saja olehnya. Tanpa adanya status yang jelas dan istimewa. Makanya jadi perempuan itu jangan murahan, mahalan dikit dong. Kamu sungguh menyedihkan.'' kata Anjani tersenyum menyeringai. Risa sungguh tidak terima di hina oleh Anjani. Emosinya semakin membuncah, ia ingin menarik rambut Anjani yang di kuncir dua, tapi dengan cepat Anjani menahan tangannya yang satu, hingga terjadi adegan dorong-dorongan antara Anjani dan Risa. Tidak lama setelah itu mobil yang di kemudi oleh Rendra berhenti tepat di depan teras pintu utama. Setelah menginjak pedal rem, ia turun dengan cepat dari mobil.
''Risa, hey ... Kamu apa-apaan. Jangan bikin keributan di sini. Anjani tidak tahu apa-apa. Jangan sakiti dia!'' seru Rendra seraya melerai kedua wanita yang tengah berseteru tersebut.
''Aku tidak mau Rendra, aku tidak mau putus dengan mu. Aku harus memberi pelajaran kepada wanita jelek dan bodoh ini. Biar dia tahu rasa dan sadar diri.'' racau Risa.
''Oke. Baiklah, mari kita bicara berdua. Kamu jangan bersikap kekanak-kanakan begini.'' kata Rendra. Ia sudah berhasil melerai Risa dan Anjani.
''Baiklah. Tapi kamu jangan putusin aku. Wanita kampung ini yang harus kamu ceraikan.'' kata Risa.
''Sudahlah, ayo kita pergi dari sini.''
''Anjani, masuklah dan tutup pintunya.'' Rendra berkata kepada Anjani.
''Iya, Mas.'' balas Anjani.
Setelah itu Rendra menyeret Risa memasuki mobilnya. Mereka akan pergi ke suatu tempat.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sandisalbiah
lucu ya... pelakor ngelabrak istri sah... dan aneh nya jaman sekarang emang begini nyatanya... pelakor merasa berkuasa...laki hasil ngerampok punya org tp dia yg ngerasa berkuasa...
2023-08-18
0
Selin Tari
duch Risa belum tau ya siapa Anjani ..💪💪💪
2022-11-11
1
ELESTAMEN HD
pelakor tak tau malu, semoga Rendra lama"nyaman sama Anjani jadi gak di cerein, kalau bisa jangan cerei lah Thor, biar kejutan
2022-11-11
1