Menantu Edan

Rendra seketika mengucek matanya beberapa kali, ia semakin menajamkan penglihatannya, untuk memastikan bahwa yang ia lihat saat ini bukanlah mimpi atau khayalan semata. Seorang wanita cantik yang begitu anggun dengan dress yang di pakai tengah berdiri di samping Pak Sean. Wanita itu menunjukkan senyuman manisnya keseluruhan anggota rapat, tak terkecuali kepada Rendra juga. Membuat Rendra tak mampu berkedip barang sedetikpun seiring dengan jantungnya yang mendadak berdebar tak karuan. Matanya berbinar bahagia, ia begitu terkejut sekaligus tak menyangka akan bertemu lagi dengan wanita yang ia idam-idamkan di ruang rapat perusahaan Cakra Group. Pantaslah kalau ia merasa ia sedang berkhayal lagi.

''Udah Bos, bersikap biasa saja, aku tahu wanita itu memang sangat cantik. Dan akupun terpesona kerenanya.'' bisik Miki tepat di telinga Rendra.

''Jadi kamu juga bisa melihat wanita cantik itu, Mik?'' balas Rendra lirih.

''Bisalah. Bos ini ada-ada saja.'' Miki menggeleng-gelengkan kepala.

''Waw ... Itu, itu .... Wanita yang aku maksud, Mik.''

''Dia putrinya Pak Sean yang baru pulang dari luar negeri, Bos. Kapan dan di mana Bos pernah melihatnya?'' kata Miki. Tapi Rendra tak membalas ucapannya lagi.

''Oke baiklah. Sekarang aku sudah tahu siapa kamu wanita cantik, aku akan berusaha untuk mendapatkan mu.'' ucap Rendra di dalam hati dengan begitu yakin dan percaya diri.

Kemudian suara khas milik Pak Sean bergema di dalam ruang rapat. Membuat Rendra kembali bersikap bisa saja dengan sesekali mencuri pandang ke arah Anjani yang masih berdiri.

''Apakah kalian mengenali siapa wanita muda yang tengah berdiri di samping saya?'' tanya Pak Sean dengan senyum mengembang. Sebagian anggota rapat mengangguk kepala menandakan kalau mereka sudah mengenali Anjani, sebagian lagi hanya diam menunggu Pak Sean menjelaskan secara detail siapa Anjani sebenarnya.

''Baiklah. Perkenalkan wanita ini adalah putri saya. Namanya Ratu Ayu Anjani, nama yang begitu cantik bukan?'' kata Pak Sean terkekeh kecil.

''Iya, Bapak benar. Namanya begitu cantik secantik orangnya.'' sahut seorang petinggi perusahaan.

''Hahaha ... Pak Yoga bisa saja.'' tawa Pak Sean berderai begitu juga anggota rapat yang lain. Sedangkan Anjani merasa sudah tak nyaman berdiri lama-lama. Ia sadar, dari tadi sang suami terus saja menatapnya dengan begitu intens. Membuat Anjani merasa ingin mencongkel mata sang suami yang di anggap nya jelalatan. Di saat cantik saja sang suami tak mau berkedip melihat nya tapi di saat lagi jelek jangankan melihat, Anjani seakan tak pernah di anggapnya ada.

''Jadi begini, sebenarnya tujuan inti ini rapat saya adakan, saya ingin memperkenalkan putri semata wayang saya yang baru beberapa bulan ini pulang dari luar negeri setelah menyelesaikan studi nya. Saya tahu usia saya sudah tidak muda lagi, beberapa minggu, bulan atau bahkan beberapa tahun lagi putri saya akan segera duduk di kursi kebesaran saya, menggantikan posisi saya sebagai seorang CEO. Saya memperkenalkan nya dari jauh-jauh hari supaya kalian bisa mengenalinya dan supaya saya bisa membimbing nya untuk ikut bergabung dalam urusan bisnis kita ini. Soal usia tidak ada yang tahu, maka dari itu saat ini saya sudah merasa lega karena saya sudah memperkenalkan Ratu kepada kalian.'' jelas Pak Sean. Istrinya yang berada di samping nya mengangguk setuju.

''Ratu? Panggilan yang sungguh cantik dan sangat pantas di sematkan untuknya. Tapi kenapa di akhir namanya harus ada Anjani nya, membuat aku jadi teringat sama wanita aneh dan jelek yang ada di rumah.'' batin Rendra.

''Untuk mendapatkan Ratu, sepertinya aku harus memberi pengertian kepada Mama agar Mama bisa mengerti bahwa sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintai dan menganggap Anjani itu ada. Agar aku bisa bercerai dari Anjani secepatnya, aku harus segera menyingkirkan wanita jelek itu dari hidupku, supaya ketika Ratu sudah bisa aku dekatkan tidak terjadi kesalahpahaman antara kami hanya gara-gara seorang Anjani. Iya, Mama pasti sangat setuju kalau aku bisa mempersunting seorang Ratu, wanita cantik, cerdas dan yang pasti jelas bebet bobot nya. Tidak seperti Anjani yang aneh itu.'' ucap Rendra lagi di dalam hati.

Setelah acara perkenalan diri Anjani, rapat berakhir dan sebelum keluar dari ruang rapat, satu persatu para anggota rapat bersalaman dengan Anjani sebagai tanda perkenalan diri dan mereka juga mengucapkan kata selamat untuk Anjani. Anjani menyalami tangan semua orang dengan senyum yang tak pernah pudar di wajahnya, ia begitu sopan dan ramah kepada siapapun. Kini tiba giliran ia bersalaman dengan Rendra, karena Rendra merupakan orang terakhir yang akan bersalaman dengannya.

''Hai Nona cantik, senang bisa berkenalan secara langsung dengan mu. Selamat, ya.'' ucap Rendra dengan tatapan begitu tajam menatap Anjani, tanpa merasa sungkan kepada kedua orangtua Anjani.

''Iya Tuan. Terimakasih karena sudah berkenan datang.'' balas Anjani tersenyum simpul. Anjani ingin melepaskan tangannya dari tangan Rendra, tetapi Rendra semakin mengeratkan pegangannya pada tangan Anjani. Di dalam hati Anjani sungguh merasa kesal dengan apa yang Rendra lakukan. Tetapi ia masih tetap sabar untuk menjaga nama baiknya. Meskipun orang yang memegang tangannya sekarang adalah suaminya sendiri, tetapi tetap saja ia merasa aneh.

''Kalau begitu saya permisi dulu. Tapi sebelum itu bisakah kau berbagi nomer ponsel mu kepada saya?'' ucap Rendra lagi dengan mata ia kedipkan kepada Anjani.

''Untuk apa?'' tanya Anjani dengan nada sinis.

''Untuk menjalin hubungan yang lebih dekat tentunya.'' balas Rendra lagi.

''Tuan muda Rendra, bisakah anda menghargai kami sebagai orang tua Ratu?'' akhirnya Papa Anjani bersuara untuk menengahi.

''Eh ... Maaf, Pak Sean. Saya hanya sedikit becanda tadi. Maafkan saya Pak Sean dan Nyonya Sean.''

''Tidak apa-apa, Tuan.''

''Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu.''

''Iya, terimakasih sudah datang Tuan Rendra.'' balas Pak Sean lagi. Setelah itu Rendra melepaskan pegangan tangan nya dari tangan Anjani. Anjani bernafas lega karena Rendra sudah keluar dari ruang rapat. Kini di ruang rapat tinggalah Anjani dan kedua orangtuanya dan beberapa orang OB yang membersihkan meja dan ruang rapat.

''Menantu mu itu ada-ada saja, Pa. Masak mau minta nomer ponsel istri sendiri. Ckckck ...'' goda Mama Ratih. Mama Anjani.

''Sudahlah, Ma. Menantu edan dia itu. Pilihan putri mu sendiri. Hahaha ...'' balas Pak Sean.

''Mama sama Papa kok gitu sih!'' Anjani memasang wajah cemberut.

''Maafkan kami, Sayang. Mama sungguh greget melihat si Rendra itu. Mungkin saat melihat wanita cantik lain di luaran sana dia juga suka bersikap ganjen.''

''Mungkin begitu, Ma.'' balas Anjani lesu.

''Jangan sedih gitu. Itu pria pilihan mu sendiri. Jalani rumah tangga kamu semampu mu, Sayang. Mama dan Papa akan selalu ada untukmu dan kami akan selalu mendukung keputusan mu selama masih dalam hal wajar.'' kata Pak Sean.

''Ah ... Aku sayang banget sama kalian.'' Anjani memeluk kedua orangtuanya itu. Kedua orang tua yang selalu mengerti akan dirinya. Orang tua yang tidak terlalu mengekang sang anak dan orang tua yang selalu memberi kebebasan kepada sang anak selama masih dalam batas wajar.

***

Pada sore harinya, Anjani pulang lebih dulu di bandingkan Rendra. Untuk apalagi kalau bukan untuk mempersiapkan penampilan nya agar terlihat aneh seperti biasa.

''Terimakasih karena kalian sudah bekerja dengan baik, Bik. Besok datang lagi, ya.'' kata Anjani kepada dua orang pembantu. Kedua orang itu sudah mau pamit pulang.

''Iya, Nona. Kami pulang dulu, ya.'' balas pembantu yang satu. Yang berusia sekitar empat puluh tahun lebih. Dua orang itu merupakan tetangga Anjani yang rumahnya berada di belakang gang rumahnya. Mereka tinggal di gang kecil padat penduduk.

Makanan sudah terhidang rapi di meja makan, hanya tinggal menunggu Rendra pulang saja. Penampilan Anjani juga sudah berubah jelek dengan pakaian longgar dan kedodoran.

Tidak lama setelah itu terdengar suara langkah kaki memasuki rumah, Anjani berjalan dengan langkah kaki lebar menuju sumber suara.

''Sudah pulang, Mas.'' tanya Anjani saat ia melihat Rendra memasuki rumah.

''Ini,'' bukannya menjawab, Rendra malah melempar jas dan tasnya kepada Anjani. Anjani yang belum siap menangkap membuat jas dan tas itu terjatuh. Tas yang berisi beberapa berkas penting.

''Jadi orang itu yang becus dong. Dasar bodoh.'' murka Rendra menatap Anjani penuh amarah.

''Maaf, Mas. Kamu sih melempar secara asal. Aku 'kan belum siap.'' balas Anjani takut-takut.

''Aku tidak butuh kata maaf mu itu jelek!''

''Tapi ...''

''Nggak ada tapi-tapian! Nanti malam kita ke rumah Mama.''

''Beneran? Ngapain?'' tanya Anjani. Tapi Rendra tak menjawab lagi. Ia benar-benar enggan untuk berbicara dengan sang istri. Nanti malam Rendra akan membujuk Mama nya agar Mamanya bisa mengerti apa maunya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

suami midelan casanova bodong kok di perjuangi Njani.. aneh...

2023-08-18

0

Dian

Dian

emang pas nikah dia gak nyebutin nama lengkap yah... aneehhh

2023-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!