"Ekhemm...kamu masih mendengar ucapan saya?" tanya Ustadz fahri. "Hah...iya Ustadz lanjut" sahut naura dan kini ustadz fahri melanjutkannya kembali
"Saat kamu menanyakan kabar seorang lelaki dan timbul perasaan dalam diri kamu itu juga maksiat. Bukan hanya secara langsung, bahkan tanpa disadari tangan kamu juga ikut berbuat maksiat". "Tangan berbuat maksiat? Gimana ceritanya? gue gak paham" tanya naura. "Saat kamu chattingan dengan lawan jenis, tanpa sadar tangan kamu telah melakukan Zina dengan membalas dengan kalimat kalimat yang mampu membangkitkan hawa nafsu" jelas Ustadz. "Saya bangga akan keputusan yang kamu buat tadi" sambung Ustadz fahri sambil memberikan secarik kertas berbentuk burung dan meninggalkan naura begitu saja setelah mengucapkan salam.
Naura hanya terdiam karena dia sama sekali belum merespon apapun ucapan dari ustadz fahri sementara ustadz sudah meninggalkan nya begitu saja.
"Ck dasar Ustadz kutub utara! sama aja lo kayak adik tengil lo itu" umpat naura kesal
....
Kini pandangan naura teralihkan kearah kertas pemberian ustadz fahri, mulailah lipatan berbentuk burung itu dibuka olehnya...
{Assalamualaikum ...
"Maaf jika perkataan saya tadi siang membuat kamu tersinggung, tapi sungguh saya tidak bermaksud mengatakan hal itu, saya hanya mau kamu tetap semangat untuk menghafal ayat suci Al Qur'an bukan karena hukuman"
"Nah lu tau nya kalau lu udah buat gue kesel, nyebelin Lo" ucapnya dengan senyuman sinis
"Dan untuk hafalan kamu saya harap kamu tidak berputus asa, karena saya akan menunggu kamu sampai kamu sudah benar benar siap memberikan setoran hafalan kamu"}.
Sedangkan naura hanya terdiam sambil tersenyum, naura merasa senang karena akhirnya Ustadz kutub utara mau meminta maaf kepadanya. "Sepertinya harus gue pertimbangkan ucapan nya" batin naura
Tengah malam yang sunyi nan gelap tepatnya menunjukkan pukul 00.00 terlihat naura belum dapat memejamkan matanya, sejak tadi dia hanya berkutat dengan pemikirannya. Hingga kini gadis itu beralih menyenderkan tubuhnya ke dinding.
"Gimana cara gue bilang ke mereka kalau gue mau dibantu buat hafalan surah Ar Rahman lagi?" monolog naura.
Saat ini naura sangat bimbang karena dia belum menyampaikan apapun kepada kedua temannya. "Ayo naura, munculin ide jenius lu...lu udah ada niat, sekarang tinggal lu bilang aja ke mereka" monolognya lagi dengan penuh keyakinan
Beberapa saat kemudian naura menulis di selembar kertas, karena dia belum berani meminta bantuan secara langsung takut kedua temannya itu menolaknya
{"Mir, je... siapapun yang baca tulisan ini duluan, bangunin gue ya waktu kalian sholat malam, pliss... gue mau lanjutkan hafalan surah Ar Rahman gue lagi. Dan...gue minta tolong ke kalian untuk bantu gue menghafal ya"}.
^_^ Nauraa
"Akhirnya selesai juga, semoga mereka mau bangunin gue nanti malam..." Sambil mencium kertas itu dan menaruhnya di samping bantal mira, karena naura tahu jika mira sangat rajin untuk merapikan tempat tidurnya setelah terbangun, pastinya dengan atau tanpa sengaja mira akan melihat kertas itu.
"Udah bisa tenang tidur gue" gumamnya sambil mengatur posisi ternyaman nya, lalu beberapa menit kemudian kantuk membawanya ke alam mimpi.
....
Hanya sekitar 3 jam an naura tertidur, karena sekarang naura sudah terbangun bersama kedua temannya. Pagi ini juga menjadi pagi yang berbeda dari biasanya, dimana sudah tidak ada lagi percikan air yang menghujani wajah naura karena panggilan saja sudah berhasil membangunkan nya.
Setelah melaksanakan sholat malam kini naura memulai kembali hafalannya, karena selembar kertas yang ditulisnya tadi malam dilihat oleh mira...
"Allahumma Irkhamni bi tarkil ma’ashi Abadan ma abqoytani, warhamni an atakallafa ma la ya’ninii warzuqni khusnal yaqini fi ma yurdhika ‘annii" ucap naura, ini adalah doa yang diajarkan oleh mira kepadanya dengan niat untuk memperlancar hafalannya, walaupun naura saat ini masih mengucapkan sambil melihat catatan tetapi setidaknya niatnya sudah siap untuk mulai menghafal.
....
Kini naura telah selesai menuntaskan hafalan surah Ar Rahman sebanyak 30 ayat, diluar ekspektasi naura, ayat yang dihafalkan nya terbilang lancar keluar dari mulutnya tanpa banyak mengingat terlebih dahulu.
"Alhamdulillah naura, akhirnya kamu bisa menghafal 30 ayat dengan baik dan insyaallah lancar" ucap syukur mira. "Iya mir, gue juga gak nyangka, gue jadi lebih semangat sekarang untuk menghafal..thanks ya mir" ucap naura
....
Keesokannya seperti biasa naura bersama santriwati lainnya kini mengikuti pembelajaran, tetapi bukan mata pelajaran yang diampu oleh gus fajar melainkan Ustadzah juli. Terlihat saat ini naura sangat serius memperhatikan penjelasan itu
"Ck kenapa lama banget sih jam istirahat nya... kenapa satu detik berasa satu menit kalau ustadzah juli yang ngajar" gumam naura kesal sambil memperhatikan arah jarum jam
Terungkap ternyata naura bukan serius memperhatikan penyampaian dari Ustadzah juli melainkan fokus ke depan memperhatikan jam dinding dihadapannya
.....
"Ahhhhh akhirnya, lega juga bisa bebas dari kepura puraan ini..." ucap naura dengan hembusan nafas kasar setelah ustadzah juli meninggalkan ruangan kelas itu
Saat ini naura sudah keluar dari ruangan kelas ingin menemui Ustadz fahri. Setelah tiba di halaman tempat kemarin naura menyetor hafalan, Netra hitamnya terus mencari keberadaan ustadz fahri tetapi sampai saat ini naura belum melihatnya.
"Kemarin dia yang nunggu gue duluan tapi dimana dia sekarang? Apa dia udah gak mau lagi ya ngoreksi hafalan gue.." lirih naura pelan
"Hmm atau gue sambil menyapu halaman aja kali ya sambil nunggu dia" gumam naura saat melihat sapu di ujung sana. Saat ingin mengambil sapu itu tiba tiba dari arah belakang seseorang menyentuh punggungnya.
Spontan jiwa silatnya timbul dengan sendirinya, naura kini menarik dan memelintir tangan orang itu. "Siapa lu?" tanya naura. "Aww...ampun, lepasin" ucap seseorang perempuan, setelah itu naura kini melepaskan tangan perempuan itu.
"Maaf naura, aku tere salah satu santriwati disini juga" tutur perempuan yang bernama tere itu. "Kenapa lu berani sentuh punggung gue hah?" tanya naura, bukannya malah menyelidiki tere melainkan mempersalahkan mengapa perempuan itu berani menyentuh punggungnya.
"Ini..aku cuma mau antar berkas ini saja ke kamu" ucap tere. "Berkas? Untuk apa? Kenapa lu malah kasih ke gue?" tanya naura heran. "Hmm iya berkas ini dari ustadzah juli, aku disuruh kasih ke kamu supaya kamu mengantarkan ke kantor santriwan" jelas tere. "Hah lu gak salah? Gue santriwati baru disini...lagian gue gak tau dimana letak kantor santriwan itu". "Dan satu lagi, bukannya kita dilarang untuk melewati gerbang pembatas itu?" sambung naura
"Hemm...a aku juga gak tau naura, karena ini amanah dari ustadzah juli dan dia ingin kamu yang mengantarkan nya" ucap tere dengan suara gugup. "Gue gak percaya, lu mau bohongi gue ya?" selidik naura
"Enggak naura, aku sama sekali gak bohong kok...ini memang amanah, dan kamu bisa membuktikan sendiri ke ustadzah juli kalau masih ragu" jelas tere.
Naura kini berpikir, sebenarnya dia tidak percaya kepada perempuan yang bernama tere ini, tetapi jika dia harus menjumpai ustadzah juli dulu untuk menanyakan hal ini dia sangat malas, apalagi saat dikelas dia berkali-kali ditanya ustadzah juli dan tentu saja selama berkali-kali juga dia tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Naura sampai merasa jika sebenarnya dia sedang dipermalukan secara tidak langsung oleh Ustadzah nya itu.
"Ck... jangan-jangan dia memang mau buat gue tambah kesel lagi, makanya dia nyuruh gue sekarang..." "Oke gue akan buktikan ke lu kalau gue bisa tahan emosi gue" batinnya
"Oke sini.." rampas naura mengambil berkas itu sambil tersenyum sinis. "Jadi gue harus kasih ke siapa berkas ini?" tanya naura. "Hmm kamu bisa kasi ke Ustadz Budi, dia biasanya selalu di kantor santriwan" jelas tere namun hanya didengar sekilas oleh naura karena detik berikutnya naura sudah pergi meninggalkan tere begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments