"Na gimana ini? Kamu tetap dihukum na" ucap mira sedih
"Ya udah ayok" ajak naura
"Naura kamu serius?" timpal mira dengan mata berkaca-kaca
"Serius, tapi gue cuci muka dulu ya" ucap naura
"Tunggu Naura...kamu tidak boleh cuci muka dulu sebelum menjalani hukuman" jelas je
"Hukuman macam apa ini?" tanya naura heran
"Begitulah na, jika kamu cuci muka hukuman kamu akan bertambah" jelas mira dengan suara menahan tangis
"Aduh...kenapa anak ingin malah mau nangis sih, kan gue yang dihukum" batin naura
Karena tidak ingin melihat temannya itu menangis, akhirnya naura sengaja terlihat tidak takut dengan hukuman ini. Bagi naura hukuman itu adalah hal yang biasa, lagian ini bukan kali pertamanya dia dihukum. Melihat ketulusan teman barunya sudah cukup menambah keberaniannya.
"Oke gak masalah, muka gue tetep imut sekalipun gak cuci muka" jawab naura santai dan setelanya mereka keluar dan tentunya naura sekarang sudah memakai hijab instan mininya.
Kini tibalah mereka bertiga di tengah lapangan. Naura sempat bingung karena sepertinya hanya dia yang akan menjalani hukuman ini.
"Ckk, gila ya gak seru banget masa cuma gue yang dihukum" gumam naura dan masi dapat terdengar oleh mereka semua
"Itu karena hanya kamu yang tidak beradab" ketus asisten ustadzah
"Sudah, sudah... sekarang kamu berdiri sampai jam pelajaran dimulai" ucap ustadzah
"Saya berharap besok kita tidak bertemu lagi di sini" ujar ustadzah juli lalu pergi meninggalkan tempat itu.
"Naura, kamu baik-baik ya disini, nanti kalau bel udah berbunyi kamu langsung cuci muka terus segera masuk ke kelas aja ya. Jangan sampai telat lagi" ujar mira
"Kami ke kelas dulu... Assalamualaikum" lanjut Mira
"Wa'alaikumussalam" balas naura
Sebenarnya dia sangat tersentuh dengan ketulusan mira, tetapi sekarang dia juga kesal karena harus terperangkap di tempat ini yang latar belakangnya sangat tidak sesuai dengan dirinya.
Sekitar 30 menit lebih dia berdiri di tengah lapangan, dan tak bisa dipungkiri sejak tadi banyak mata yang memandang kearahnya. Inilah yang membuatnya tambah kesal.
🔊 : Bel pun kini berbunyi menandakan hukuman Naura telah selesai
"Ah akhirnya selesai juga hukuman konyol ini" ucap naura
Saat berbalik ke belakang, ia terdiam di tempat. Saat ini naura bingung harus kemana, dia lupa kamarnya disebelah mana. Pasalnya kemarin waktu diantar oleh naila dia hanya memainkan gadgetnya disepanjang jalan, dan saat ke tempat ini dia juga hanya mengikuti langkah mira karena sejujurnya mata naura juga masi mengantuk.
Akhirnya naura memutuskan untuk tidak kembali ke kamar, melainkan ingin mencari kedua temannya itu terlebih dahulu. Saat berjalan ke lorong kelas dia terus menoleh kesetiap kelas tetapi belum menemukan keberadaan mira ataupun je. Hingga akhirnya tanpa disadari tubuhnya menabrak tubuh seseorang.
Brak
Naura kini tersungkur kebelakang. Dia merasakan kakinya yang keseleo kemarin sekarang sakit kembali.
"Sialan, lu punya mata gak? Liat-liat dong kalau jalan" ketus naura tanpa melihat siapa yang bertabrakan dengannya
"Afwan ukhti, tapi sepertinya ukhti yang menambrak ana"
"Enak aja Lo ya..." naura spontan terkejut ketika melihat ternyata yang bertabrakan dengannya adalah pria kemarin yang dipanggil sebagai ustadz
"Elo??" Seru naura sementara pria itu terlihat biasa saja seperti tidak mengenalnya
"Dasar Ustadz mes**, ngapain lu ada di sini? Lu pasti mau ngintip kan?" tuduh naura
"Astagfirullahhaladzim" hanya itu kata yang keluar dari mulutnya
"Assalamualaikum ustadz" sapa seorang dari arah samping
"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh" jawab ustadz lirih
"Mira ini kelas lu?" tanya naura
"Untung lu ada di sini, liat mir ini Ustadz mesum mau ngintip kelas lu" tukas naura
"Ngintip? Sepertinya kamu salah paham na" terang mira
"Ustadz, maafkan Naura ya ustadz, naura santriwati baru disini jadi dia tidak tau jika ustadz mengajar disini" jelas mira
"Baik, tolong ukhti antarkan teman ukhti ini ke kantor agar dia bisa diajarkan adab dan aturan di Pesantren ini"
"Baik ustadz" ucap mira patuh
"Ckk adab, lu aja gak sopan" ucap naura
"Hus Naura, jangan sembarangan bicara itu ustadz kita guru kamu juga"
"Terserah deh... yang penting sekarang elu antarkan gue ke kamar kita, gue lupa tempatnya" balas naura
"Ya sudah kamu tunggu sebentar di sini, aku mau izin ke pak ustadz dulu"
"Ya udah jangan lama"
Kini penampilan naura telah berubah, jauh lebih segar dan cantik. Rambut terurai dengan kaos berwarna putih dan rok cokelat muda yang hanya menutupi lututnya sehingga menampakkan kulit putih mulusnya. Sudah setengah jam lebih yang naura lakukan hanyalah memainkan gadgetnya dan membuka beranda media sosial yaitu Instagram miliknya yang sudah diikuti lebih dari 300 ribu followers.
"Aduh suntuk juga lama lama di kamar... keluar ah cari suasana baru" monolognya
Setelah sampai di sebuah pohon yang rindang naura lanjut duduk di kursi putih yang ada di sana. Beberapa kali suara jepretan kamera terdengar di sana dengan gaya yang berbeda tentunya. Saat ingin mengupload ke postingan Instagramnya tiba-tiba dari arah belakang seseorang mengambil handphone tersebut...
"Apaan sih, balikin hp gue" ucap naura kearah orang yang sudah berani merampas hp nya
"Apakah kamu belum juga ke kantor mengikuti arahan yang saya perintahkan tadi?" tegas seseorang yang ternyata ustadz fahri, sementara naura hanya membalasnya dengan gelengan kepala
"Kamu tau, di pesantren ini ada larangan untuk tidak menggunakan gadget, dan kamu telah melanggar larangan ini" jelas Ustadz tegas tanpa melihat ekspresi naura yang ketakutan.
"Baru kali ini gue, seorang naura merasa takut dengan teguran seseorang, padahal wajah pria ini tidak seperti pak Bandi, malah tergolong tampan, sangat tampan bahkan. Hidungnya yang mancung, bibirnya tipis berwarna pink, kulitnya putih bersih bercahaya hampir seperti gue, dan paling penting postur tubuhnya ideal banget, kalah deh Aditya...pasti kalau dia datang ke sekolah lama gue, fans alay jablai pasti pada heboh" batin naura sambil tersenyum membayangkan
"Ada yang lucu?" ucap ustadz membuyarkan lamunan Naura
"Eh..gak ada kok" jawab naura cepat
"Karena kamu belum tahu aturan, kamu pilih hp ini dihancurkan atau ditahan sampai kamu selesai pendidikan disini?" tegas ustadz tetap melihat kearah lain
"Loh kok gitu sih? Nanti gue pakai apa?" bantah naura
"Baik, kalau gitu besok pagi kamu lihat di lapangan, kita hancurkan hp ini... Assalamualaikum" jawab ustadz fahri dingin sambil meninggalkan naura
"Ehh jangan dong" teriak naura
....
"Aduh gimana ni, mikir ayo mikir Naura" ucapnya sambil terus mondar-mandir di dalam kamar
"Assalamualaikum" ucap mira dan je yang sekarang sudah tiba di dalam kamar tetapi tidak mendapatkan jawaban dari Naura
"Naura??" dipegangnya punggung belakang naura hingga dia tersadar
"Astaga, kalian rupanya..sejak kapan kalian di sini?" tanya naura
"Astaghfirullah sejak tadi naura, kamu yang gak jawab salam kita" ucap je
"Aduh sorry" singkat naura kemudian kembali berpikir
"Kamu kenapa Naura? Ada masalah sepertinya, cerita aja ke kita siapa tau kita bisa bantu" ucap mira
Karena mendapat tawaran itu kini naura pun bercerita kepada mereka
.....
"Jadi gitu, gimana nasib hp gue nantinya...kalian kan tau followers gue itu banyak dan banyak yang nunggu postingan gue tiap harinya hiks" ucap naura dengan suara yang dia buat semelas mungkin
"Astaghfirullah naura jadi itu yang kamu pikirkan, aku kira kamu sedih karena gak bisa hubungi orangtua kamu lagi, karena biasanya para santri yang di hp nya dihancurkan selalu memberi alasan seperti itu" ucap je, sementara naura tidak menjawab karena dia tidak ingin teman barunya ini tau kesedihannya yang kurang mendapatkan perhatian.
"Ya sudah gini aja...karena masih ada waktu sampai besok pagi, gimana kalau pas sholat subuh kamu ikut sholat ke masjid, kita datangi ustadz fahri dan minta keringanan supaya hp kamu tidak dihancurkan" jelas mira
"Keringanan yang lu maksud, hp gue bakal disita sampai gue tamat dari sini gitu?" tanya naura tak percaya
"Iya, itu lebih baik dari pada dihancurkan" jawab je dan disetujui mira
"Ya udah deh" pasrah naura
Bagaimana tidak pasrah, bagi naura itu bukanlah ide yang baik, sebenarnya naura juga tidak mempermasalahkan jika hp nya itu dihancurkan, tapi masalahnya dia tidak sedang di rumah jadi akan susah baginya untuk membeli hp baru. Jangankan hp baru, uang untuk jajan diluar aja dia tidak punya, dia lupa minta kepada papanya. Walaupun dia tau semua kebutuhannya selama di pesantren ini pasti sudah dibayarkan oleh papanya.
"Oiya naura, untuk memperbaiki kesalahan juga, ada baiknya setelah makan siang ini kita ke kantor supaya kamu bisa belajar adab dan aturan selama dipesantren ini" timpal mira
"Oh kalau yang itu nanti aja deh" tungkas naura
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments