Bab 17. Kebingungan Ara

...🍀🍀🍀...

Keesokan harinya, Ara bangun dari tidurnya dengan kondisi yang sudah lebih baik dari semalam. Ia bahkan tak ingat kapan dirinya sampai di rumah Mia.

Pasti pak Regan yang mengantarku kemari, aku harus berterimakasih padanya nanti.

Usai mandi dan shalat subuh, Ara keluar dari kamar Mia. Ara pergi ke dapur dan melihat Ratih tangan menyeduh susu hangat. "Kamu udah bangun, Ra?"

"Udah Bu, baru aja beres mandi sama shalat subuh." jawab Ara sembari tersenyum.

"Minum susu hangat dulu ya. Ini sih susu biasa bukan susu hamil, tapi kata dokter Arga...kamu harus minum susu biar bayinya kuat dan sehat." Ratih begitu perhatian pada Ara, ya seperti pada anaknya sendiri.

Hati Ara dibuat terenyuh saat mendapatkan perhatian dari ibu sahabatnya itu. "Iya Bu."

"Kita ke ruang tengah yuk?" ajak Ratih pada Ara.

Kini dua wanita itu tengah duduk berhadapan, Ara meneguk secangkir susu vanilla itu pelan-pelan karena masih panas. Sejujurnya, ia tak suka susu tapi demi bayinya, dia membiasakan itu.

Selama kehamilannya, Bram tidak pernah memperhatikan Ara. Apa yang ia makan, apa yang terbaik untuk bayi mereka. Tidak ada satupun perhatian darinya. Bram tidak pernah menganggap kehadiran bayi itu dalam hidupnya. Jelas saja, Bram bahkan pernah membawa Ara ke tempat aborsi. Tapi hal ini hanya Ara saja yang tau, ia tak mau ada yang tau aib suaminya. Dan selalu saja Ara menutupi semua itu.

Miris, sakit, saat Ara mengingat kejadian kemarin siang dan tadi malam. Rasanya ia tak sanggup lagi hidup bersama Bram yang sudah berulang kali menyakitinya. Tak cukup berselingkuh, selingkuhannya juga hamil. Perih, tapi ia tak berani menceritakan hal ini pada siapapun. Memendam sendirian, menyelesaikannya sendiri, selalu menjadi sifatnya.

"Ra...bisa kamu ceritakan apa yang terjadi semalam? Bram yang mengusir kamu, atau kamu yang pergi dari rumah?"tanya Ratih begitu peduli pada Ara.

Ara tercekat, netranya bertemu pandang dengan Ratih. Ara agak ragu untuk bicara yang sebenarnya, entah ia harus mulai dari mana.

Tak kunjung mendapatkan jawaban dari Ara, Ratih kembali bertanya. "Ra...apa Bram suka memukul kamu?"

"Ti-tidak Bu!" sangkalnya dengan terbata dan kedua matanya membola lebar.

"Jadi benar dia suka mukulin kamu?" tanga Ratih lagi, yang yakin bahwa Ara berbohong bila dia menyangkal dengan cepat begini.

"Enggak Bu!"

"Ara, bohong itu dosa nak." Ratih menatap sendu pada wanita itu.

Lalu tanpa sadar air mata mengalir deras begitu saja dari kedua mata Ara. Tangannya meremass rok panjang yang ia kenakan.

"Ra..." Ratih beranjak dari tempat duduknya dan mengambil alih untuk duduk disamping Ara. Tangannya mengelus kepala Ara dengan lembut.

"Mas Bram tidak pernah...me-memukulku Bu...dia baik...hiks..."

Ratih tidak tega mendengar penyangkalan demi penyangkalan yang dilakukan oleh Ara terhadap suaminya. Ia memeluk wanita yang tengah terisak itu. Mengingat Ara mengigau semalam tentang Bram yang memukulnya dan ingin membunuh bayinya, membuat hati Ratih terluka.

"Nak, kalau kamu tidak kuat dengan pernikahan ini...maka--"

"Bu, jangan katakan itu! Kumohon." Ara sudah tau kata yang akan diucapkan oleh Ratih selanjutnya.

"Ara..."

"Tidak semudah itu untuk berpisah Bu, aku punya anak dari mas Bram. Aku sedang hamil dan ini berat untukku Bu." Ara mengusap air matanya, berusaha tegar didepan Ratih. Tanpa sadar Mia ada diambang pintu kamar dan mendengar itu semua.

Berat memang, seandainya kalau Ara tidak hamil pasti akan mudah jalannya untuk berpisah. Tapi keadaannya tengah berbadan dua dan anaknya membutuhkan seorang ayah. Sebenarnya saat Ara pergi dari rumah tadi malam, Ara memang ingin berpisah dan hidup berdua bersama anaknya. Tapi ia mendapatkan mimpi tentang anaknya yang hidup tanpa seorang ayah.

Lagipula perceraian memang bukan hal yang mudah.

"Lalu Lo mau bagaimana, Ra? Mau terus disakiti sama dia kayak orang bego?" kata Mia sedikit sarkas, kalau sudah emosi Mia bisa mengeluarkan makian dan umpatan.

"Mia! Jaga bicara kamu nak." tegur Ratih pada Mia.

"Ra, apa Lo bakal bertahan sama dia dan pelakor yang lagi hamil itu? Ra, Lo itu manusia bukan malaikat!"

"Aku...aku..." Ara terlihat ragu.

"Gue cuma kasihan sama Lo, sama batin Lo dan bayi Lo. Kalau Lo terus-terusan sama dia, Lo pasti menderita, bayi Lo juga pasti bakal kenapa-napa." tutur Mia kesal. "Ah...apa jangan-jangan Lo masih cinta sama si bajingan itu?"

Ara tercekat, ia tak mampu menjawab pertanyaan itu. Seakan membenarkan apa yang dikatakan oleh Mia. "Ra! Lo itu--"

"Memang benar, aku masih memiliki cinta untuk Mas Bram. Tapi alasan aku bertahan karena bayi kami." jelas Ara jujur. Ara memang sudah sedikit hilang cintanya pada Bram, tapi alasan dia bertahan karena anak yang dikandungnya.

"Ara, ibu sama gue bisa bantu Lo ngurus bayinya. Mending Lo pisah deh sama dia, Ra! Hubungan toxic ini gak bisa dipertahankan." Mia duduk di depan Ara dan berusaha mengubah pikiran Ara yang ragu untuk berpisah.

"Mia, udah...Ara butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Lebih baik kamu siap-siap kuliah. Biar Ara izin dulu satu hari ini." tegas Ratih memotong percakapan ini. Ratih tau Ara butuh waktu berpikir.

Hari pun berganti menjadi siang, matahari mulai terik. Mia pergi ke kampus, sementara Ara berada di rumah Mia dan merenungkan nasibnya.

Ratih yang kebetulan tidak bekerja, dia stay menemani Ara di rumah. "Ra, ibu jemur dulu pakaian ya. Kamu tunggu disini."

"Aku bantu ya Bu."

"Gak usah, kata dokter kamu harus bed rest jangan banyak gerak dulu." Ratih tersenyum, kemudian meninggalkan Ara di depan teras rumah dan pergi ke halaman belakang untuk jemur pakaian.

Ara terdiam dan melamun, tiba-tiba saja dia terkejut melihat Bram dan Aryan sudah ada dihadapannya.

"Opa..." Ara terperanjat melihat kedatangan Aryan dan Bram.

Aryan langsung memeluk Ara sambil menangis. "Kenapa kamu pergi nak? Kamu tega sama opa?"

"Opa...opa jangan nangis," Ara melemah ketika berhadapan dengan pria tua itu.

"Kita pulang ya nak, opa sudah mengusir wanita jallang itu dari rumah kalian! Opa tidak akan membiarkanmu bercerai dari Bram, selamanya hanya kamu cucu nanti perempuan opa." Aryan memegang tangan Ara, buliran air mata terlihat di wajah keriput Aryan.

Ya Allah....Ara jadi tidak tega.

"Ara...ayo kita pulang sayang." kata Bram dengan suara lembut pada wanita itu. Namun tatapan matanya dingin dan tajam.

Mas Bram? Dia pasti berpura-pura. batin Ara kesal.

"Maaf Opa, tapi Ara gak bisa pulang."

Dengan berat hati, wanita itu menolak keinginan sang kakek.

"A-apa?" Aryan terbelalak mendengarnya.

"Ara gak bisa pergi, Ara tidak bisa tinggal bersama mas Bram lagi," tegas wanita itu yang membuat Bram dan Aryan terkejut dengan keputusannya.

Huh beraninya wanita ini menolak ajakan ku!. Bram kesal.

Dan ya, setelah melihat suaminya yang berpura-pura, rasa cinta itu kalah oleh benci. Ara mengubah keputusannya untuk tinggal terpisah dengan Bram.

Tidak bisa Mas, aku tidak sanggup lagi bila harus hidup satu atap bersama pria yang memperlakukanku dengan kasar dan dingin. Aku tidak mau stress dan membuat bayiku kenapa-napa.

"Ara! Kamu jangan---ugghhh..."

Bram dan Ara terkejut melihat Aryan tiba-tiba memegang dadanya, pria tua itu kesakitan. "OPA!!"

...****...

Terpopuler

Comments

MUSFIRA

MUSFIRA

Klo pnya suami tukang selingkuh...jngn pernah menangis..apalgi baik..suami selingkuh mah di tendang ajha baru benar..jadi perempuan jngn lemah ARA..apalagi baru hmil pertama

2023-08-15

1

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

nah ... gitu donk Ra ... tegas !! 👍

2023-02-07

0

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

Ara ngapain masih melindungi penjahat ?

2023-02-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Suamiku berubah
2 Bab 2. Tak pernah mencintaimu
3 Bab 3. Ceraikan dia!
4 Bab 4. Dia bukan pembantu
5 Bab 5. Aku hamil Mas
6 Bab 6. Gugurkan saja!
7 Bab 7. Mulut manis Bram
8 Bab 8. Tega kamu, Mas
9 Bab 9. Ara di rumah sakit
10 Bab 10. Kuberi satu kesempatan
11 Bab 11. Sudah cukup!
12 Bab 12. Kamu akan menyesal
13 Bab 13. Bertemu Regan
14 Bab 14. Aryan marah
15 Bab 15. Jangan pukul aku, Mas!
16 Bab 16. Lo suka istri orang?
17 Bab 17. Kebingungan Ara
18 Bab 18. Saling menyalahkan
19 Bab 19. Aku mau bercerai, opa
20 Bab 20. Bram ada akhlak
21 Bab 21. Mencoba sekali lagi
22 Bab 22. Membalas ucapan Bram
23 Bab 23. Drama Giselle
24 Bab 24. Kamu boleh pergi, Ara
25 Bab 25. Malaikat tak bersayap
26 Bab 26. Bukan saya, pak
27 Bab 27. Fakta Lyodra
28 Bab 28. Bayiku meninggal?
29 Bab 29. TALAK
30 Bab 30. Akan aku lupakan
31 Bab 31. Anna merasa bersalah
32 Bab 32. Kedatangan Yoshua
33 Bab 33. Kamu lupa sudah talak tiga?
34 Bab 34. Bram tidak mau cerai
35 Bab 35. Ara adalah keluarga Gallan
36 Bab 36. Pergi kalian semua
37 Bab 37. Busuknya Giselle
38 Bab 38. Buang saja Penyesalanmu
39 Bab 39. Bram BRENGSEK!
40 Bab 40. Gas keun Regan!
41 Bab 41. Tidak ada gunanya mengulang waktu
42 Bab 42. Setelah ketuk palu
43 Bab 43. Saya akan membahagiakanmu
44 Bab 44. Masa lalu (1)
45 Bab 45. Masa lalu (2)
46 Bab 46. Fakta menyakitkan untuk Giselle
47 Bab 47. Kesempatan kedua
48 Bab 48. Sindiran Mia
49 Bab 49. Buat dia cacat!
50 Bab 50. Dua wanita cantik
51 Bab 51. Regan cembukor
52 Bab 52. Ara di culik, Regan panik
53 Bab 53. Malaikat pencabut nyawa
54 Bab 54. Rumah sakit
55 Bab 55. Pemeriksaan Ara
56 Bab 56. Regan penyelamat
57 Bab 57. Cincin hello Kitty
58 Bab 58. Giselle masih tak tahu malu
59 Bab 59. Sisi lain Ara
60 Bab 60. Berhak bahagia
61 Bab 61. Calon mertua ikan terbang
62 Bab 62. Ingin Ara bahagia
63 Bab 63. Selamat tidur Malaikat cantik
64 Bab 64. Calon menantu
65 Bab 65. Percaya diri Bram
66 Bab 66. Regan kiss Ara?
67 Bab 67. Panggilan Mas
68 Bab 68. You are the one
69 Bab 69. Sah happy wedding
70 Bab 70. Boleh mas cium?
71 Bab 71. Malam pertama terindah
72 Bab 72. Senasib
73 Bab 73. Pagi pengantin baru
74 Bab 74. Jodoh Sean?
75 Bab 75. Maladewa
76 Bab 76. Karma is real
77 Bab 77. Panas hati Bram Tania
78 Bab 78. Terlambat menolong
79 Bab 79. Permohonan maaf Giselle
80 Bab 80. Keanehan Ara
81 Bab 81. Ara pingsan
82 Bab 82. Kabar bahagia
83 Bab 83. Calon ayah dan ibu
84 Bab 84. Bodyguard untuk Ara
85 Bab 85. Menolong Tania
86 Bab 86. Paket misterius
87 Bab 87. Kita pindah sekarang
88 Bab 88. Musim nikah
89 Bab 89. Keguguran lagi?
90 Bab 90. Aksi Windy (Revisi)
91 Bab 91. Bahagia (Ending)
92 One Night Stand With My Uncle
93 Novel WHEN BAD BOY MEET SHOLEHAH
94 Dihamili Berondong
95 Pengumuman penting, dibaca!
96 Membawa Benih Suami Kontrak
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Bab 1. Suamiku berubah
2
Bab 2. Tak pernah mencintaimu
3
Bab 3. Ceraikan dia!
4
Bab 4. Dia bukan pembantu
5
Bab 5. Aku hamil Mas
6
Bab 6. Gugurkan saja!
7
Bab 7. Mulut manis Bram
8
Bab 8. Tega kamu, Mas
9
Bab 9. Ara di rumah sakit
10
Bab 10. Kuberi satu kesempatan
11
Bab 11. Sudah cukup!
12
Bab 12. Kamu akan menyesal
13
Bab 13. Bertemu Regan
14
Bab 14. Aryan marah
15
Bab 15. Jangan pukul aku, Mas!
16
Bab 16. Lo suka istri orang?
17
Bab 17. Kebingungan Ara
18
Bab 18. Saling menyalahkan
19
Bab 19. Aku mau bercerai, opa
20
Bab 20. Bram ada akhlak
21
Bab 21. Mencoba sekali lagi
22
Bab 22. Membalas ucapan Bram
23
Bab 23. Drama Giselle
24
Bab 24. Kamu boleh pergi, Ara
25
Bab 25. Malaikat tak bersayap
26
Bab 26. Bukan saya, pak
27
Bab 27. Fakta Lyodra
28
Bab 28. Bayiku meninggal?
29
Bab 29. TALAK
30
Bab 30. Akan aku lupakan
31
Bab 31. Anna merasa bersalah
32
Bab 32. Kedatangan Yoshua
33
Bab 33. Kamu lupa sudah talak tiga?
34
Bab 34. Bram tidak mau cerai
35
Bab 35. Ara adalah keluarga Gallan
36
Bab 36. Pergi kalian semua
37
Bab 37. Busuknya Giselle
38
Bab 38. Buang saja Penyesalanmu
39
Bab 39. Bram BRENGSEK!
40
Bab 40. Gas keun Regan!
41
Bab 41. Tidak ada gunanya mengulang waktu
42
Bab 42. Setelah ketuk palu
43
Bab 43. Saya akan membahagiakanmu
44
Bab 44. Masa lalu (1)
45
Bab 45. Masa lalu (2)
46
Bab 46. Fakta menyakitkan untuk Giselle
47
Bab 47. Kesempatan kedua
48
Bab 48. Sindiran Mia
49
Bab 49. Buat dia cacat!
50
Bab 50. Dua wanita cantik
51
Bab 51. Regan cembukor
52
Bab 52. Ara di culik, Regan panik
53
Bab 53. Malaikat pencabut nyawa
54
Bab 54. Rumah sakit
55
Bab 55. Pemeriksaan Ara
56
Bab 56. Regan penyelamat
57
Bab 57. Cincin hello Kitty
58
Bab 58. Giselle masih tak tahu malu
59
Bab 59. Sisi lain Ara
60
Bab 60. Berhak bahagia
61
Bab 61. Calon mertua ikan terbang
62
Bab 62. Ingin Ara bahagia
63
Bab 63. Selamat tidur Malaikat cantik
64
Bab 64. Calon menantu
65
Bab 65. Percaya diri Bram
66
Bab 66. Regan kiss Ara?
67
Bab 67. Panggilan Mas
68
Bab 68. You are the one
69
Bab 69. Sah happy wedding
70
Bab 70. Boleh mas cium?
71
Bab 71. Malam pertama terindah
72
Bab 72. Senasib
73
Bab 73. Pagi pengantin baru
74
Bab 74. Jodoh Sean?
75
Bab 75. Maladewa
76
Bab 76. Karma is real
77
Bab 77. Panas hati Bram Tania
78
Bab 78. Terlambat menolong
79
Bab 79. Permohonan maaf Giselle
80
Bab 80. Keanehan Ara
81
Bab 81. Ara pingsan
82
Bab 82. Kabar bahagia
83
Bab 83. Calon ayah dan ibu
84
Bab 84. Bodyguard untuk Ara
85
Bab 85. Menolong Tania
86
Bab 86. Paket misterius
87
Bab 87. Kita pindah sekarang
88
Bab 88. Musim nikah
89
Bab 89. Keguguran lagi?
90
Bab 90. Aksi Windy (Revisi)
91
Bab 91. Bahagia (Ending)
92
One Night Stand With My Uncle
93
Novel WHEN BAD BOY MEET SHOLEHAH
94
Dihamili Berondong
95
Pengumuman penting, dibaca!
96
Membawa Benih Suami Kontrak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!