...🍁🍁🍁...
Aryan duduk di kursi roda, dia bersama, seorang pria paruh baya yaitu Deni. Kepala pelayan di rumah itu sekaligus pria yang bertugas mengurus semua keperluan Aryan.
"Kamu bicara apa Kanaya? Ulangi ucapanmu barusan!" tegas Aryan pada cucunya.
"O...opa..." Kanaya langsung beringsut dari tempat duduknya, raut wajahnya yang tadi meremehkan Ara langsung berubah menjadi raut wajah panik saat melihat kakeknya.
Deni mendorong kursi roda yang membawa Aryan mendekat ke arah Kanaya dan Ara. Aryan menatap Ara yang hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Kanaya Maharani! Jawab opa, apa yang kamu katakan barusan pada teman-temanmu? Kau bilang kakak iparmu pembantu?" suara Aryan meninggi, ia tak suka dengan ucapan Kanaya pada Ara.
"O...opa salah dengar, aku tidak bilang begitu!" bantah Kanaya dengan suara gugup.
"Telinga opa masih berfungsi dengan baik, Kanaya! Kau bilang Ara pembantu?" ulang Aryan, masih dengan suara yang meninggi.
Teman-teman Kanaya terlihat ketakutan mendengar Aryan begitu galak dan mereka memilih bungkam.
Ara langsung mendekati Aryan, ia tau kakek dari suaminya itu memiliki riwayat penyakit jantung dan darah tinggi. Berteriak seperti ini akan membuat kesehatannya tidak baik.
"Opa, opa sudah pulang?" Ara mencium punggung tangan Aryan dengan sopan. Ia berusaha mencairkan suasana. "Opa sudah pulang? Gimana hasil pemeriksaannya opa? Oh ya...opa sudah makan?" cecar Ara pada pria tua itu.
"Ara, kamu diam!" Aryan mengangkat satu tangannya dan meminta Ara untuk diam. Ara pun bungkam seketika.
Aryan melirik tajam pada Kanaya. "Kanaya, cepat kamu bilang sama teman-temanmu bahwa Ara adalah kakak iparmu dan dia bukan pembantu,"
"Tapi--opa--" serka Kanaya yang ingin menolak perintah kakaknya.
"Cepat Kanaya! Opa tak suka dibantah." ucap Aryan yang tidak bisa diganggu gugat.
Kanaya meremass celana hot pantsnya, matanya menyiratkan kemarahan pada Ara. "Wanita sialan! Wanita kampungan! Anak supir rendahan! Gara-gara dia datang ke keluarga ini, aku jadi sering bertengkar sama opa." Kanaya merutuki kakak iparnya dalam hati.
"KANAYA!"
"Iya opa...akan aku katakan. Guys...maaf, cewek ini bukan pembantu gue tapi dia kakka ipar gue, namanya Haura." jelas Kanaya pada teman-temannya.
Keempat temannya tidak bicara dan hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka kompak berpamitan dan pergi dari mansion Wiratama. Setelah teman-temannya pergi, Kanaya langsung menumpahkan amarahnya pada Aryan.
"Opa puas sudah mempermalukan aku didepan teman-temanku?"
"Hah? Permalukan? Di bagian mana opa mempermalukan kamu?" tanya Aryan balik. "Sekarang lebih baik kamu minta maaf sama kakak iparmu!"
"Gak mau, Opa." tolak Kanaya dengan mata sinis menatap Ara.
"Kanaya...jangan buat opa semakin marah sama kamu." sinis Aryan pada Kanaya.
"Opa, udah opa...aku gak apa-apa. Tidak usah marah seperti ini, opa." ucap Ara rendah hati dan tak mau ada masalah dalam keluarga itu.
Kanaya pergi begitu saja dengan langkah besar menuju ke lantai atas. Aryan berteriak memanggil manggil nama cucunya, namun gadis itu tetap pergi dari sana.
Sejujurnya Ara memang sakit hati dengan sikap Kanaya, tapi dia bisa menahannya. Dia tidak mau menambah masalah ataupun memperpanjangnya.
"Opa...opa jangan marah-marah, nanti penyakit opa kambuh lagi. Opa tenang ya..." Ara tersenyum, ia bicara dengan suara yang lembut dan tenang.
"Kamu ini... seperti embun pagi yang selalu menyejukkan hati opa." pria tua itu tersenyum pada Ara.
Padahal Ara sangat baik, dia juga rajin beribadah dan berbakti pada keluarga. Dia tulus dan selalu sabar. Kenapa semua orang di rumah ini memperlakukannya tidak baik?
"Opa bisa aja hehe."
Tidak hanya patuh dan berbakti pada suaminya, Ara juga sangat berbakti dan sayang pada keluarga suaminya. Bukan hanya karena janji pada sahabatnya saja, alasan Aryan menikahkan Bram dan Ara. Tapi karena sifat Ara yang baik dan bisa mengubah tabiat asli Bram yang emosional.
Aryan tidak mengerti, kenapa semua orang di rumah itu selalu memperlakukan Ara dengan tidak baik.
Berkali-kali Aryan mau minta maaf kepada Ara atas semua perlakuan Kanaya padanya. Ara sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu, dia menanggapinya dengan santai. Semua ia lakukan karena cintanya pada Bram juga.
Setelah membantu Aryan meminum obat dan beristirahat, tak lupa Ara melaksanakan shalat Ashar disana. Lalu Ara pulang ke rumahnya.
Hatinya masih gamang, melihat tidak ada satupun pesan ataupun telepon dari suaminya. Terakhir kali Ara melihat suaminya pergi bersama wanita lain. Pikiran Ara mulai kemana-mana, mungkinkah Bram masih bersama Giselle?
****
Matahari pun tenggelam, berganti dengan malam. Berulang kali Ara mencoba menghubungi suaminya dengan pesan singkat ataupun telepon. Biasanya Bram selalu pulang pada pukul 05.00 sore, tapi kenapa hari ini jam 09.00 malam suaminya belum pulang juga.
Pesan yang dikirimkan oleh Ara bahkan tidak dibacanya. Ara bahkan sudah mau masak makan malam untuk suaminya karena dia tahu Bram sangat suka makan di rumah kalau malam hari.
"Mas...semoga kamu baik-baik saja dan semoga kamu tidak bersama dengan wanita itu." doa Ara dengan hati yang cemas, takut suaminya bermain dengan wanita itu.
Tak lama kemudian, terdengar suara mobil dan suara gerbang yang terbuka. Ara prinsip dari tempat duduknya kemudian menyambut suaminya di depan rumah. Seperti biasa dia mencium tangan Bram, tersenyum dan menyambut kedatangan pria itu.
"Mas... apa Mas sudah makan? Kenapa mas pulang jam segini?"
"Kamu cerewet banget sih!" balas Bram ketus.
"Tinggal jawab aja Mas, kenapa mesti marah?" Ara mulai tak suka dengan sikap Bram yang ketus padanya.
"Aku pergi dengan pacarku, puas?" ucap Bram sambil melenggang masuk ke dalam rumah dan menjatuhkan dirinya di sofa. Terlihat wajah Bram yang lelah.
Mas Bram bersama wanita itu?
Atensi Ara tiba-tiba saja tertuju pada beberapa tanda merah di leher suaminya. Bahkan ada bekas lipstik di kemejanya. "Mas... kenapa ada bekas lipstik di kemejamu?"
"Menurutmu kenapa?" Bram malah bertanya balik seperti mempermainkan perasaan Ara. Seolah pria itu ingin mengacaukan hatinya.
Tidak! Ara kamu adalah istri mas Bram, kamu harus bisa mempertahankan pernikahanmu. Batin Ara.
Ara mencoba menahan kesal dengan sikap suaminya yang berubah drastis ini. Dia terdiam sejenak, kalau saat dia melihat suaminya masuk ke dalam kamar. Ara mulai bicara.
"Mas...aku hamil."
Deg!!
Bram langsung membalikan badannya dan menatap ke arah Ara. "APA?"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Mak Nab
knp la watak perempuan ni bodoh sgt
2025-03-06
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
kenapa tadi ke Opa gak bilang kalo hamil ya ?
2023-02-07
0
Uyhull01
kaget karna senang apa kaget karna kmu gak bisa cerai bgtu aja Bram,
2022-12-17
0