...🍀🍀🍀...
Suara lenguhan dan erangan memenuhi ruangan yang didominasi oleh cat berwarna putih biru itu. Dimana Bram tengah sibuk mencumbu tubuh Giselle, meninggalkan beberapa tanda merah disana. Bahkan Bram tidak mengindahkan ponselnya yang sedari tadi berdering.
Saat Giselle akan menanggalkan semua pakaiannya, Bram menghentikannya. "Kenapa sayang? Kamu gak mau? bukankah kita juga pernah melakukannya dan akan segera menikah?"
"Tidak Sel. Saat itu kita melakukannya karena kesalahan dan aku tak mau mengulang kesalahan itu dan cukup satu kali saja aku khilaf. Kita cukup bercumbu saja, aku belum bisa memasukimu...kamu belum sah menjadi istriku dan kamu sedang hamil!" tegas Bram.
Beberapa minggu yang lalu, Bram tidak sengaja melakukan hubungan intim dengan Giselle di Apartemennya. Entah kenapa sepulang rapat dengan kliennya, Bram merasakan tubuhnya dan ia pun jadi melakukan itu pada Giselle. Padahal sebelumnya dia sudah berkomitmen, tidak akan melakukan hubungan badan sebelum menikah.
Tapi sekarang keadaannya begini, bahkan Giselle sudah hamil karena kesalahannya. Bram tidak bisa lari dari tanggungjawab, apalagi pada Giselle wanita yang sangat ia cintai. Ia pun memutuskan untuk memilih Giselle daripada Ara yang sedang mengandung anaknya juga.
"Baiklah sayang, tapi kalau kamu ingin...kamu harus menyalurkannya padaku jangan pada wanita lain, apalagi istrimu." ucap Giselle seraya mengusap lembut pipi Bram.
"Iya sayang, waktu itu aku dan dia melakukannya karena khilaf." dusta Bram, padahal saat itu dia sangat menikmatinya. Terlepas dari penampilan kampungan Ara, gadis polos dan lugu itu berhasil membuatnya nyaman di atas ranjang. Apalagi Bram pertama kali melakukannya bersama Ara dan kedua adalah Giselle.
"Jangan di ulangi lagi ya sayang." lirih Giselle dengan tangan meraba-raba dada Bram yang ditumbuhi bulu-bulu halus disana. Terlihat sixpack dan bugar.
"Iya, aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku kan sayang sama kamu." Bram memeluk Giselle dengan penuh kasih sayang. Namun Giselle tak melihat wajah Bram yang resah, ia memikirkan kakeknya di rumah. Masalah Ara, dia bodoh amat.
Dia akan berusaha tidak peduli pada Ara, sudah cukup dia mengkhianati Giselle dengan menikahi Ara bahkan sampai wanita itu hamil anaknya. Sekarang dia tidak akan peduli pada Ara, yang ia inginkan hanya satu yaitu perceraian. Tapi bisakah kakeknya menerima semua ini? Bisakah ia menceraikan wanita yang sedang hamil?
Bagaimana bila kakeknya mencabut hak waris dan posisinya sebagai presdir? Ah! Bram juga tak mau kehilangan itu semua, hasil jerih payahnya selama ini bisa hilang karena bercerai dari Ara. Tapi bagaimana dengan Giselle?
****
Sesampainya Regan dan Ara di depan sebuah rumah sederhana yang letaknya lumayan jauh dari rumah lain dan keramaian. Regan membopong tubuh Ara dan keluar dari mobil, wanita itu jatuh pingsan setelah memakan sate saat di perjalanan tadi. Badannya juga panas sekali.
Sebenarnya Regan ingin membawa Ara ke apartemennya, tapi dia terlalu jauh dan kurang ajar bila membawa istri orang ke apartemennya.
Tok,tok,tok!
Regan mengetuk pintu rumah berwarna putih itu, sambil menggendong Ara. Tak lama kemudian, seseorang membuka pintunya. Terlihat wanita paruh baya disana.
"Assalamualaikum Bu."
"Waalaikumsalam...maaf bapak cari siapa ya?" tanya wanita paruh baya itu. Namun saat ia melihat wanita yang digendong oleh Regan, dia langsung terkejut.
"Ara!"
"Siapa Bu?" teriak Mia dari dalam rumah.
Mia yang tadinya sedang mengerjakan tugas pun ikut keluar dari rumah, dia terperangah melihat Regan membawa Ara berada disana.
"Pak Regan?"
"Bisa saya masuk dulu? Saya akan jelaskan semuanya." Tanya Regan yang cemas dengan kondisi Ara dan juga cuaca yang masih hujan.
Wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Mia, yaitu Bu Ratih, mempersilahkan Regan untuk masuk. Regan membaringkan Ara diatas ranjang kamar Mia. Ratih pun menyuruh semua orang keluar dari kamar karena Ratih akan mengganti pakaian Ara yang basah terlebih dahulu.
Regan dan Mia kini berada di luar kamar. Mia dengan sopan meminta Regan duduk terlebih dahulu di ruangan kecil yang disebut sebagai ruang tamu.
Mia menyeduhkan kopi hangat untuk Regan, kemudian mereka berdua pun duduk berhadapan. "Kenapa bapak bisa sama Ara?" tanya Mia langsung pada intinya.
"Saya menemukan Ara di jalan, dia juga membawa kopernya dan kopernya masih ada di mobil saya."
"Apa? Hah! Jadi si brengsek itu mengusir Ara? Dia lebih memilih si pelakor itu!" begitulah pikir Mia saat ini. Sudah jelas Ara yang pergi atau Ara yang diusir dari rumah. Mia marah mengingat kejadian hari ini di rumah sakit, dia yang menyaksikannya saja merasa sesak. Apalagi Ara yang mengalaminya.
"Maaf pak, saya jadi marah-marah." ucap Mia yang sadar, baru saja menginjak Bram dengan sebutan brengsek.
"Jadi berita di televisi itu benar? Kalau suami Ara berselingkuh dan selingkuhannya sedang hamil?" tanya Regan dengan hati-hati.
Mia tak menjawab ia malah menangis meratapi nasib Ara, sahabatnya. "Hiks..."
"Mia..." Regan menatap Mia dengan cemas.
"Kasihan Ara pak...kasihan...hiks...suaminya jahat sekali. Padahal Ara sedang hamil, tapi dia--hiks..." Mia terisak, ketika mengingat beberapa luka di tubuh Ara karena ulah Bram tapi wanita itu tidak mau jujur. Ya, Ara mau saja disiksa batin dan fisik karena dia terlalu cinta pada Bram.
Bahkan Bram sering meninggalkannya bersama wanita lain. Tapi Ara tetap bertahan demi amanat keluarganya dan cinta pada suaminya. Berharap suaminya akan berubah ,tapi malah semakin menjadi-jadi.
Mendengar cerita dari Mia, Regan jadi kasihan pada Ara. Rupanya dibalik senyuman ceria yang selalu Ara tunjukkan di kampus, menyimpan banyak luka dalam hatinya.
"Saya tidak menyangka...bahwa kehidupan Ara seperti ini...ya Allah..." Regan mengelus dadanya, ikut bersimpati dengan kehidupan Ara dan suaminya yang ternyata tak bahagia.
"Jangan...jangan pukul aku Mas...jangan!!"
Suara teriakan wanita dari kamar Mia, membuat Mia dan Regan segera bangkit dari tempat duduk mereka dan pergi ke kamar.
Disana Ratih berusaha menenangkan Ara yang berteriak-teriak. Namun mata wanita itu masih terpejam. "Tenang nak...tidak apa-apa, ibu ada disini." Ratih memegang kedua tangan Ara yang terasa dingin itu.
"Jangan mas...jangan bunuh anak kita! Aku mohon...hiks..."
Mia menutup mulutnya yang menganga, bulir air mata mengalir lagi. Disisi lain Regan juga terlihat mencemaskan Ara, ia tidak bisa diam saja melihat Ara kesakitan. Akhirnya ia memutuskan menelpon salah satu temannya yang berprofesi sebagai dokter.
"Woy! Lo gila ya nelepon gue malam-malam gini!" hardik seorang pria diseberang sana.
"Datang sekarang, ke jalan kenanga nomor 30, rumah Bu Ratih. Bawa peralatan Lo!" ujar Regan pada seseorang yang berada di sambungan teleponnya.
Tut...Tut...
Telepon itu di putuskan secara sepihak, oleh Regan.
Sedangkan pria yang baru saja di telponnya terlihat kesal karena diganggu tidurnya. "Regan sialan!"
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
segitu traumanya ara....😭😭😭
2024-05-03
0
fitriani
aku sampai nangis bacanya😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-04-18
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
ternyata Bram cemen ... wkwkwkwk ....
kalo emang cinta sama Giselle ... ya pertahankan donk .. biarpun gak dapet warisan atau jabatan tinggi ... koq takut miskin ya ? 🤪🤪
2023-02-07
0