...🍀🍀🍀...
Apartemen Bram.
Kegiatan Giselle dan Bram harus berakhir diatas ranjang itu karena tiba-tiba saja Bram menghentikannya. Giselle menatap Bram dengan heran, padahal ia siap menyerahkan dirinya saat ini. Hal yang selalu dinantikan Bram, tapi kenapa pria itu menghentikannya ditengah jalan?
"Kita hentikan ini Giselle." Bram beranjak dari tubuh indah Giselle dan kembali mengancingkan kemejanya.
Sedangkan Giselle masih dalam keadaan berantakan dengan tengkuk dan dada yang terekspos bebas tanpa penyangganya. Terlihat beberapa tanda kemerahan di tengkuk dan dadanya itu.
"Kenapa Bram? Kau tidak ingin? Aku siap jika--"
Bram langsung memangkas ucapan gadis itu. "Giselle, bukannya aku tidak mau...aku hanya tidak ingin kita melakukan hal itu sebelum menikah. Cukup sampai disini saja, aku tak mau sampai kelewat batas. Aku ingin cinta yang murni."
"Baiklah, aku paham." Giselle tersenyum kecut, kemudian ia merapikan pakaian ya yang tadi sempat melorot. Ia memeluk Bram dengan manja. "Bram, kau pasti akan bercerai dengan wanita itu kan?"
"Pasti." jawab Bram mantap tanpa keraguan, seolah olah wanita berstatus sebagai istrinya tidak ada artinya dalam hidupnya
"Aku percaya padamu dan aku akan menunggumu." ucap Giselle sambil membenamkan tubuhnya di dalam dada bidang Bram.
"Ya, kau harus menungguku Giselle. Jangan pernah meninggalkanku lagi, aku benar-benar tidak bisa hidup tanpamu." tangan Bram membelai pipi Giselle dengan lembut. Tatapannya tak pernah teralihkan dari gadis itu.
"Iya Bram, aku pasti akan menunggumu dan maafkan aku karena aku pergi meninggalkanmu ke Paris." Giselle meminta maaf atas semua perbuatannya karena telah meninggalkan Bram untuk pergi Paris dan menggapai cita-citanya sebagai seorang model.
Saat itu Bram memang sangat terluka dengan kepergian Giselle, di hari pertunangan mereka. Namun semudah itu hati Bram memaafkan Giselle, mungkin cinta telah membuatnya buta.
"Aku memaafkanmu, asalkan kau tidak boleh pergi dari hidupku lagi." pinta Bram seraya memohon pada Giselle untuk tak meninggalkannya lagi.
Giselle tersenyum kemudian memeluk Bram dengan erat. Bram mengelus punggung Giselle dengan lembut. "Aku tidak akan meninggalkanmu lagi Bram, cukup sekali aku membuatmu kecewa dan aku tak akan melakukannya lagi." lirih gadis itu dengan lembut.
"Aku percaya padamu." balas Bram lalu mengecup pucuk kepala gadis cantik itu dengan penuh kasih sayang.
Kemudian setelah itu Bram pamit pergi pada Giselle karena dia masih ada urusan di kantornya. Giselle pun diminta tinggal di apartemen pribadi Bram, Giselle senang karena dia masih menempati posisi di hati Bram meski dia sempat pergi selama 2 tahun ke Paris.
Mudah saja Bram memaafkan dan kembali menjalin kasih dengan Giselle, tapi bagaimana dengan Ara?
****
Disinilah sekarang Ara berada, di rumah keluarga besar Wiratama. Tempat yang benar-benar tak nyaman untuknya, tempat yang selalu membuatnya mengelus dada.
"Lo gimana sih! Masa masakannya yang kayak beginian?" Kanaya mendelik sinis melihat masakan rumahan yang dibuat oleh Ara.
"Aku memang biasa masak seperti ini Nay, masakan rumahan kesukaan mas Bram." sahut Ada sambil tersenyum.
"Teman-teman gue tuh gak suka makanan beginian...beda sama kak Bram! Lo gimana sih gak becus jadi istri juga jadi kakak ipar." ketus Kanaya pada Ara, dengan mata yang menatap tajam pada makanan rumahan diatas meja. "Bebal Lo!" umpatnya didepan Ara.
Raut wajah Ara terlihat sedih, namun ia tetap bersabar dan mengelus dada. "Ya Allah kuatkan aku...aku harus menjadi istri yang baik untuk suamiku dan juga menjadi anggota keluarga yang berbakti untuk keluarga ini. Aku harus ingat pesan ini dan almarhum kakek." Batin Ara perih. Kalau tidak mengingat pesan ibu dan almarhum kakeknya, ia akan sulit bertahan.
"Ma-maaf, terus aku harus gimana? Mau aku masakan lagi?" tawar Ara merasa bersalah sambil menundukkan kepalanya. Sikap Ara yang lemah lembut tentu saja dimanfaatkan oleh Kanaya untuk menindasnya dan saat Kanaya ataupun keluarga Wiratama yang lain menindasnya, tidak pernah sekalipun Bram membelanya.
"Ya udah masak lagi sana! Tapi cepetan ya, gue kasih waktu sama Lo 15 menit...ini daftar makanannya." Kanaya menyerahkan secarik kertas berisi beberapa menu makanan yang harus dimasak oleh Ara. Ada 5 jenis disana dan menu makanannya western.
Ara memang belum pernah memasak masakan Western, tapi dia percaya diri dengan masakannya yang selalu mendapatkan pujian dari Aryan dan dua asisten rumah tangga di rumah itu.
Dengan berbekal pengetahuan masak ala western dari aplikasi YT, ia mulai memasak makanan yang di tulis dalan daftar menu dengan susah payah.
"Ra, Lo masaknya udah belum?" suara Kanaya yang tiba-tiba itu membuat Ara tak sengaja melempar makanan ke arah Kanaya dan mengenai tangannya. "Awww!! Panas...panas..."
"Kanaya..maaf...maaf aku gak sengaja..." Ara panik melihat Kanaya merintih kesakitan sambil memegang lengan kirinya.
"Gak becus banget sih Lo! Kak Bram pasti pusing punya istri kayak Lo, untung aja kak Giselle udah balik. Lo siap-siap aja ditendang dari keluarga ini karena kak Bram pasti bakal balikan lagi sama dia." cerocos Kanaya yang melukai hati Ara karena menyebut nama Giselle.
Wanita yang dibawa suaminya tadi siang. Tapi dia menahan amarahnya dan memilih bungkam. Ia mengobati luka ditangan Kanaya sambil meminta maaf.
Setelah itu teman-teman Kanaya datang ke rumah untuk berkunjung. Beberapa teman-temannya menanyakan siapa wanita yang membawakan makanan, apakah pembantu?
"Sejak kapan Lo punya pembantu baru Nay?" tanya seorang teman Kanaya seraya melirik ke arah Ara yang sedang menyimpan air minum ke atas meja dengan tatapan meremehkan.
"Ya, dia pembantu baru gue." jawab Kanaya spontan begitu saja. Dia sama sekali tidak mau mengakui Ara sebagai kakak iparnya, selain mereka seumuran, dia juga sangat membenci Ara yang kampungan.
Ara tercekat mendengar jawaban Kanaya yang menusuk ke dalam hatinya. "Ya Allah Nay...segitu bencinya kamu sama aku?"
Kemudian sebuah suara membuat Kanaya, Ara dan keempat teman Kanaya menoleh ke asal suara itu.
"Dia bukan pembantu! Tapi dia adalah anggota keluarga ini, dia menantu keluarga ini!" ujarnya tegas dengan suara menunggu.
Pria tua terlihat duduk di kursi roda, dia adalah Aryan Wiratama. Kakek dari Bramasta Wiratama. Aryan menatap nyalang para Kanaya dan teman-temannya.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
kakeknya masih...tp bram udah berani selingkuh..
2024-05-03
1
🌷Gamarra Bintang🌷
jahatnya Bram dan Kanaya👿
2023-04-06
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
berbakti bukan gitu juga keleeeuuuusss .... itu mah udah menjurus menghinakan diri sendiri ...
2023-02-07
0