...🍀🍀🍀...
"Mas....aku hamil." pada akhirnya kata itu pun terucap dari mulut Ara. Ya, memang dari tadi siang dia berencana memberitahukan masalah kehamilannya kepada Bram.
Sontak saja langkah Bram terhenti saat dia masih berada di ambang pintu kamarnya, tak lama kemudian dia pun membalikkan badannya dan menatap istrinya dengan tajam.
"Apa kamu bilang? Kamu hamil?" tanya Bram dengan tatapan yang sulit diartikan olehnya.
"Iya Mas, selama beberapa hari ini aku selalu pusing dan mual-mual...lalu tadi pagi aku memeriksakan diriku ke rumah sakit. Ternyata hasilnya positif Mas." jelas Ara dengan senyuman di wajahnya senyuman yang bahagia. Dia pun berharap bahwa Bram juga akan bahagia dengan berita kehamilannya.
Siapa tau setelah mengetahui kehamilannya Bram tidak menemui Giselle lagi dan lebih perhatian padanya.
Namun sepertinya pikiran positifnya salah, Bram malah terlihat syok dan wajahnya tampak tak senang mendengar berita kehamilan istrinya sendiri. Tangannya terkepal erat, sorot matanya tajam kepada Ara.
"Mas...kamu senang kan? Aku sekarang sedang hamil anak kita." Ara kembali memecahkan suasana hening, tangannya memegang perut yang masih datar itu.
Bram mendekati Ara, dengan wajah dingin dan tidak bicara sepatah kata pun. Ara mulai merasa tertekan dengan raut wajah suaminya yang sangat tidak menyenangkan.
"Mas..."
Tiba-tiba saja tangan Bram mencengkram dagu Ara dengan kasar. Menyatukan kedua pipinya dan membuat Ara meringis kesakitan.
"Mas... kamu kenapa? Kenapa Kamu terlihat marah?" tanya wanita itu dengan wajah polosnya.
"Siapa yang menyuruhmu hamil? Hah!!"
Bagaikan tersambar petir di siang hari, Ara sangat terkejut dengan ucapan suaminya yang ketus, dingin dan menusuk ke dalam hatinya.
"Mas, kenapa kamu bicara seperti ini? Aku sedang hamil anak kita! Aku istri kamu, apa yang salah dengan mengandung anak kita?" tanya Ara dengan air mata yang mengembun dan sudah diujung.
Bram menaikan rahangnya. Dia menepis wajah Ara dan melepaskan cengkeramannya. "Jelas SALAH! Karena aku tidak pernah menginginkan anak ini. Kenapa kamu harus hamil hah? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk meminum pil kontrasepsi? Jadi kau berbohong?!"
"Mas... aku tidak pernah berbohong padamu, aku memang meminum pil kontrasepsi Bahkan aku datang ke bidan setiap sebulan sekali untuk suntik KB!" jelas Ara jujur tanpa ada yang ditutupi.
"Lalu kenapa kau HAMIL?!" bentak Bram tepat didepan wajah polos Ara. Wanita itu kini merasakan sedikit menyesal telah memberitahukan suaminya tentang kehamilan ini, dia pikir Bram akan senang dengan kehamilannya. Namun dia salah besar.
Pertanyaan Bram, seolah mengatakan bahwa pria itu tidak senang dengan kehamilannya. Bahkan sudah menolak keberadaan bayi itu jauh sebelum lahir ke dunia.
Hati Ara teriris, sakitnya tidak berdarah.Tidak terlihat ada luka di luar tapi di dalam sana dadanya sesak.
"Mas...kenapa kau bertanya begitu? Memang ini sudah jalan dari Allah...Allah memberikan kita amanah dengan memberikan kita anak." Ara mencoba membuka pemikiran suaminya, ia menekankan pada Bram bahwa kehamilannya adalah amanah dari Allah untuk dijaga oleh mereka.
Bram berdecih seolah jijik dengan apa yang dikatakan Ara. "Amanah? Hah! Tapi--maaf aku tidak menginginkan amanah itu, satu-satunya wanita yang bisa mengandung anakku hanyalah Giselle bukan kampungan sepertimu!"
Deg!!
Sakit hati Ara mendengar ucapan Bram untuk kesekian kalinya. "Mas, Jangan pernah membicarakan wanita lain... kamu lupa siapa istrimu? Aku mas...aku istrimu, bukan wanita penggoda itu!"
Plakk!!
Bram menampar istrinya hingga tubuh Ara terhuyung jatuh ke meja. Bahkan kepalanya tergores sudut meja hingga berdarah. Tapi Bram tidak peduli.
Pikirannya hanya tertuju pada Giselle, sibuk dengan Giselle, bagaimana jika wanita itu tahu bahwa istrinya sedang hamil? Bram takut Giselle akan meninggalkannya lagi.
"Mas...hiks..." buliran bening dari air matanya kini sudah tak terbendung lagi, ia tak tahan dengan kata-kata dan sikap Bram padanya.
ASTAGA... bagaimana bila Giselle tau semua ini? Tidak! Ini tidak benar, jika dia tau semua ini...dia pasti akan meninggalkan ku lagi. Bram mengacak-acak rambutnya dengan kasar.
"Sudah! Jangan menangis, kau membuatku MUAK Ara!" seru Bram pusing sendiri.
"Gugurkan kandunganmu." ucap Bram dengan suara tegasnya.
"Apa?" Ara menatap suaminya dengan mata yang melebar. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Ka-kamu bicara apa mas?" Ara bertanya dengan tidak yakin. Dia sampai beranjak dari lantai dingin itu.
"Aku bilang GUGURKAN kandunganmu! Apa kau TULI?" bentak Bram dengan suara menggelegar yang menyakiti telinga Ara dan juga hatinya.
"Istighfar Mas....kumohon, terima anak ini...anak ini adalah anak kita dan aku istrimu."
"Aku tidak mau tau, anak yang ada di dalam perutmu itu tidak seharusnya ada! Aku ingin dia lenyap dalam minggu ini."
"Tega kamu Mas! Ini anak kamu dan kamu ingin membunuhnya?" Ara mulai meninggikan suaranya sekitar satu oktaf, saking emosinya dia kepada suaminya.
"Oh Ara... sepertinya kata membunuh itu terlalu kejam. Dia pasti belum berbentuk janin dan hanya berbentuk kacang kecil saja, aku tidak membunuhnya." alibi Bram tanpa perasaan pada Ara.
"MAS!"
Ara, wanita yang selalu bicara lemah lembut itu kini terlihat sangat marah. Dia merasa seperti tidak ada artinya lagi menjadi seorang istri dan seorang calon ibu. Bahkan suaminya sendiri tidak mengakui anak yang dikandungnya dan ingin menggugurkannya.
"Sudah! Cukup! Jangan berteriak padaku atau berbicara padaku, kau ini... suamimu pulang kerja dan kau malah membuat rusuh! Aku ingin istirahat, jangan menggangguku!" tunjuk Bram pada wajah Ara yang kini sudah memerah karena air mata dan kemarahan.
BRAK!
Pria itu masuk ke dalam kamar lalu membanting pintunya dengan cukup keras.
"Jauh sekali...jauh sekali dari kata bahagia. Padahal harusnya kamu bahagia Mas, Aku sedang mengandung anakmu... kenapa kau malah memperlakukan aku seperti ini? Tidak Mas! Aku tidak akan menggugurkan kandungan ini, aku akan tetap mempertahankan kandungan ini untuk bisa mempertahankan keutuhan rumah tangga kita Mas." Ara mengusap air matanya, lalu mengusap darah di keningnya. Memang luka di pipi dan keningnya terlihat merah, namun tidak sakit. Semua rasa sakit itu kalah dengan rasa sakit di hatinya.
*****
Keesokan harinya, Ara melakukan kegiatan seperti biasanya. Dia menyiapkan makan siang, sarapan dan menyiapkan keperluan suaminya sebelum berangkat bekerja. Terlihat keningnya di balut oleh plester.
Bram bersikap seolah tidak bersalah, dia duduk dan makan sarapan seperti biasanya. Namun tidak ada interaksi diantara suami-istri itu.
"Mas, siang ini mau aku antarkan makan siang atau kau mau makan diluar?" tanya Ara begitu melihat suaminya sudah membawa tas kerjanya.
Mas, aku akan tetap mempertahankan pernikahan kita. Dengan adanya anak ini, aku yakin kamu pasti berubah. Aku akan memberikan hubungan ini kesempatan. Aku percaya...
Ara menatap suaminya dengan tatapan mata sendu dan teduh.
"Mari kita makan bersama di luar, sekalian aku akan mengajakmu ke suatu tempat." tiba-tiba saja Bram tersenyum.
"Be-benarkah? Mas mau makan siang bersama denganku?" Ara tidak yakin dengan apa yang diucapkan suaminya. Baru semalam mereka bertengkar hebat, tapi kenapa sikap Bram berubah dalam sekejap.
"Iya Ra, kamu gak usah masak. Nanti aku jemput kamu ya Ra. Kamu libur dulu ke kampusnya." ucap Bram perhatian.
Ya Allah, apa mas Bram sudah menyadari kesalahannya?
"Iya Mas!" Ara tersenyum senang.
Setelah Ara mengecup punggung tangan suaminya, Bram pergi menaiki mobil dan meninggalkan rumahnya. Di dalam perjalanan, dia berbicara dengan seseorang ditelepon.
"Halo dokter Mayang.......Ya, nanti siang mulai operasinya.......istri saya sedang sakit dan masih muda, jadi terpaksa kandungannya harus digugurkan. Saya tidak mau hidup istri saya terancam."
Bram tersenyum menyeringai setelah berbicara dengan dokter itu, tangannya sibuk menyetir.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Ma Em
Bram hanya demi selingkuhanmu kamu rela membunuh calon anakmu darah dagingmu sendiri kamu pasti akan menyesal Bram dan akan mendapatkan karmanya.
2024-05-05
1
Shinta Dewiana
biadap ini...aku menunggu saatnya si bram menangis darah
2024-05-03
0
Hotma Gajah
jgn pernah ada cerita wanita pengemis cinta dan paling utama jgn boodoohh
2023-12-28
0