...🍀🍀🍀...
Dengan polosnya Ara percaya pada sikap suaminya yang berubah. Mungkin karena dia hamil makanya Bram berubah.
Maka dari itu, Ara mengambil cuti kampus pada dosen yang paling dekat dengannya di kampus. Dia akan mempersiapkan dirinya untuk makan siang nanti bersama Bram. Sebagai catatan, ini pertama kalinya Ara makan siang bersama suaminya dan pertama kali diajak suaminya makan bersama.
Ara menghubungi dosennya yang bernama Regan Dirgantara. Dosen muda dan tampan, dengan mata kuliah statistika. Usia 25 tahun dia sudah menjadi dosen dengan prestasi yang gemilang. Sosoknya juga dewasa.
"Assalamualaikum pak."
"Waalaikumsalam Ara," balas Regan dengan suara ramahnya diseberang sana.
"Pak, maaf....hari ini saya izin tidak masuk mata kuliah bapak,"
"Ada apa Ra? Apa kamu sakit?" tanya Regan cemas.
"Saya gak apa-apa pak, Alhamdulillah saya sehat-sehat saja kok pak. Hanya saja hari ini saya ada acara keluarga." jelas Ara pada dosennya itu.
"Huft....saya kira kamu kenapa-napa." Regan menghela nafas lega setelah mendengar Ara baik-baik saja.
"Saya gak apa-apa kan cuti pak?" tanya Ara dengan suara lembutnya seperti biasa.
"Iya gak apa-apa kok, nanti kalau ada tugas saya bakal kasih tau kamu."
"Terima kasih pak, bapak sehat selalu ya pak. Insya Allah kalau masih ada umur, kita bertemu lagi besok di kampus." ucap Ara ramah dan rendah hati.
Deg!
Regan yang berada diseberang sana, terlihat gelisah setelah mendengar ucapan Ara. Regan sedang berada di mobilnya dan baru saja akan pulang.
"Ya, saya juga gak sabar pengen ketemu kamu besok."
"Hah? Bapak bilang apa?" tanya Ara tak mendengar jelas apa yang dikatakan oleh Regan. Ia ingin memastikan bahwa apa yang didengarnya salah.
"Ah...itu...saya...saya bilang besok pasti saya akan kasih banyak tugas sama kamu!" seru Regan.
"Oke siap pak. Kalau begitu saya tutup dulu teleponnya ya pak..maaf. Saya mau pergi ke rumah kakek saya." jelas Ara dengan sopan.
"Iya Ara, kamu hati-hati ya."
"Iya pak, bapak juga. Assalamualaikum pak!!" ucap Ara dengan lantang.
"Waalaikumsalam."
Kemudian telpon itu pun terputus. Terlihat sosok Regan didalam mobil, mendesah kecewa sambil memegang setirnya. "Haaahh...besok ke kampus tanpa lihat kamu rasanya berat Ra. Astaghfirullah....Regan sadar, dia istri orang!"
Plakk!
Plakk!
Regan menepuk-nepuk pipinya berulang kali, berusaha menyadarkan diri bahwa Ara sudah menikah dan dia tak boleh memikirkan wanita yang sudah menikah itu.
****
Sebelum pergi makan siang bersama suaminya, Ara pergi ke rumah keluarga Wiratama. Ya, alasannya karena Bram mengirimkan pesan pada Ara untuk menunggunya disana saja.
Pagi itu Ara melihat sang kakek sedang tiduran di sofa sambil menonton TV bersama Rania, kakak dari ibu suaminya yang tak lain adalah Tante suaminya.
"Assalamualaikum Tante, opa." Ara berjalan masuk ke ruang tengah dengan tubuh Yangs sedikit membungkuk.
"Waalaikumsalam." jawab Rania dan Aryan bersamaan. Namun bedanya Rania tersenyum sinis dan Aryan tersenyum ramah menyambut kehadiran Ara.
Cih, wanita kampungan ini datang lagi.
Rania memang selalu seperti itu, dia adalah satu dari sekian banyak orang di rumah itu yang tidak menyukai Ara. Jelas karena status sosialnya dan ia merasa Ara tidak cocok untuk keponakannya yang perfect.
"Ara! Sini masuk nak, ayo duduk disamping opa." ajak Aryan semangat. Raut wajah sang kakek tampak bersemangat dengan kehadiran Ara. Berbeda ketika dia bersama Rania, anaknya sendiri.
"Iya Opa." Ara selalu memasang senyuman walau tidak di balas dengan hal serupa oleh Rania, Kanaya maupun Olivia (salah satu anak Rania juga).
Ara mendudukkan dirinya di atas sofa tepat disamping Aryan. Pria tua itu mengusap lembut rambut Ara dengan penuh kasih sayang.
"Hari ini kamu gak ke kampus nak?" tanya Aryan heran karena pagi-pagi begini Ara sudah datang ke rumahnya.
"Gak opa, hari ini Ara ambil cuti." jawab Ara.
"Alah...palingan juga bolos." celetuk Rania yang membuat tidak nyaman yang mendengarnya. "Jangan bolos-bolos dong, inget! Kamu harus tau diri, siapa yang biayai kamu kuliah! Keluarga ini!" sambung Rania kesal.
"Maaf Tante, tapi aku gak bolos." ucap Ara sambil mengatur dadanya yang mulai sesak.
Mata Aryan melotot pada anak bungsunya itu."Jaga ucapan kamu Rania! Siapa yang biayai Ara kuliah? Dia dapat beasis--"
"Opa, udah gak apa-apa opa." potong Ara pada Aryan. Ketika pria itu akan menjelaskannya, namun Ara tidak mau memperpanjang masalah.
Rania beringsut dari tempat duduknya dan memasang wajah kesal. "Heh! Daripada aku disini sama virus kamseupay mending aku berenang aja biar fresh." sindir Rania pada Ara seperti anak kecil.
Sabar Ara...sabar...Tante Rania adalah Tante suamimu yang harus kamu hormati sama seperti kamu menghormati suamimu. Ara menghela nafas sambil mengusap-usap dadanya.
Seperti biasanya, Aryan selalu minta maaf bila ada yang berbuat kesalahan dan menyinggung Ara di rumah itu dan Ara sellau menerima maafnya. Entah kapan kesabaran Ara akan habis dengan sikap suami dan keluarga suaminya itu.
Seharian dia menjaga Aryan, hingga Bram dan menjemputnya.Tidak biasanya Bram tersenyum pada Ara, senyumnya sangat manis.
Ara baru pertama kali melihat senyuman suaminya yang seperti ini. Dia pun balas tersenyum dengan lembut.
"Kamu sudah siap Ra?" tanya Bram dengan senyuman manis dibibirnya. Sampai Ara tertipu olehnya.
Entah kenapa sulit sekali tersenyum dan bersikap manis padanya.
"Iya Mas, ayo kita berangkat." Ara mengambil tas selempangnya.
Bram memang mengajak Ara makan siang bersama di sebuah restoran mewah. Tapi tidak dengan rekan bisnis yang dikatakan oleh Bram. Pria itu hanya berbohong untuk mencari titik lengah Ara. Setelah selesai makan bersama, Bram membujuk Ara agar mau ikut dengannya ke sebuah klinik.
"Maafkan aku atas sikapku semalam ya Ra. Aku sadar kalau aku salah, harusnya aku tidak mengucapkan kata-kata itu padamu. Kehadiran bayi ini adalah amanat seperti yang kau katakan. Jadi, aku ingin melihat anak kita sekarang."
"Maksud mas?"
"Ayo kita ke klinik dan lakukan USG, aku tak sabar ingin melihat bayi kita." Bram tersenyum, lalu dia mengusap pipi Ara dengan terpaksa.
Senyuman pun terbit di bibir Ara. Dengan bodohnya ia percaya pada Bram.
"Baik Mas, ayo!" ajak Ara semangat.
Beberapa menit kemudian, Bram dan Ara sampai di depan sebuah klinik kecil yang tempatnya terpencil. Ara merasa heran kenapa suaminya tak mengajaknya ke rumah sakit besar tapi malah ke klinik kecil begini. Bram menjelaskan bahwa klinik itu adalah klinik temannya dan ia mau Ara diperiksa disana agar lebih aman.
Ara pun masuk ke sebuah ruangan dipandu seorang wanita berpakaian suster. Anehnya disana tak ada pasien selain dirinya. Setelah Ara masuk ke ruangan itu, Bram bicara dengan seorang wanita berpakaian dokter.
"Dokter Mayang, saya harap anda bisa menolong istri saya." Bram memelas.
Maaf nak, tapi kamu tidak boleh hadir ke dunia ini. Kamu hadir karena kesalahan, kamu harusnya tidak berada di rahim wanita kampungan itu.
"Ya tentu saja pak Bram. Saya akan pastikan istri anda tidak sadarkan diri selama operasi itu berlangsung." jawab dokter Mayang.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Dewi Nurani
sekeluarga jahar semua kecuali kakek
2024-05-05
0
Shinta Dewiana
terlalu kejam kamu bram....dan ara terlalu bodoh .
2024-05-03
0
fitriani
laki2 bang*sat😡😡😡😡tega bunuh anaknya sendiri
2023-04-18
1