...🍀🍀🍀...
Bukannya tidak berdaya atau lemah, tapi Ara masih punya harga diri sebagai seorang istri. Dia tidak mau mengejar suami yang jelas-jelas mengejar wanita lain di hadapannya sendiri.
Biarlah kali ini Bram pergi dan menyelesaikan urusannya dengan gadis itu, mungkin Bram akan mengatakan pada gadis itu untuk mengakhiri hubungan mereka. Pikir Ara dalam hatinya. Namun sepertinya Ara salah besar.
Bram memang menyusul Giselle, tapi bukan dengan tujuan seperti apa yang dipikirkan oleh Ara yang selalu berpikiran positif terhadap orang lain.
Kini Bram dan Giselle berada didepan gerbang rumah Bram yang mewah itu. Bram memegang tangan Giselle dan menahan wanita itu agar tidak pergi. "Sel! Tunggu dulu...aku ingin bicara denganmu."
"Apalagi yang perlu aku bicarakan denganmu, Bram? Kau katakan padaku bahwa aku tidaklah setia, padahal nyatanya siapa diantara kita yang tidak setia? Kau... bahkan sudah menikah dengan wanita itu dan tanpa peduli perasaanku, kau mengenalkanku dengan istrimu itu? Hah!" serka Giselle merupakan semua amarahnya pada Bram. Giselle bersikap seolah-olah bahwa dia tidak tahu pernikahan antara Bram dan Ara.
Buliran bening yang jatuh dari kedua mata berwarna biru itu membuat Bram luluh seketika. Mata yang selalu membuatmu jatuh cinta, dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah meski ia sudah menikah dengan Ara.
"Memang benar wanita kampungan itu adalah istriku, tapi aku tidak pernah mencintainya! Selama ini aku menunggumu Giselle, aku walau kau tidak ada kabar..."
"Kalau kau menungguku, lalu kenapa kau menikah dengan wanita lain Bram?" ucap Giselle seraya menepis tangan Bram yang memegang tangannya.
Bram menghela nafas, berusaha menetralkan emosinya agar dia bisa membujuk Giselle untuk bicara dengannya. "Aku akan jelaskan semuanya, ayo kita pergi dari sini dan bicara di apartemenku!" ajak pria itu lalu memegang tangan Giselle dan membawanya masuk ke dalam mobil.
Ara yang berdiri di depan rumah, melihat suaminya pergi bersama wanita lain.Sungguh hatinya terasa sangat sakit melihat pemandangan itu.
"Mas... kenapa kau tega melakukan ini padaku? Kenapa Mas? Padahal aku sedang mengandung anakmu." wanita itu memegang perutnya yang masih datar.
Sebenarnya Ara tidak tahu menahu secara detail tentang wanita yang bernama Giselle itu. Namun saudara-saudara perempuan selalu mengungkit namanya, sebagai nama perempuan yang selalu ada di dalam hati Bram. Kerap kali kakak dan kedua sepupu Bram membuat Ara kesusahan.
Bahkan mereka memperlakukan Ara seperti pembantu, bukan seperti keluarga. Namun wanita itu tetap bersabar, menghadapi suaminya, keluarga suaminya karena dia sangat menjunjung tinggi kewajiban sebagai seorang istri. Bukan hanya patuh kepada suaminya saja, namun kepada keluarganya juga. Sikap tak baik keluarga Bram tidak pernah membuat Ara sakit hati karena Ara sama sekali tidak pernah memasukkan ucapan dan sikap mereka ke dalam hatinya, tapi sikap Bram saat inilah yang membuat Ara sakit hati.
🎶🎶🎶
Tring... Tring...
Ara segera mengusap air matanya, manakala terdengar suara dering ponsel di dalam tas kecil miliknya.
Wanita itu segera mengangkat teleponnya dengan cepat. "As--"
"Gadis kampung! Eh maksudku kakak ipar--gimana sih kamu? Katanya kamu mau ke sini bantuin aku masak buat teman-teman. Kenapa belum datang juga?" hardik seorang wanita di sebrang panggilan telponnya.
"Astaghfirullah, maaf Nay...kakak lupa. Soalnya tadi Mas minta di masakan makan siang di rumah." jelasnya merasa bersalah.
"Ya sudah, sekarang kamu ke sini bantuin aku masak buat teman-teman. Soalnya acaranya mulai setengah jam lagi, aku nggak mau ya gara-gara kamu seorang... terus menghambat acaraku." cetus wanita itu dengan suara sarkas. Namun Ara tidak pernah memasukkannya ke dalam hati dan selalu menurut ketika dia diperintah seperti itu oleh sepupu Bram.
"Iya, Kakak segera ke sana ya Nay. Sekali lagi Kakak minta maaf karena kakak lupa." jelas Ara dengan suara lembut khas dirinya.
"Jangan banyak bacot deh! Cepet kesini sekarang!" tegasnya lalu menutup telepon secara sepihak. Dia adalah Kanaya, salah satu keponakan Bram alias anak dari kakak mamanya Bram yaitu Rania.
Tut...Tut...
Ara segera mengunci pintu rumahnya dan gegas pergi ke rumah keluarga besar Wiratama. Rumah tempat di mana suaminya dibesarkan, hanya untuk memenuhi keinginan keponakan suaminya yang sering bersikap tidak sopan padanya.
"Ya Allah, aku sampai lupa mau bantuin Kanaya." gumam Ara kemudian dia pergi menaiki ojeg yang lewat di depan komplek perumahan rumahnya dan pergi meninggalkan rumahnya.
*****
Setelah melalui perjalanan kurang lebih 15 menit, Bram sampai di apartemen pribadi miliknya yang tidak diketahui oleh Ara. Dia membawa Giselle masuk ke dalam apartemennya.
"Kenapa? Kenapa apartemen mu masih sama?" tanya Giselle terheran-heran. Bram sudah menikah, namun password apartemennya adalah tanggal ulang tahun dirinya dan Bram tidak pernah mengganti password itu.
"Bukankah jawabannya sudah jelas, itu karena aku mencintaimu."
"Please Bram, aku mohon padamu...jangan pernah mengatakan lagi cinta kepadaku! Kau sudah menikah!" seru Giselle sambil mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Seolah ia frustasi dengan kenyataan bahwa kekasihnya telah menikah dengan wanita lain.
"Tidak Giselle, aku mencintaimu dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah."
"Oke, kau bilang kau mencintaiku? Tapi kenapa kau menikah dengan wanita itu, jawab Bram?" tegas Giselle sambil menunjuk-nunjuk dada Bram dengan jari telunjuknya. Mata elangnya tak pernah terlepas dari netra pria tampan itu.
"Aku menikah dengan Ara karena dijodohkan dan demi perusahaan! Aku terpaksa dan bukan karena cinta!" sergah Bram menjelaskan semuanya pada Giselle dalam satu tarikan nafas.
Mendengar penjelasan Bram, seketika bibir Giselle langsung menyunggingkan senyumannya yang tipis. "Benarkah itu? Kau menikah dengannya bukan karena cinta?"
Bram meraih tangan Giselle dan menatap kedua mata biru yang berkaca-kaca itu. Tangan satunya mengusap air mata di sudut mata Giselle dengan perasaan sayang. "Aku hanya mencintaimu, mana mungkin aku menyukai wanita kampungan seperti dirinya. Kau lihat sendiri kan bagaimana penampilannya?" ucap Bram sambil meremehkan Ara.
Benar dugaanku, tidak mungkin mas Bram menyukai wanita kampungan seperti itu. Giselle merasa menang dan senang dengan jawaban Bram. Sekarang ia yakin bahwa hati Bram memang masih untuknya.
"Tapi...kita tak bisa berhubungan Bram, kau sudah menikah dengannya. Aku tidak mau dikira pelakor oleh orang lain." cetusnya.
"Tidak akan ada yang berani mengatakan itu padamu, Giselle. Kau kekasihku dan calon istriku yang sebenarnya. Dan aku juga akan segera bercerai dengannya atau lambat."
"Baiklah, kalau begitu ceraikan dia sekarang juga kalau kau masih ingin hubungan kita tetap berlanjut!" serka Giselle mempertegas hubungannya dan Bram. Dia tidak mau disangka pelakor atau apapun itu.
"Aku pasti akan bercerai, tapi bukan aku yang menceraikannya...harus dia yang meminta cerai."
Giselle mengerutkan kening. "Kenapa?"
"Karena kakekku tak akan setuju kami berpisah. Dan kalau aku mengajukan cerai lebih dulu, bisa-bisa posisiku di perusahaan akan terancam." jelas Bram sambil berpikir bagaimana caranya agar Ara meminta cerai lebih dulu padanya.
"Dia pasti akan meminta cerai dariku Bram, karena aku akan--" Giselle menatap nanar pada Bram, dia mengalungkan kedua tangannya di leher Bram. Kemudian mencium bibir Bram dengan begitu bergairah.
Bak kucing yang diberi ikan asin, Bram membalas ciuman dari Giselle. Mereka pun berakhir diatas ranjang dan akhirnya saling melepas rindu.
Sementara Ara sedang berada di rumah keluarga Wiratama, dia memasak di dapur sambil mendengarkan ocehan keponakan Bram disana.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Dewi Nurani
semua orang pada gila
2024-05-05
0
Shinta Dewiana
muda2han sebahagian harta di buat milik ara...biar jd gembel tu si bram
2024-05-03
0
SEPTi
biarin si Bram menderita atau jadi miskin
2023-06-26
0