Esok paginya, seperti biasa Jessy bersiap-siap untuk berangkat kerja. Dia bersyukur karena Steve tidak melarangnya untuk bekerja di perusahaan Coltarus yang di pimpin Steve. Perusahaan Coltarus yang bergerak dalam bidang Properti, Jasa dan perdagangan sudah meluas dimana-mana, perusahaan Coltarus merupakan perusahaan besar di Sidney, Australia. Walaupun mereka dalam satu perusahaan tapi mereka seolah tidak saling kenal padahal keduanya adalah suami istri.
Jessy yang tiap harinya naik taxi berangkat kerja, menunggu ditempat biasa. Sebenarnya Jessy ada mobil sendiri tapi dia tinggalkan dirumah orangtuanya, hanya keperluan mendesak saja dia gunakan mobilnya. Dalam diamnya sambil menunggu, tak berapa lama sebuah taxi datang dan Jessy menghentikannya.
Dalam perjalanannya menuju perusahaan Coltarus, dia memikirkan makan malam Steve dan Kimberly. Kenapa kau lakukan ini Steve, apa kau tidak tahu betapa sakitnya aku melihatmu bersama Kimberly, sampai kapan aku akan bertahan dan berusaha sebaik mungkin hidup denganmu. Kau tahu bahwa aku mencintaimu tapi malah kau menunjukkan semua ini kepadaku, kenapa kau lakukan ini padaku Steve. Pikir Jessy yang mengeluarkan kristal bening di ujung matanya.
Dia mengusap ujung matanya, supir taxi yang sudah berumur sekitar 50an tahun melihatnya dari kaca spion di depan.
" Apa kau baik-baik saja nak ? " Ucap supir taxi.
" Terima kasih, aku baik- baik saja paman ". Balasnya tersenyum ramah.
" Kau gadis yang baik, aku bisa melihat kepribadianmu dengan hanya melihat wajahmu saja ". Ujarnya lagi melihat sekilas lewat kaca spion.
Jessy tersenyum kecil mendengar ucapannya supir taxi " Kenapa orang baik tidak mendapatkan kebahagiaan yang diinginkannya ". Serunya.
" Tidak semua seperti itu nak, kebahagiaanmu mungkin suatu saat akan kau rasakan dan untuk sekarang ujianmu untuk mempertahankan kebaikan yang ada dalam dirimu nak ".
" Begitukah ! " Jessy melirik supir taxi di depannya.
" Apapun yang kau alami saat ini, jangan merubah kebaikan yang ada dalam dirimu nak ". Nasihat supir taxi kepada Jessy.
Karena asyik mengobrol, Jessy akhirnya sampai ditempat dia bekerja. Dia membayar jasa supir taxi tersebut, sebelum dia turun dia melihat supir taxi itu.
" Terima kasih paman untuk nasihatnya ". Ucapnya dan membuka pintu taxi.
" Semoga harimu menyenangkan nak ". Balas supir taxi ramah.
***
Jessy sudah berada didalam ruangannya dan ketika dia hendak duduk dia melihat Steve sekilas yang keluar dari dalam lift menuju ruang Gudang, lalu mengalihkan pandangannya. Lanny yang baru datang dari pantry membawa kopi untuknya dan Jessy.
" Minumlah, aku membuatnya khusus untukmu ". Lanny menyerahkan secangkir kopi kepada Jessy.
" Terima kasih Lanny ". Ucapnya tersenyum dan mengambil cangkir tersebut.
Lalu mereka melanjutkan pekerjaan sisa kemarin yang belum selesai. Di sela kesibukan mereka, Jessy merasa pandangannya buram, layar komputer yang di depannya begitu tidak jelaa dilihatnya. Jessy memukul kepalanya pelan dengan tangannya.
" Hey, kenapa kau memukul kepalamu seperti itu ". Tegur Lanny yang melihat keadaan Jessy.
" Tidak apa, penglihatanku tiba-tiba kabur mungkin karena menatap layar komputer terlalu lama ". Tutur Jessy yang masih memukul kepalanya dengan pelan.
" Beristirahatlah dulu sebentar, atau apakah kau mau aku temani ke klinik perusahaan ". Ucap Lanny yang memegang pundak Jessy.
" Baiklah ". Jawab Jessy singkat dan beranjak berdiri.
Ketika Jessy berdiri, kepalanya tiba-tiba pusing dan badannya terhuyung ke samping. Untung saja Lanny yang di dekatnya langsung menahan tubuh Jessy.
" Jessy, kau tidak apa-apa ? Ucapnya yang menahan tubuh Jessy.
" Tiba-tiba kepalaku pusing sekali Lanny ".
" Ayo kita ke klinik sekarang, aku akan memegang tubuhmu ".
" Terima kasih Lanny, kau teman yang sangat baik ". ucapnya yang masih bisa tersenyum ".
Mereka berdua pun berjalan menuju klinik perusahaan yang berada di lantai 7 dengan menggunakan lift, sedangkan ruangan Jessy yang berada di lantai 12 bidang Jasa mesti menunggu beberapa menit untuk sampai.
Ting .... bunyi lift yang menandakan sudah sampai di lantai 7, lalu lift terbuka. Jessy dan Lanny keluar dan berjalan menuju ruang klinik. Steve yang habis melakukan pengecekan bersama beberapa orang lainnya termasuk Sekretaris Juan ingin kembali ke ruangannya menggunakan lift khusus, tanpa sengaja melihat Jessy sekilas yang menuju ruang klinik.
Bukankah itu Jessy ? Sedang apa dia menuju ke klinik perusahaan ? Dalam pikiran Steve, lalu pintu lift tertutup.
***
Jessy dan Lanny yang sudah sampai di klinik langsung masuk dan bertemu dokter yang bertugas disana. Mereka bertemu seorang dokter pria yang perawakannya masih muda seumuran dengan mereka berdua.
Jessy yang sudah diperiksa oleh tersebut, kembali mendudukkan tubuhnya setelah itu dokter yang bernama Leon memberikan obat serta beberapa vitamin untuk Jessy konsumsi.
" Istirahatlah yang cukup dan perbanyak makan buah dan sayur untuk menambah staminamu Jessy ". Ucap dokter Leon yang tersenyum ke arah Jessy.
" Baik dokter Leon " Balas Jessy menundukkan kepalanya sebentar.
" Panggil aku Leon saja, sepertinya umur kita tidak jauh berbeda ". ujar dokter Leon ramah.
" Baiklah dokter, hmm .. maksudku Leon. Terima kasih banyak ".
" Terima kasih Leon, semoga harimu menyenangkan ". Sahut Lanny ramah.
Lanny dan Jessy pun berlalu dari ruang klinik, Leon menatap kepergian Jessy dari belakang.
***
Malam harinya, Jessy yang wajahnya masih pucat memaksakan dirinya untuk menyiapkan makan malam untuk Steve dan Kimberly. Steve yang melihat Jessy sedang mempersiapkan makanan dimeja makan, tampak wajahnya terlihat pucat.
" Jessy, apa kau sakit ? ".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Sania.
apa pendulum mu Steve....😕😕😕
2021-07-10
0
Pembacaaaa_
lanjut lagii
2020-09-03
1
akun nonaktifkan
5 like dulu ya😁👍
Mohon mampir karyaku ya 🥺
2020-07-22
1