Pelangi Setelah Hujan
"Mas? Kamu kenapa melihatku seperti itu?" tanya Qonita yang baru saja bergelar sebagai seorang istri.
Wanita muda bertubuh kurus tersebut tersenyum malu-malu sembari menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.
Ya. Dirinya baru beberapa menit yang lalu melakukan tanggung jawab sebagai seorang istri. Jadi wajar saja, kalau dia masih terlihat malu-malu karena masih belum terbiasa.
"Siapa yang sudah melakukannya sebelum aku?!"
Deghh
Pertanyaan yang terlontar dari mulut David membuat Qonita terhenyak. Dirinya tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh suaminya tersebut.
"Ma-maksud kamu apa, Mas?" tanya Qonita dengan tergugup.
Dada David terlihat naik turun dengan cepat. Sorot matanya kini menatap lurus, ke arah wanita yang baru saja mengabdikan dirinya sebagai seorang istri padanya.
"Kamu sudah tidak suci lagi, Qonita!" Suara David terdengar begitu lantang di telinga.
"I-iya, Mas. Kita baru saja melakukannya … dan sekarang aku sudah tidak suci lagi," sahut Qonita dengan tanpa rasa bersalah.
David mencebik saat mendengar jawaban dari istrinya tersebut. Senyuman sinis pun tersungging dari sudut bibir lelaki berperawakan tinggi itu.
"Dasar munafik! Selama ini kamu berpura-pura lugu dan seolah masih polos, tapi nyatanya?"
David kian mencibir istrinya. Bahkan sorot matanya kini terlihat seolah jijik untuk menatap Qonita.
"Nyatanya apa, Mas? Kamu mau menuduhku apa?" Qonita mulai merasa tidak nyaman akibat dari perkataan suaminya.
"Nyatanya kamu itu sudah tidak gadis lagi! Sudah berapa laki-laki yang tidur sama kamu?"
Duarrrr
Bagai mendengar gelegar petir di tengah hari. Begitu menyayat hati tuduhan dari mulut David, yang sudah memfitnah kalau Qonita sering tidur dengan lelaki lain.
"Jaga mulutmu, Mas!" Qonita setengah membentak suaminya.
Ia bergegas turun dari tempat tidur dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya, lalu memunguti pakaiannya yang tergeletak berserakan di atas lantai kamar pengantin itu dan kembali memakainya.
"Kamu boleh menyakiti tubuhku, Mas … asal jangan pernah menuduhku dengan keji seperti itu!" Emosi Qonita mulai meluap.
Hati wanita yang baru saja menjadi seorang istri tersebut merasa tercabik. Tudingan David yang menyebutnya sudah tidak gadis lagi dan sering tidur dengan lelaki lain, menorehkan luka dalam batin Qonita.
Tok tok tok
Suara ketukan dari arah luar pintu terdengar tanpa henti. David yang masih belum mengenakan baju, lekas mengambil kaos berwarna putih yang semula tergeletak di atas lantai dan kemudian kembali memakainya.
Sedangkan Qonita sendiri bergegas mengusap air mata di pipinya dengan punggung tangannya.
"David, ada apa? Ibu dengar suara ribut kalian berdua dari tadi." Kedua orangtua David dan juga orangtua Qonita, nampak menatap penuh tanya pada David.
"Ayah, Ibu. Gak ada apa-apa, kami berdua tadi cuma lagi becanda aja." Qonita bergegas menjawab pertanyaan dari ibu mertuanya.
Dia berjalan dengan cepat menghampiri David yang berdiri di dekat pintu kamar pengantin.
"Becanda? Kamu bilang kita lagi becanda?" David tersenyum sinis ke arah istrinya.
"Mas!" Qonita berusaha memberi isyarat kepada suaminya, agar tidak mengatakan apapun kepada orangtua mereka berdua.
"Di sini aku ingin mengatakan pada kalian semua. Aku kecewa pada wanita yang baru menikah denganku ini, karena dia … dia sudah tidak suci lagi!" Dengan lantang David mengatakan tuduhannya di depan orangtua dan juga saudara-saudara mereka yang masih ada di rumah keluarga David.
Kontan saja semua yang mendengar tudingan David baru saja pun nampak tercengang. Tidak ada yang menyangka, kalau Qonita yang dikenal begitu taat beribadah dan juga lugu, ternyata tidak bisa menjaga Kehormatan dirinya.
"Enggak, Bu. Itu semua gak benar … Mas David keliru," elak Qonita seraya tersedu.
Dia bersimpuh di kaki ibu kandungnya, memohon agar wanita itu percaya padanya, kalau apa yang dituduhkan David itu tidak benar.
"Percuma kamu menangis … tangisan kamu itu palsu!" tudingan David benar-benar membuat sesak di dada.
Qonita kian meraung. Ia sudah dibuat malu oleh suaminya sendiri di malam pertama pernikahan mereka berdua.
Semua yang turut menyaksikan dan mendengar tuduhan David, terlihat mulai saling berbisik.
Sorot mata mereka seolah menatap Qonita dengan hina dan juga rendah. Hingga wanita yang baru saja menjadi seorang istri itu pun merasa sudah tidak mempunyai harga diri lagi.
"Apa benar yang dikatakan oleh David?" Ibu mertua Qonita membantunya untuk bangun, lalu menatap mata menantu perempuannya itu dengan sangat lekat.
"Katakan padaku … apa perkataan David itu benar?" tanya wanita itu lagi seraya mengguncang bahu Qonita.
Merasa seperti dihakimi oleh keluarga suaminya, Qonita semakin terisak sembari menggelengkan kepalanya.
"Malam ini juga, aku jatuhkan talak padamu Qonita!"
Tanpa diduga David malam itu juga menjatuhkan talaknya pada Qonita. Dengan sorot mata yang terlihat angkuh, David menatap tajam pada istrinya yang berwajah manis tersebut.
"Mas, aku mohon. Percaya padaku … Aku belum pernah disentuh sama siapapun, kecuali kamu, Mas!"
Kini Qonita bersimpuh di kaki David. Ia menangis tersedu, merasakan sayatan luka yang begitu perih dalam hatinya.
Baru beberapa jam lalu dirinya menjadi seorang istri, kini Qonita harus menghadapi kenyataan kalau ia sudah ditalak oleh suaminya di malam pertama pernikahan mereka.
Sedih bercampur malu. Bahkan jika bisa, Qonita ingin nyawanya dicabut saat itu juga.
Wanita muda yang baru berusia dua puluh dua tahun tersebut tidak pernah menyangka, kalau takdir akan mempertemukannya dengan sebuah kenyataan yang menyakitkan.
"Bangun, Nak. Tidak pantas kamu memohon pada manusia!" Suara ayah Qonita yang sedari tadi terdiam, kini terdengar.
Lelaki berusia lebih dari empat puluh tahun tersebut menghela napas panjang. Ia berusaha untuk tetap bersabar, meski dalam hatinya merasa tidak tega melihat putri yang disayanginya difitnah seperti itu.
"Nak David, apa semuanya tidak bisa dibicarakan dengan baik-baik? Perceraian bukanlah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan sebuah masalah," ujar Pak Lukman, ayah kandung Qonita.
"Bapak dengar apa yang saya katakan tadi? Putri Bapak sudah tidak suci lagi … dan saya gak sudi menerima barang bekas seperti dia!" David kian lantang dalam berbicara.
Malam yang seharusnya menjadi awal kebahagiaan dari sebuah pernikahan, kini berganti menjadi fitnah yang syarat dengan penuh luka sayatan dalam hati.
Keributan antar kedua belah pihak pun terjadi. Hingga dengan terpaksa orangtua Qonita harus membawa pulang kembali putrinya yang sudah dijatuhkan talak oleh David.
"Bapak, Ibu. Izinkan Qonita untuk bicara sebentar sama Mas David," pinta Qonita.
Setengah hati Pak Lukman pun mengizinkannya, karena ia tidak ingin membuat Qonita semakin terluka.
"Mas, kita masih bisa rujuk … bukankah kamu sudah tau, kalau aku ingin pernikahan itu hanya terjadi satu kali saja dalam hidup?" Qonita berharap David akan luluh, dan kemudian mau untuk kembali rujuk dengannya.
Cuihh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments