Badai sudah berlalu

Qonita tidak dapat menolak. Hari itu dirinya pulang dengan ditemani oleh seorang lelaki muda yang sebelumnya sudah pernah dia lihat.

Farhan. Lelaki yang beberapa hari lalu tersiram air mineral karena kecerobohan Qonita, dan dikira suami Veronica. Ternyata dia itu adalah adik dari Veronica, pemilik butik tempat Qonita bekerja.

Sesampainya di kediaman orangtuanya, Qonita langsung memperkenalkan Farhan pada Pak Lukman dan Bu Fatmah.

Farhan sendiri tidak lain ialah seorang lawyer muda, jadi Veronica berinisiatif meminta Farhan untuk membantu Qonita dalam proses sidang perceraiannya.

"Nak Farhan nanti mau tidur dimana? Bapak mohon maaf, tidak bisa mengizinkan Nak Farhan untuk menginap di sini ... takut ada fitnah," tutur Pak Lukman.

Sepertinya Farhan sudah sangat paham, hingga ia pun menanggapinya dengan senyuman tipis dan anggukan kepala.

"Iya, Pak. Saya paham ... dan kebetulan, saya pun memang berencana untuk menginap di hotel."

Suara Farhan terdengar begitu berwibawa. Dari dirinya bersikap pun sudah dapat dilihat, kalau Farhan sangatlah berbeda jauh dengan David.

Malam itu Farhan pun berpamitan dan akan kembali pada pagi nanti.

Selepas kepergian Farhan, Pak Lukman dan Bu Fatmah meminta agar Qonita tidak langsung masuk ke kamar tidurnya.

"Bapak mau bicara sama kamu," ujar Pak Lukman.

Qonita pun menganggukkan kepalanya sembari melempar senyuman tipis.

"Iya, Pak. Bapak mau bicara apa sama Nita?" tanya Qonita yang kembali mendudukkan dirinya di atas sofa usang ruang tamu rumahnya.

Sebelum mengeluarkan kalimat dari mulutnya, Pak Lukman terlihat menarik napas panjang. Ia menatap putri semata wayangnya itu dengan sorot mata yang penuh rasa sayang.

"Kamu kenal di mana dengan Nak Farhan sebenarnya?"

Jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, Pak Lukman merasa cemas. Ayah dari Qonita tersebut takut akan adanya fitnah yang kemungkinan menimpa pada putrinya itu.

"Mas Farhan tadi sudah mengatakannya pada Bapak. Mas Farhan itu adiknya Bu Veronica, pemilik butik tempat Qonita bekerja ... kami bertemu di sana untuk pertama kalinya, Pak," jawab Qonita yang kembali menjelaskan.

"Kamu jaga diri baik-baik ... Bapak sama Ibu gak mau ada fitnah lagi nantinya," cetus Bu Fatmah yang ikut menimpali pembicaraan suami dan anaknya itu.

Qonita menundukkan kepalanya. Dia sangat menyadari hal tersebut, tapi apalah daya, bahkan untuk sekedar menolak bantuan dari Veronica dan Farhan pun dirinya tidaklah mampu.

"Iya Pak, Bu. Maafkan Nita ... karena Nita sendiri gak tau harus bilang apa sama Bu Veronica. Dia sudah terlalu baik pada Nita," sahut Qonita yang masih tertunduk di depan orangtuanya.

Pak Lukman kembali menghela napas panjang. Sebagai seorang ayah, tidak mungkin dia akan menghakimi putrinya sendiri, yang memang tidak melakukan kesalahan apapun.

****

Dengan bantuan Farhan, akhirnya keputusan sidang cerai antara Qonita dan David pun bisa berjalan dengan lancar.

Selain itu, tentu saja karena memang keduanya juga sudah lama berpisah dan David sendiri sudah menjatuhkan talak pada Qonita.

Sidang tersebut hanya untuk mendapatkan status Qonita dengan jelas, dan sebagai upaya agar David dan keluarganya tidak lagi terus menerus bersikap sesuka hatinya terhadap Qonita.

"Pantas saja ... jadi selama ini kamu di kota memang jadi perempuan simpanan," cibir Bu Tuti saat melihat Qonita didampingi oleh Farhan.

"Bu-"

Farhan dengan cepat memberi isyarat pada Qonita, agr dia bisa meredam emosi. Akhirnya Qonita pun mengurungkan niatnya untuk menjelaskan semuanya terhadap Bu Tuti-mantan ibu mertuanya.

"Belajarlah untuk menjadi wanita berkelas. Tidak perlu menjelaskan apa-apa tentang kamu pada mereka ... karena yang membencimu tidak akan pernah percaya itu." Farhan mengingatkan dengan suara yang terdengar begitu pelan.

Memang sangat benar dengan apa yang dikatakan oleh Farhan. Qonita tidak perlu bersusah payah untuk menjelaskan apapun, karena keluarga David akan tetap menganggap dirinya bersalah.

Itulah manusia. Jika sudah merasa benci, meski yang bersangkutan tidak mempunyai kesalahan pun, maka akan tetap benci.

"Terima kasih, Mas. Akhirnya semuanya berjalan dengan lancar," ucap Qonita saat berada di dalam mobil milik Farhan.

"Semoga setelah ini kamu akan mendapatkan hidup yang lebih baik lagi ... dan semoga juga kebahagiaan akan selalu menyertai kamu," ujar Farhan yang terdengar penuh dengan ketulusan.

"Aamiin ...." Qonita menyambut baik apa yang dikatakan oleh lelaki yang tengah mengemudikan kendaraan roda empat miliknya itu.

Dreett ... dreett

Ponsel milik Qonita yang berada di dalam tasnya pun bergetar. Dengan cepat wanita berkerudung itu merogoh tasnya tersebut, lalu mengeluarkan benda pipih miliknya.

"Kenapa? Kok, tiba-tiba murung gitu?" tanya Farhan seraya melirik pada wanita berwajah manis tersebut.

"Mas David," jawab Qonita dengan terlihat malas.

Mendengar jawaban dari mulut Qonita, Farhan pun hanya menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya.

"Sudah, abaikan saja. Mungkin dia masih belum puas dengan hasil sidang tadi," tutur lelaki yang berprofesi sebagai lawyer muda itu.

****

Kehidupan Qonita saat ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Dari hasil kerjanya, dia sudah mempunyai sedikit demi sedikit tabungan. Dan sesuai dengan apa yang dirinya rencanakan dulu, yang berniat untuk membeli sebuah rumah di kota.

"Semoga Bapak sama Ibu akan senang tinggal di sini nantinya," gumam Qonita seraya mengembangkan senyuman manis di bibirnya.

Dia memberanikan diri untuk mengkredit sebuah rumah bergaya minimalis modern. Memang tidak besar, tapi cukup nyaman untuk ditempati bersama dengan orangtuanya.

"Kapan kamu akan menikah lagi, Nit?" tanya Veronica dengan tiba-tiba.

Qonita yang tengah mendesain sebuah gaun pesta pun langsung menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh pada pemilik butik tersebut.

"Masih belum kepikiran ke arah sana, Bu. Saya masih menikmati kehidupan saya yang sekarang ... butuh waktu untuk mulai membangun biduk rumah tangga lagi," jawab Qonita dengan penuh keyakinan.

Veronica tersenyum. Wanita itu merasa salut terhadap Qonita, karena dia bisa melewati badai kehidupan dengan begitu kuat.

"Kalau suatu saat nanti ada yang datang untuk melamar kamu, gimana?" seloroh wanita bermata sipit tersebut.

"Entahlah, Bu," sahut Qonita seraya tertawa kecil.

Karir Qonita dalam mendesain saat ini semakin cemerlang. Dia sudah mulai banyak dikenal oleh kalangan atas, dan tentunya itu menjadi sebuah kebanggaan buat wanita berkerudung itu.

Selain itu, tabungan miliknya pun semakin banyak. Namun itu semua tidak membuat Qonita jumawa, bahkan dirinya tidak berniat untuk memamerkan apa yang dirinya miliki saat ini.

Sebuah rumah minimalis dengan desain modern, kini sudah bisa dirinya tempati. Tentu saja Qonita sangat senang dan tidak sabar untuk memberikan kejutan kepada orangtuanya.

"Mau ku antar ke sana?" tawar Farhan saat mengetahui bahwa Qonita akan pulang ke kampung halamannya.

"Nggak, Mas. Saya udah terlalu sering merepotkan Mas Farhan ... dan untuk kali ini, saya menolak tawaran Mas Farhan," ujar Qonita sembari tertawa kecil.

"Dasar kamu ... sekarang udah bisa menolak, ya, rupanya," balas Farhan yang juga bernada seloroh.

****

"Tapi, Nak ... buat apa Ibu sama Bapak ikut kamu ke kota?" tanya Bu Fatmah yang merasa kebingungan dengan ajakan Qonita untuk pergi ke kota.

Follow IG author : Hayatinoer8615

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!