Acara di kediaman Veronica

Qonita tertegun saat melihat siapa si pengirim pesan itu. Dari wajahnya nampak jelas terlihat, kalau dia saat ini tengah memendam rasa marah.

David! Ya. Lelaki itu kembali mengusik hidup mantan istrinya tersebut. Dia mengatakan pada Qonita, bahwa dirinya masih mencintai Qonita dan berharap wanita berwajah manis itu akan kembali lagi padanya.

"Kamu cuma menjadikanku sebagai persinggahan disaat kamu butuh, Mas." Qonita bergumam, lalu menghapus pesan singkat yang dikirim oleh David tadi.

Dia sudah bertekad, tidak akan mau kembali masuk ke dalam jurang yang sama. Sakit! Tentu saja, dan itu tidak mungkin bisa Qonita lupakan seumur hidupnya.

"Nit! Melamun aja. Oiya, hasil desain baju pesta Laura sudah selesai?" tanya Veronica yang mengagetkan Qonita.

"Mhh, sudah. Bu Vero mau ke sana?"

Veronica menganggukkan kepalanya. Diantara mereka berdua memang sudah terjalin sebuah keakraban yang melebihi hubungan antara bos dan karyawatinya tersebut.

Bahkan Veronica pun tidak segan-segan untuk mengeluarkan segala keluh kesah hidupnya, dan hanya pada Qonita_lah dia percaya untuk mengatakan semuanya.

Selain itu, kini Qonita pun sudah mulai bisa membuka kembali hatinya. Dan tentu saja lelaki yang beruntung itu adalah Farhan, yang sudah selalu ada disaat Qonita terpuruk pada masa itu.

"Mas, sebaiknya kamu pikir-pikir lagi buat menikah denganku. Aku ini bukan gadis, Mas ... jadi, belum tentu keluarga besar Mas Farhan mau menerima statusku," ujar Qonita dengan memperlihatkan rasa tidak percaya dirinya.

Farhan menghela napas panjang. Ia sangat paham betul dengan apa yang ada dalam benak Qonita. Tidak mudah memang bagi orang yang pernah gagal dalam hidupnya untuk kembali meniti kehidupan selanjutnya.

"Kamu jangan memikirkan sesuatu yang belum mungkin terjadi. Belajarlah untuk selalu positif dalam berpikir ... tidak baik menakutkan sesuatu yang belum tentu terjadi," tutur Farhan mengingatkan.

Qonita terdiam. Dalam hatinya ia pun membenarkan apa yang dikatakan oleh Farhan baru saja.

"Kita jalani dulu semuanya ... setelah kamu siap, saat itu juga aku akan langsung melamarmu.".

Deghh

Detak jantung Qonita seperti terhenti seketika. Begitu cepatkah Farhan melabuhkan hatinya pada Qonita? Pada wanita yang sudah jelas bukan gadis lagi, yang sudah jelas pernah mengalami kegagalan dalam sebuah pernikahan.

Namun kembali lagi, Qonita berpikir jika memang itu bisa menjadi sebuah kebaikan untuk hidupnya dan juga masa depannya, maka tidak ada salahnya jika dia menerima Farhan sebagai teman hidup baginya.

"Yuk, kita makan siang," ajak Farhan.

Kebetulan pada saat itu memang waktunya untuk makan siang, dan Qonita sendiri termasuk orang yang suka melalaikan pola makannya hingga tidak beraturan.

Farhan mengajak Qonita makan di restoran sederhana kesukaannya. Lelaki itu ingin melihat wanita yang dicintainya lebih peduli pada kesehatannya sendiri, hingga apapun akan dilakukan asalkan itu jadi yang terbaik bagi Qonita.

"Setelah makan siang ini, sebaiknya kamu langsung pulang aja. Minta izin sama Mbak Vero ... kelihatannya kamu capek banget," tutur Farhan yang memang selalu memerhatikan apapun yang bersangkutan dengan wanita berhijab itu.

"Gak apa-apa, Mas. Lagipula, aku gak enak sama Bu Veronica ... udah keseringan bolos kerja," sahut Qonita.

Farhan tidak dapat memaksanya. Dia tau, kalau Qonita adalah seorang wanita yang kuat.

Sepulang dari makan siang, Farhan kembali mengantar Qonita ke butik milik Veronica-kakaknya. Setelah itu dia bergegas kembali ke kantornya, karena sudah ada kliennya yang menunggu di sana.

"Nit, besok di rumah ada acara. Kamu datang, ya, biar nanti dijemput sama Farhan."

Qonita yang tengah fokus pada pekerjaannya pun langsung mendongak. Sorot matanya lurus pada wajah Veronica yang sedang berdiri di depan meja kerjanya.

"Mhh ... tapi, Bu-"

"Sebelum pulang kerja nanti kamu pilih baju dulu buat acara besok. Ingat ... Kamu harus datang!" Veronica berkata dengan tegas pada Qonita yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri.

****

"Bu, Pak. Nanti Nita pulang telat, soalnya ada acara di rumah Bu Veronica. Gak enak kalau Nita gak datang ke sana," ujar Qonita memberitahukan orangtuanya.

Hari-hari Qonita dihabiskan hanya untuk bekerja dan bekerja. Ia berusaha dengan gigih, agar semua impiannya dapat terwujud segera.

"Memangnya ada acara apa di rumah Bu Vero?" tanya Qonita pada Farhan, sebelum mereka berdua pergi menuju kediaman Veronica.

"Anaknya Mbak Vero hari ini ulangtahun. Jadi dia ngadain acara keluarga buat merayakan ulangtahun keponakanku," sahut Farhan menjelaskan.

Qonita baru tahu, karena memang sebelumnya Veronica tidak berkata apa-apa. Melainkan hanya mengundang Qonita untuk datang ke acara yang akan diadakan di kediamannya.

Setelah selesai bersiap-siap, Qonita dan Farhan pun bergegas menuju rumah mewah milik Veronica.

Di sana sudah nampak banyak tamu yang datang, dan itu sebagian besar dari keluarga Veronica juga suaminya.

Kedatangan Qonita tentunya disambut dengan baik oleh Veronica. Dia mengajak wanita berhijab itu untuk bergabung dengan tamu yang datang lainnya.

"Ini calon istri kamu, Han?" tanya seorang wanita yang berusia sudah kelihatan sepuh.

"InsyaAllah, Oma. Do'akan yang terbaik buat kami berdua," ujar Farhan menjawab pertanyaan ibu tersebut.

"Cantik. Semoga yang ini jauh lebih baik dari sebelumnya ... Oma masih kecewa sama mantan kamu yang dulu," cetus wanita yang dipanggil dengan sebutan oma oleh Farhan itu.

Qonita tentunya mulai merasa tidak nyaman saat mendengar perkataan tersebut.

Farhan yang sudah peka dengan perubahan ekspresi wajah wanita yang ada disampingnya itu, langsung berpamitan pada oma_nya untuk berbaur dengan kerabat lainnya.

"Sudah, jangan pikirkan yang Oma katakan tadi. Dia cuma berharap semoga kamu bisa menjadi pendamping yang terbaik untukku," ujar Farhan mencoba menjelaskan.

"Tapi, Mas. Kayaknya ada sesuatu yang belum aku tau dari masa lalu kamu ... kalau kamu gak keberatan, kamu bisa ceritain semuanya padaku nanti." Jelas terlihat kalau Qonita tengah merasakan cemburu terhadap masa lalu Farhan.

Lelaki yang berprofesi sebagai lawyer itu pun hanya melemparkan senyuman. Dia merasa senang, karena wanita yang dicintainya tersebut mempunyai rasa cemburu terhadap dirinya.

"Jangan cemberut lagi. Nanti aku bisa makin gemas lihatnya," ucap Farhan setengah berbisik di telinga Qonita.

Seketika, Qonita pun langsung menahan tawanya. Ia tersenyum malu seraya memalingkan wajahnya yang bersemu kemerahan dari Farhan.

Setelah itu keduanya ikut berbaur dengan yang lainnya. Mereka berbincang untuk memecah kekakuan, hingga tercipta keakraban antara satu dengan lainnya.

Sesekali tawa pun terlihat dari mereka. Semua yang datang menghadiri acara di kediaman Veronica terlihat begitu bahagia, termasuk Qonita dan juga Farhan.

"Farhan?!"

Mendengar suara seorang wanita yang tidak jauh dari tempat Qonita dan Farhan berdiri, keduanya langsung menoleh.

Pada saat itu juga raut wajah Farhan terlihat seperti menegang.

"Siapa dia, Mas?" Qonita menatap Farhan dengan sorot mata yang penuh tanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!