Farhan dan Qonita pun menghentikan langkah kaki mereka. Keduanya dengan bersamaan menoleh ke arah si pemilik suara tadi.
Qonita mengernyit saat melihat siapa yang tengah berjalan menyusul dirinya dan juga Farhan.
Viona! Entah apa lagi yang diinginkan oleh wanita berpakaian seksi tersebut.
"Kamu mau pulang?" tanya Viona dengan menatap lurus pada Farhan, dan seolah tidak menganggap ada Qonita di samping lelaki itu.
"Ya," sahut Farhan dengan singkat.
"Aku bareng sama kamu, ya. Soalnya driverku belum datang ... takut kemalaman."
Mendengar Viona berkata seperti itu, Qonita pun langsung terlihat serba salah. Dia merasa tidak nyaman, jika sampai Viona harus benar-benar ikut satu mobil dengannya dan juga Farhan.
"Kamu tunggu saja sopirmu di sini. Lagipula aku harus ngantar Qonita dulu pulang ke rumahnya," ujar Farhan dengan ekspresi wajahnya yang terlihat malas.
Wanita itu pun langsung menoleh ke arah Qonita. Dengan terpaksa dia mendekatkan dirinya pada wanita berhijab tersebut.
"Hai, kita belum kenalan, ya? Aku Viona, tunangannya Farhan!"
Deghh!
Detak jantung Qonita seakan terhenti dengan seketika.
Tunangan?!
Jika memang itu benar adanya, lantas kenapa Farhan mengajak Qonita untuk menjalin hubungan yang lebih serius.
Bibir wanita yang pernah gagal dalam pernikahannya itu mendadak kelu. Dia tidak dapat mengeluarkan sepatah kata pun.
"Cukup, Viona! Apa kamu tidak sadar? Diantara kita sudah tidak ada apa-apa lagi ... dan sekali lagi kukatakan padamu, urus hidupmu sendiri!" tegas Farhan dengan nada suara yang terdengar penuh dengan amarah.
Namun Viona mengacuhkan itu semua. Sebaliknya, dia justru kembali mengalihkan sorot matanya pada Qonita.
"Wanita ini seharusnya tidak ada di sisi kamu, Farhan!"
Tatapan sinis dari mata Viona, membuat Qonita menarik napas panjang.
"Seharusnya dia tau diri! Kamu sama dia itu tidak pantas ... bahkan sangat jauh dari kata pantas!"
Begitu tajamnya lidah seorang wanita bernama Viona tersebut. Sehingga dia lupa, kalau dirinya sendiri mempunyai sebuah kesalahan besar terhadap Farhan.
"Masuklah ... jangan dengar apa yang dia katakan!" Farhan meminta Qonita untuk masuk ke dalam mobilnya.
Tanpa menghiraukan Viona, Farhan pun kemudian menyusul Qonita untuk masuk ke dalam mobil.
Viona yang tidak terima ditinggalkan begitu saja oleh lawyer muda tersebut, menggedor kaca jendela mobil dan meminta Farhan untuk keluar dari dalam kendaraan roda empatnya.
"Farhan!" teriak Viona yang terlihat tidak tahu rasa malu.
Tidak ingin kegaduhan itu berlangsung lebih lama, Farhan pun akhirnya tancap gas dan mengemudikan mobilnya untuk keluar dari area rumah mewah milik Veronica.
Lelaki muda tersebut terlihat seperti merasa tidak enak hati, karena bagaimanapun juga Qonita pasti menyimpan rasa marah kepadanya.
"Nita, nanti aku jelasin semuanya sama kamu. Sungguh, ini semua di luar dugaanku ... dan kalau aku tau ini semua akan terjadi, tentunya lebih baik kita gak datang ke rumah Veronica tadi," tutur Farhan sembari mengemudikan mobil miliknya.
Qonita terdiam. Ia seperti enggan untuk mengeluarkan perkataan, dan tidak dapat dipungkiri kalau dirinya masih merasa terkejut dengan kejadian tadi.
"Nita, aku mohon. Aku sungguh-sungguh minta maaf sama kamu," ucap Farhan yang terlihat penuh dengan penyesalan.
"Gak apa-apa, Mas. Aku gak marah ... cuma sedikit capek aja, karena mungkin belum sempat istirahat hari ini," sahut Qonita dengan berbohong.
Wanita berhijab itu tidak dapat menampik rasa kecewanya terhadap Farhan. Terlebih saat Viona tadi mengatakan, kalau mereka berdua sudah bertunangan.
Apakah itu artinya keberadaan Qonita sebagai pihak ketiga bagi hubungan Farhan dan Viona? Lantas kenapa selama ini lelaki itu tidak berkata jujur kepadanya?
Pertanyaan demi pertanyaan terus berputar di benak Qonita. Dia tidak ingin menjadi duri bagi hubungan orang lain, meskipun dirinya sudah terlanjur menaruh hati pada Farhan, tapi dia akan berusaha untuk mengubur lebih dalam perasaan tersebut.
"Sudah sampai. Aku masuk dulu ya, Mas ... terima kasih sudah diantar pulang," ucap Qonita seraya menyunggingkan senyuman tipis dari bibirnya.
Sebelum Farhan berkata apa-apa, Qonita bergegas keluar dari mobil milik lawyer itu. Dan setelahnya, ia pun berjalan cepat untuk masuk dan menutup kembali gerbang rumahnya.
Bukan! Bukan maksud Qonita untuk berbuat tidak sopan dan juga tidak menghargai Farhan. Melainkan dia hanya tidak ingin Farhan kembali menjelaskan dan pada akhirnya dirinya jugalah yang akan menanggung rasa sakit itu.
****
Sudah beberapa hari terakhir semenjak kejadian di kediaman Veronica, Qonita terus berusaha untuk menghindar dari Farhan.
Berbagai alasan ia berikan pada lelaki itu. Bahkan saat Veronica bertanya pun, Qonita mengatakan tidak ada apa-apa dan semuanya baik-baik saja.
"Nit, saya mau bicara sebentar." Veronica akhirnya tidak tahan dengan sikap diam Qonita akhir-akhir ini.
Qonita yang tengah disibukkan dengan pekerjaannya pun langsung menoleh ke arah Veronica.
"Iya, Bu. Bu Vero mau bicara apa sama saya?" tanya Qonita yang berusaha untuk tidak mencampur adukan antara masalah pribadi dan juga pekerjaannya itu.
Walau bagaimanapun juga Veronica adalah bosnya, jadi Qonita selalu berusaha untuk menjaga sikap di depan wanita bermata sipit tersebut.
"Sebaiknya kita bicara di tempat lain aja, yuk. Biar sekalian makan siang," ajak Veronica seraya balas tersenyum.
Ingin rasanya menolak, tapi Qonita tidak sampai hati untuk melakukan hal itu terhadap Veronica, orang yang selama ini sudah selalu berbuat baik terhadap dirinya.
Pemilik butik itu mengajak Qonita untuk makan siang di salah satu resto ternama yang ada di pusat kota.
Restoran tersebut adalah salah satu restoran terbaik di pusat kota. Dan selain itu tempatnya pun sangat nyaman, jadi Veronica dan Qonita bisa bicara dengan santai di sana.
"Farhan punya niat serius sama kamu. Jadi, kalau bisa sebaiknya kamu jangan percaya pada orang lain ... karena siapa tau aja, orang tersebut justru sengaja berniat buat bikin kalian berdua hancur."
Qonita terdiam saat mendengar perkataan Veronica. Di sisi lain hatinya ia membenarkan apa yang dikatakan oleh pemilik butik itu.
Namun sebelah sisi lainnya, Qonita masih meyakini kalau ada sesuatu yang spesial antara Farhan dan Viona.
"Tapi, Bu-"
"Viona?" Sorot mata Veronica menatap lurus pada Qonita.
Secara spontan wanita yang memakai hijab berwarna mustard tersebut pun tersedak oleh teh lemon tea yang tengah diseruputnya.
"Ehh ...."
Qonita merasa jadi tidak enak hati, karena rasa cemburunya ternyata diketahui oleh Veronica.
"Dia bicara apa sama kamu?" Wanita berwajah oval dan bermata sipit tersebut kembali bertanya.
"Viona memang pernah menjalin sebuah hubungan spesial dengan Farhan. Dan keduanya sempat bertunangan ... tapi itu gak lama, karena Viona sendiri berkhianat pada Farhan." Veronica berbicara untuk menjelaskan bagaimana hubungan adiknya dulu dengan Viona.
"Tapi, Bu-"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments