"Apa maksud kamu, Nita? Jangan sembarangan Menuduh Ibu!" Bu Tuti kelihatan tidak terima saat Qonita bertanya tapi seperti tengah menuduhnya.
Melihat mantan ibu mertuanya yang seolah tidak mengakui kesalahan yang sudah diperbuatnya, Qonita pun semakin kesal.
"Ibu seorang perempuan, apa Ibu gak punya sedikit saja rasa saling menghargai? Apa salah Nita pada Ibu?" Emosi Qonita kian meluap.
"Kamu tanya apa salah kamu? Salah kamu itu sudah membohongi David, putraku! Maksa biar putraku nikah sama kamu ... tapi ternyata kamu udah bekas orang," cibir Bu Tuti dengan memperlihatkan ekspresi wajahnya yang sinis.
"Apa kamu tau? Saya sudah banyak mengeluarkan uang buat biaya nikah! Kalau dulu tau calon istrinya udah bekas orang, gak bakalan Ibu mau merestui dia nikah sama kamu!"
"Cukup, Bu!" Qonita sudah tidak tahan lagi mendengar ocehan mantan ibu mertuanya itu.
"Harus berapa kali Nita menjelaskan pada Ibu, kalau Nita gak seperti yang Ibu pikirkan! Nita tau, Bu ... ini semua hanya akal-akalan Mas David buat memfitnah Nita. Nita juga tau, kalau selama ini Mas David bukan hanya punya hubungan sama Nita ... tapi dia punya hubungan juga sama perempuan lain." Qonita akhirnya membeberkan kelakuan buruk David di depan Bu Tuti.
Mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Qonita, Bu Tuti menanggapinya dengan biasa saja. Seolah dia tidak kaget saat mantan menantu perempuannya itu membongkar semua sifat jelek David, putranya.
"Halahh ... Kamu itu kayak gak tau aja. Wajar kalau David banyak yang suka dan punya hubungan dengan lebih dari satu perempuan, karena dia itu punya tampang. Sayang aja dia malah nikah sama perempuan penipu kayak kamu, bikin aku rugi saja. Biaya nikah itu mahal, percuma kalau ujung-ujungnya malah minta pisah." Omongan Bu Tuti terdengar ketus di telinga Qonita.
Wanita berpakaian syar'i itu merasa kalau Bu Tuti semakin membuatnya terpojok, terlebih dirinya pun mengatakan kalau Qonita_lah yang meminta pisah dengan David.
"Bukan Nita yang minta pisah, Bu. Sudahlah, lagi pula Nita datang ke sini bukan untuk membahas masalah Nita sama Mas David ... tapi Nita mau minta sama Ibu, tolong jangan menyebarkan fitnah tentang Nita lagi!"
****
"Kamu dari mana, Nak?" tanya Bu Fatmah yang melihat Qonita baru saja masuk ke dalam rumahnya.
Wanita berwajah manis tersebut hanya menyunggingkan senyuman tipis dari bibirnya, lalu terduduk di atas sofa usang yang ada dalam ruang tamu.
"Dari rumah Mas David, Bu." Qonita menjawab dengan suara yang terdengar pelan.
Sontak saja Bu Fatmah langsung mengernyitkan dahinya. Ia merasa penasaran dengan jawaban yang terlontar dari mulut putrinya itu.
"Dari rumah David? Mau apa kamu ke sana?"
Qonita tidak langsung menjawab, mulutnya terkatup dengan rapat.
"Nita?" Bu Fatmah menyentuh punggung tangan Qonita perlahan.
"Nita minta sama ibunya Mas David, agar tidak menyebarkan fitnah tentang Nita lagi, Bu."
Miris rasanya saat mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya itu. Bu Fatmah pun langsung merengkuh tubuh Qonita, lalu memeluknya dengan penuh rasa sayang.
"Biarkan mereka mau bilang apa tentang kamu. Mereka akan bosan dengan sendirinya nanti," ujar Bu Fatmah.
Wanita bertubuh kurus itu tahu betul bagaimana perasaan Qonita saat ini. Tidak mudah memang untuk menghadapi semuanya, terlebih lagi Qonita masih terlalu muda jika harus dituntut untuk lebih kuat.
"Ingat apa yang selalu Bapak kamu katakan ... fokus pada diri sendiri, karena kebahagiaanmu jauh lebih penting dari apapun." Bu Fatmah kembali mengingatkan Qonita akan kalimat yang selalu dikatakan oleh Pak Lukman, ayah Qonita.
Benar apa yang dikatakan oleh kedua orangtuanya, kalau Qonita hanya perlu memikirkan hidupnya dan juga kebahagiaan dirinya sendiri, tanpa harus memikirkan orang-orang yang hanya bisa membuatnya semakin merasa sedih.
Empat hari berada di rumah bersama orangtuanya, kini Qonita sudah harus kembali ke kota.
Mungkin memang akan lebih baik jika dirinya berada jauh dari orang-orang yang selalu memfitnahnya.
"Jaga diri kamu di sana, Nak. Bapak sama Ibu cuma bisa mendoakan kamu dari sini," ujar Pak Lukman sebelum Qonita benar-benar pergi dari rumahnya.
"Assalamu'alaikum."
Keluarga Pak Lukman dikejutkan oleh suara seseorang yang baru saja mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam," jawab Pak Lukman dan keluarganya.
Dia terkejut saat melihat siapa yang saat ini tengah bertamu ke rumahnya.
"Mas, ngapain kamu ke sini?" tanya Qonita seraya menunjukkan ekspresi wajahnya yang sinis.
"Apa salahnya kalau aku datang ke rumah istriku sendiri?"
David. Sungguh lelaki satu itu benar-benar tidak tahu malu dan juga tidak mempunyai etika. Mungkin juga dirinya lupa, kalau ia dan Qonita sudah berpisah meskipun hanya dengan menjatuhkan talak saja.
"Tapi aku bukan istri kamu, Mas," elak Qonita yang keberatan saat David masih menyebutnya sebagai seorang istri.
"Apa kamu lupa? Kita ini sudah menikah, Nita ... dan kamu sampai saat ini masih tetap istriku!"
Kontan saja Qonita dan kedua orangtuanya merasa sama- sama terkejut. Mereka tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh David baru saja.
"Mas, aku gak tau sebenarnya apa yang terjadi sama kamu ... yang aku tau dan masih ingat sampai detik ini yaitu, kamu sudah menjatuhkan talak padaku dan selain itu kamu juga sudah memfitnahku, Mas."
"Talak itu cuma sekedar omongan aja, Nita. Buktinya, sampai sekarang kita belum ada sidang, bukan?"
Pusing rasanya menghadapi manusia seperti David. Berlagak sebagai orang yang memiliki otak cerdas, tapi pada kenyataannya isi otaknya kosong.
"Sudahlah, Mas. Aku gak punya banyak waktu buat meladeni kamu ... sebaiknya kamu pergi dari sini kalau sudah tidak ada perlu apa-apa lagi," usir Qonita yang sudah terlanjur muak pada mantan suaminya itu.
"Ibu bilang katanya kamu sekarang udah kerja. Pasti kamu punya duit 'kan? Aku mau minta buat bekal cari kerja ... soalnya kemarin gak jadi kerja di luar kota. Itu juga gara-gara kamu yang gak mau bantu aku buat kasih duit," ceroscos David yang benar-benar sudah tidak tahu malu lagi.
Mulut Qonita menganga, lalu menoleh ke arah kedua orangtuanya. Hari itu dirinya benar-benar dibuat geram oleh David, yang tiba-tiba saja datang untuk meminta uang padanya.
"Kamu gak punya hak buat minta uang padaku, Mas! Sekali lagi aku katakan ... Aku bukan istrimu!" tegas Qonita yang mencapai puncak dari rasa sabarnya selama ini.
Memang benar yang dikatakan David, kalau mereka berdua belum melakukan sidang perceraian, tapi bukankah sebelumnya David sudah menjatuhkan talak terlebih dahulu kepada Qonita.
"Mas, sebaiknya kamu pulang sekarang. Kamu duduk manis saja di rumah, sambil nunggu surat panggilan untuk sidang perceraian kita."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments