"Enak gak, sayang?" tanya Ziva pada Elona saat mereka tengah makan pizza.
"Enak, bibi. Aku suka pizza. Ini makanan favorit aku. Ayah sering bawa aku ke tempat ini atau bawakan pizza kalau pulang kerja. Benar kan ayah?"
Abian mengangguk. Ia tidak ikut makan pizza. Hanya Elona dan Ziva saja yang makan.
"Ayah mau coba?" Tawar bocah itu.
"Tidak, Elona makan saja. Setelah ini kita langsung pulang," tolak Abian.
"Ayah mau pergi kerja lagi?"
"Tidak."
"Benarkah?"
"Iya. Memangnya kenapa?"
"Nanti kita main di rumah, ayah. Sama bibi Ziva juga. Ayah mau kan temani aku main?"
Abian melirik ke arah Ziva, wanita itu menganggukan kepalanya sebagai tanda kalau dia harus mau.
"Kita nanti main berdua saja, ya," jawab Abian kemudian memudarkan senyum Ziva.
"Bibi Ziva tidak di ajak, ayah?"
"Bibi Ziva kan sudah dampingi Elona di sekolah tadi, bibi Ziva pasti capek, sayang. Harus istirahat. Nanti kita main berdua saja. Ok!?"
Elona menoleh ke arah Ziva. "Bibi Ziva capek?"
Ziva menggeleng. "Tidak, Elona. Bibi Ziva tidak capek. Nanti bibi ikut main, ya."
Elona bersorak senang. "Asyiikk .."
Abian menghembuskan napas. Kenapa Ziva tidak menolak saja permintaan Elona. Dia malah menawarkan diri untuk ikut.
"Ya sudah, kalau begitu cepat habiskan makanan nya. Kita pulang."
"Baik, ayah."
Elona dengan semangat memakan pizza nya. Begitu pun dengan Ziva.
Setelah selesai makan pizza, mereka pulang. Sampai di rumah Ziva mengganti pakaian Ziva.
"Ayo, bibi. Kita bermain dengan ayah," ajak bocah itu dengan membawa kotak mainan berisi puzzle.
"Ayo, sayang."
Mereka keluar dari kamar dan menghampiri Abian di ruang televisi.
"Ayah, ayo kita bermain puzzle." Elona duduk di karpet permadani menghadap televisi bersama ayahnya.
"Menyusun puzzle?"
Elona mengangguk. "Iya, ayah."
"Ok. Sini ayah bantu susun."
Abian dan Elona mengeluarkan puzzle tersebut di kotak mainan. Sementara Ziva membuatkan minum di dapur.
Tidak berapa lama, Ziva kembali dengan membawakan susu dan satu cangkir kopi.
"Ini susu untuk Elona." Ziva memberikan susu hangat di tempat khusus untuk Elona.
"Terima kasih, bibi," ucap bocah itu.
"Dan ini kopi untukmu." Ziva menaruh secangkir kopi untuk Abian, lalu ia membisikan pada telinga pria itu.
"Kalau mau susu juga, boleh. Bilang saja," bisikan itu terasa menggelitik dan menjalar di sekujur tubuh Abian.
Pria itu menelan ludah nya dengan susah payah, wajahnya kembali menegang.
"Ayah, ini di taruh di mana?" pertanyaan Elona mengalihkan perhatian Abian.
"Iya, sayang. Kenapa?"
"Yang ini di taruh di mana, ayah?" Elona memberi satu potongan puzzle untuk di susun.
"Di sini." Abian menempelkan nya di tempat yang benar.
"Bibi boleh ikut kan?" tanya Ziva sambil duduk mendekat.
"Boleh, bibi. Ayo kita susun bersama."
Ziva pun ikut menyusun puzzle nya. Tidak terasa, tiga puluh menit berlalu dan mereka selesai menyusun puzzle nya.
"Ayah ke kamar dulu ya, sayang. Kau main dengan bibi Ziva. Tidak apa-apa kan?" pamit Abian.
"Iya, ayah," jawab Elona tidak masalah.
Pria itu bangkit berdiri lalu beranjak pergi dari sana. Ziva melirik cangkir kopi yang ia berikan tadi, ia pikir tidak di minum, ternyata sudah tandas.
"Elona habiskan dulu susu nya. Setelah ini tidur siang, ya. Bibi temani."
"Baik, bibi. Bibi mau bacakan dongeng lagi untukku kan?"
Ziva mengangguk. "Iya."
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
putia salim
harusnya arunika bisa membagi wktu buat keluarga,km sudah memerikan peluang buat penghianat
2023-02-05
3
bhubhu
suami Dan anak akan merasa nyaman dngan wanita yg tiap hari di rumah nya krna sering berinteraksi,, meskipun alasan sang istri bekerja krna ingin membantu perekonomian,, tpi tetap rasa nyaman akan tumbuh d hati suami,, ini cerita suara hati istri versi novel. 😁😁😁🤭
2022-11-07
2
Euis Nina
apa pantes, suami ada d rumah sama wanita lain lagi sedangkan istrinya bekerja banting tulang, harusnya kalo pun sudah tidak ada miting mendingan balik lagi ke kantor daripada di rumah, yg ada bikin dosa sama penghianatan😏
2022-11-05
1