"Hai, Aruna .."
Sapaan seseorang membuat Aruna yang tengah duduk menunduk di depan resto kini mendongakan kepalanya.
"Haikal?" Aruna bangkit berdiri.
"Sedang apa di sini?"
"Aku sedang menunggu suami jemput aku. Kau apa kabar?" jawab dan tanya balik Aruna.
"I'm fine, and you?"
"Fine."
"Good. Ah ya, kau kerja di sini?"
Aruna mengangguk. "Iya, aku kerja di sini dan aku bagian shift akhir."
"Kasihan sekali sudah larut malam kau masih di luar. Bagaimana kalau aku antar?" tawar Haikal kemudian.
"Tidak, terima kasih. Sebentar lagi suamiku pasti datang," tolak Aruna.
"Ok, tidak masalah."
"Ah ya, kau sendiri ada keperluan apa di sini?" Aruna balik bertanya.
"Tadi aku ada janji dengan seseorang."
"Oh begitu."
"Iya."
Aruna mengangguk-anggukan kepalanya.
"Mau aku temani selama suamimu belum datang?" tawar Haikal.
"Aku sendiri saja. Aku tidak enak jika suami aku datang dan melihatku dengan pria lain."
"Ah ya, aku paham. Kalau begitu aku duluan, ya. See you." Haikal pergi dari sana.
Dari kejauhan Aruna melihat mobil suaminya datang. Mobil tersebut berhenti tepat di samping tempat berdirinya. Abian turun dan segera menghampirinya.
"Aku minta maaf sudah membuatmu menunggu," ucap Abian merasa bersalah.
"Iya, tidak apa-apa. Elona sudah tidur?"
"Sudah, tadi aku bacakan dongeng untuknya."
"Benarkah?" Aruna senang sekali mendengarnya.
"Iya. Sekarang kita pulang, ya. Ini sudah terlalu malam."
Aruna mengangguk patuh. "Iya."
Abian pun membukakan pintu seperti biasa untuk istrinya. Setelah Aruna masuk, ia berjalan mengitari mobil guna masuk ke bagian jok kemudi. Sedetik kemudian, mobil sudah melesat pergi.
Lima belas menit kemudian, mereka sampai di rumah.
"Sayang, kau tidak melewatkan makan malam mu kan?" tanya Aruna memastikan.
"Kau tidak usah khawatir, aku selalu makan tepat waktu."
"Aku minta maaf tidak bisa setiap saat bersamamu, bersama Elona. Maaf jika aku sering membuatmu harus makan sendiri," ucap Aruna merasa bersalah.
Abian menghembuskan napas. Ia memegang kedua sisi bahu Aruna.
"Aku paham, sayang. Kau tidak perlu meminta maaf. Kau tidak perlu merasa bersalah seperti ini."
Aruna mengangguk. "Aku janji, setelah ekonomi keluarga kita stabil. Kita bisa membeli rumah impian dan memasukan Elona ke sekolah terbaik, aku akan berhenti bekerja dan fokus menjadi istri dan juga seorang ibu."
"Kau bekerja karena aku gagal memenangkan tender besar perusahaan. Maaf jika aku harus melibatkan mu untuk urusan tanggung jawab aku sebagai seorang suami," ucap Abian.
Aruna menggeleng. "Itu bukan salahmu. Aku tahu kau sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi mungkin itu belum rezeki kita. Dan untuk masalah aku bekerja, itu murni keinginanku. Jadi stop menyalahkan dirimu sendiri."
Abian sangat bersyukur lantaran Aruna mampu mengerti keadaan. Ia bawa wanita itu ke dalam pelukan.
"Terima kasih sudah mengerti, sayang. I love you .." ucap Abian tepat di telinga Aruna.
"I love you more, sayang .." balas Aruna.
Mereka saling memeluk satu sama lain. Membuat seseorang yang berdiri di balik tembok merasa gerah melihatnya.
"Aku pastikan cinta kalian akan berakhir sampai di sini. Maaf Aruna, aku teman baikmu sebelum aku merasa tertarik dengan suamimu. Dan sekarang, terserah kau ingin menganggapku apa."
Ziva mengepalkan kedua tangannya. Bola api dalam genggaman nya itu sebentar lagi akan ia lemparkan untuk membakar cinta antara kedua orang yang saat ini ada di depan matanya.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Denisya putri
Menyimpan duri dalam daging..
2024-08-11
0
Dewi Setiawati
perempuan gak tahu malu,,,di tolong malah jadi racun
2023-06-06
3
Bagja
haduh mulai kemakan nih para reader. knp dan knp yg ada di kepalaku... heuuhhh
2023-02-20
1