Pagi ini Ziva tak menemukan orang di rumah. Entah mereka yang bepergian terlalu pagi atau dia yang bangun kesiangan. Padahal waktu baru saja menunjukan pukul lebih lima belas menit.
"Huaaahhh .. Aku masih mengantuk .." Ziva menutup mulutnya yang menguap.
Ia berjalan ke ruang makan. Matanya terbuka sempurna begitu melihat makanan sudah tersaji di sana.
"Waw .. Ada makanan."
Ziva meraih secarik kertas yang terdapat di sana, tertera tulisan tangan.
Ziva. Aku masak untuk sarapan dan makan siang mu nanti. Kalau kamu butuh uang, aku udah taruh di bawah bantal kamar Elona.
Wanita itu mengulas senyum lebar usai membaca tulisan tangan di secarik kertas tersebut. Ia menarik kursi makan dan duduk di sana. Kemudian menyantap sarapan yang di buatkan oleh Aruna.
Setelah merasa kenyang, Ziva bergegas pergi ke kamar Elona. Ia membuka bantal dan terdapat dua lembar uang pecahan lima puluh ribuan. Bibirnya kembali mengulas senyum lebar.
"Yesss .. Akhirnya aku punya uang juga, walaupun gak banyak," ucap wanita itu merasa senang.
Ziva bergegas pergi dari sana dan kembali ke kamarnya. Mencuci muka di kamar mandi yang tersedia di kamar lalu mengganti pakaian.
"Uang segini cukup gak ya buat beli parfum, body lotion sama make up?" pikir nya sebelum pergi.
Ziva berdecak. "Ck. Beli parfum dulu aja, deh," putusnya sebelum kemudian pergi.
***
"Selamat pagi, tuan Abian."
"Selamat pagi, tuan."
Beberapa karyawan di kantor menyapa Abian begitu ia berjalan melewati mereka. Ia hanya membalas dengan senyum kecil sebelum kemudian pergi ke ruangannya.
Baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi, ia sudah mendapat telepon. Ia segera mengangkat telepon tersebut.
"Halo .."
"Halo, tuan. Ada yang ingin bertemu denganmu," kata seseorang di sebrang telepon.
"Siapa?"
"Tuan Haidar."
"Suruh dia masuk ke ruangan ku."
"Baik, tuan."
Abian pun menutup telepon nya. Tidak berapa lama, pintu ruangannya di ketuk oleh seseorang.
"Masuk!" teriak Abian.
Pintu pun terbuka dan muncul sosok pria dari balik pintu.
"Hei .. Apa kabar?" sapa Abian begitu orang tersebut masuk ke ruangannya.
Mereka saling berjabat tangan dan memeluk sekilas.
"Baik, baik. Kau sendiri bagaimana?" tanya balik pria itu.
"Baik. Kapan kau pulang ke Tanah Air?"
"Kemarin."
"Aku pikir kau sudah lupa jalan pulang."
"Hahaha ..." Pria itu tertawa.
"Ah ya, ada urusan apa sampai pulang? Bukan kah kau sibuk dengan urusan bisnis mu di Negri Kincir Angin?"
"Ada hal yang lebih penting tentunya."
"Hal apa? Kau pulang bersama istrimu?"
Haidar menggeleng. "Aku sudah berpisah dengan nya."
Abian sedikit terkejut mendengarnya. "Kau berpisah? Kenapa?"
"Aku tergoda wanita lain," terang pria itu sontak mendapat tepukan di lengan.
"Sialan."
"Tapi aku tidak berbohong, Bian. Ini serius. Aku merasa sudah sangat bosan dengan istriku yang cerewet. Setiap aku pulang kerja, aku bukan mendapat perhatian, apalagi manjaan. Dia selalu mengomel jika aku pulang telat."
"Hanya karena itu kau memilih berpisah?"
"Bukan hanya itu, Bian. Aku kerap di tuduh selingkuh dan bermain wanita jika pulang larut malam. Padahal aku bekerja keras untuk menghidupi dia juga."
"Lantas?"
"Daripada aku di tuduh yang macam-macam, aku tidak merasa dengan setiap tuduhan nya. Lebih baik aku selingkuh beneran saja. Adil buka?"
"Sialan kau!"
"Dan ternyata memang benar, Bian. Selingkuh itu bukan hanya indah, tapi mantap. Aku bisa merasakan kenikmatan dari setiap wanita yang berbeda." Haidar menceritakan nya sambil membayangkan apa yang selama ini ia lewatilewati bersama para wanita nya.
"Kau ada rencana juga untuk selingkuh?" tanya Haidar kemudian dan mendapat pukulan kedua di lengannya.
"Pertanyaan yang konyol."
Haidar tertawa terbahak-bahak. "Aku hanya bertanya, Abian. Kenapa kau harus marah? Hahaha ... Apa mungkin kau pun sudah memiliki wanita simpanan?"
"Pergi kau dari ruangan ku, jangan racuni pikiran ku dengan hal konyol sepertimu."
"Hahaha .. Aku hanya bercanda, Bian. Aku hanya bercanda. Hahaha .."
Setiap kali bertemu, Abian dan Haidar memang selalu begitu. Mereka memiliki cara bercanda yang berbeda.
Tiba-tiba saja Abian teringat dengan Ziva, entah kenapa nama dan wajah wanita itu kini kerap kali terlintas dalam pikirannya. Apalagi bayangan di kolong meja yang membuatnya selalu gagal fokus.
Haidar menepuk pundak Abian. "Hei, kau kenapa?"
Tepukan tersebut membuyarkan lamunan Abian.
"Kau pasti memiliki wanita incaran juga kan?" tebak Haidar.
"Aku bukan pria sepertimu. Aku hanya setia dengan istriku-Aruna," jawab Abian.
"Kau yakin?"
"Tentu saja."
"Tapi aku tidak yakin. Seorang pria tidak akan pernah cukup dengan satu wanita. Ada masanya pria akan tergoda oleh wanita lain ketika dia mulai merasa bosan dengan istrinya. Termasuk aku. Kau pun bisa jadi," ucap Haidar.
Abian hanya menyunggingkan sudut bibirnya. Berharap ia konsisten dengan ucapannya, meskipun mulut, hati, dan pikiran sudah mulai tidak ber sinkron.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
putia salim
abian sm ziva sm bangke😤
bodoh nya abian udah punya istri pandai masak,sayang sm suami dan anak,rela membantu mncari nafkah,tidak neko2...
malah trgoda sm pelakor parasit,udah numpang kpingin dpt uang gratis,g bisa masak,apanya coba yg bs dibanggain🤦♀️....
ancuuuurrtr....
2023-02-05
3
Euis Nina
racun tikus🐭 datang😏😏
2022-11-05
1
Uthie
teman lucknut 😡
2022-11-05
1