Keesokan harinya, Ziva tidak melihat suami Aruna di meja makan saat ia di ajak sarapan. Hanya ada Aruna dan bocah perempuan saja di sana.
"Runa, suami mu kemana? Kenapa dia tidak ikut sarapan? Apakah gara-gara aku ada di sini?" tanya Ziva kemudian.
"Suami ku sudah berangkat ke kantor. Dia ada meeting penting dengan klien," jawab Aruna membuat Ziva menghela napas lega.
"Aku pikir suami mu tidak ikut sarapan karena tidak suka aku ada di sini."
"Tidak usah khawatir, suamiku tidak mempermasalahkan kehadiranmu di sini."
"Aku jadi segan rasanya."
"Tidak apa-apa. Santai saja, Ziva. Kita sudah berteman sejak lama, jadi kau jangan sungkan."
"Terima kasih banyak, Aruna."
"Sama-sama. Ah ya, aku harus segera mengantar putriku ke sekolah. Nanti kau bisa ceritakan permasalahannya sepulang antar putriku. Kau teruskan saja sarapan nya."
Aruna beranjak dari sana, meninggalkan Ziva di rumahnya sendirian. Ia harus segera mengantar Elona ke sekolah, pendidikan anak usia dini.
Setelah Aruna pergi, Ziva yang sudah menyelesaikan sarapan nya ikut beranjak dari sana. Dia hendak kembali ke kamarnya, namun tiba-tiba langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar seseorang.
"Apa ini kamar Aruna dan suaminya?" pikir wanita itu.
Ziva menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan jika tidak ada orang lagi di rumah tersebut selain dirinya. Setelah merasa aman, Ziva memberanikan diri untuk meraih gagang pintu dan membuka pintu tersebut.
"Ups .. Ternyata tidak di kunci," ujarnya.
Ziva melangkah masuk ke dalam kamar tersebut. Kamarnya lebih besar di banding kamar tamu yang ia tempati. Selain itu, kamarnya juga lebih rapi dan harum.
Langkah Ziva semakin masuk ke dalam kamar tuan rumah. Ia mengedarkan pandangannya ke atas, memastikan jika tidak ada sesuatu yang bisa mengawasi dirinya. Ternyata tidak ada CCTV di sana.
Ziva melangkah ke arah lemari besar yang tidak jauh dari tempat berdirinya. Ia beranikan diri untuk membuka pintu lemari tersebut, dan yang pertama ia lihat adalah ****** ***** milik suami Aruna.
Senyumnya seketika terbit, ia ambil barang tersebut lalu menghirup aroma dari barang tersebut dalam-dalam. Meski aroma pewangi pakaian cukup wangi tercium, namun aroma yang khas masih tercium di barang tersebut.
"Oh my god, ukuran nya pasti sangat besar. I like it," ujar Ziva di akhiri dengan gigitan bibir bawahnya.
Ingatan semalam tentang suami Aruna yang mengobati lukanya kembali terlintas di kepala Ziva.
"Suami Aruna ternyata tampan juga. Dia baik dan perhatian. Tapi, aku belum tahu namanya."
"Aku harus bisa tinggal di sini lebih lama. Sepertinya dia cukup menarik."
Mendengar suara kendaraan yang masuk ke halaman rumah membuat Ziva segera menaruh kembali barang milik suami Aruna di tempat semula.
"Kenapa Aruna cepat sekali pulangnya?"
Ziva bergegas keluar dari kamar Aruna. Ia harus segera kembali ke dapur untuk membersihkan bekas sarapannya.
Baru beberapa langkah keluar dari kamar tersebut, Ziva mengurungkan niat untuk kembali ke dapur begitu melihat siapa sosok yang datang.
"Hai .." sapa Ziva.
Sosok orang yang tampak sedang terburu-buru itu menoleh. Ziva berjalan menghampiri lebih dekat.
"Terima kasih sudah mengobati lukaku semalam," ucap Ziva dengan senyuman menggoda.
"Iya, sama-sama," jawab pria itu datar.
Melihat pria itu hendak masuk ke kamar, Ziva berpikir bagaimana caranya agar bisa menahan dia sedikit lama dengannya. Ziva menyunggingkan sebelah sudut bibirnya begitu ide brilian terlintas dalam kepala.
"Aaaa .. Kecoa .. Kecoa .." Ziva menjerit ketakutan dan memeluk tubuh suami temannya dengan sangat erat.
Abian sendiri terkejut begitu wanita itu memeluk dirinya.
"Mana kecoa?" tanya Abian dengan melepaskan tangan Ziva yang melingkar di tubuhnya.
"Itu .. Itu di sana. Aku takut sekali .." Ziva semakin mempererat pelukannya, tidak membiarkan suami Aruna melepaskan tangannya dari tubuh pria itu.
"Mana? Tidak ada."
"Ada. Tadi ada di sana. Aku takut sekali .."
"Tidak ada. Tidak ada kecoa." Abian menyisir lantai di sekitarnya, ia sama sekali tidak melihat ada kecoa di sana.
Ziva pun melepaskan pelukannya. "Sudah tidak ada, ya?"
"Tidak ada. Lagipula, di sini tidak pernah ada kecoa. Aruna istri yang begitu menyukai kebersihan, jadi tidak mungkin jika ada kecoa berkeliaran di sini."
Entah kenapa Ziva tidak suka mendengar pria itu memuji istrinya secara berlebihan.
"Tapi aku tidak bohong. Tadi ada."
"Ya sudah, kalau begitu kau kembali saja ke kamar. Akan lebih aman jika memang ada. Aku sedang buru-buru."
Abian membuka pintu kamarnya, guna mengambil berkas yang ketinggalan.
"Tunggu! Namamu siapa?" cegah Ziva.
Pria itu menoleh, melirik pergelangan tangannya yang di tahan oleh Ziva. Wanita segera melepaskan pegangannya.
"Maaf, aku hanya ingin tahu saja siapa namamu," ucap Ziva.
"Abian." jawab pria itu kemudian masuk ke dalam kamar.
Sementara Ziva mematung di tempat. Senyumnya mengembang dengan sempurna. Ia berhasil mengetahui nama suami Aruna.
"Abian? Nama yang terdengar menarik. Aku suka namanya," gumam Ziva.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Eka 'aina
cihhh dasar wanita murahan banci bngt sama pelakor tapi penasaran pen baca 😠
2024-08-09
0
Endah Nigel Moms Nigel
wanita murahan jadi nda suka baca🙏
2024-06-25
1
Rere Niae Cie'kecee
dasar temn laknat🤬🤬🤬
2023-07-03
2