Aruna berjalan mengampiri suaminya yang tengah duduk di sofa kamar sambil menatap layar laptop.
"Mau aku buatkan kopi?" tawar Aruna.
"Tidak usah, lagipula sedikit yang harus aku kerjakan," tolak Abian.
"Ya sudah, kalau begitu aku temani."
Aruna menemani Abian selama pria itu mengerjakan sesuatu di layar laptopnya. Sebelumnya Abian sudah memberi tahu jika besok dia ada meeting dengan klien.
Sepuluh menit kemudian, Abian menutup laptopnya. Itu artinya, dia sudah selesai.
Aruna menguap, kedua matanya sudah memerah. Abian menangkup kedua pipi dan menatapnya dengan jarak yang cukup dekat.
"Kau mengantuk, sayang. Ayo kita tidur," ajak Abian di angguki oleh Aruna.
Mereka bangun dari duduknya dan berjalan beberapa langkah ke arah ranjang tempat tidur. Mereka membaringkan tubuhnya di sana. Aruna tidur di atas lengan Abian.
"Teman mu mau di sini berapa lama?" tanya Abian tiba-tiba.
Aruna menggeleng. "Entah. Dia belum cerita apapun tentang apa yang terjadi pada dirinya. Nanti aku coba tanyakan padanya."
"Dia sudah bersuami?"
"Setahuku sudah. Lima tahu lalu sebelum aku sama dia lost kontak, dia kabarnya akan menikah dengan pacarnya."
Abian mengangguk-anggukan kepalanya.
"Aku rasa dia memiliki masalah dengan suaminya."
Aruna menatap suaminya terheran. "Kenapa kau bisa menyimpulkan hal itu?"
"Kau lihat lebam di sudut bibirnya? Aku rasa dia mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Maka dari itu dia kabur bawa koper, dan dia kembali mendatangi mu. Teman yang sudah lima tahun lalu tidak pernah dia jumpai."
Aruna mencerna setiap kalimat yang di ucapkan oleh Abian. Sepertinya ada benarnya juga, tapi untuk memastikan kebenarannya. Ia harus tanyakan langsung pada Ziva nanti.
"Besok aku bagian shift siang, aku bisa coba tanyakan apa yang terjadi pada temanku."
"Iya. Sekarang kita tidur, aku tahu kau pasti sangat lelah. Bekerja seharian di resto pasti membuatmu lelah bukan?"
Aruna mengangguk. "Iya."
"Mau aku pijat?" tawar Abian.
"Boleh."
Abian pun memijati pelipis Aruna sampai wanita itu tertidur pulas. Abian pun ikut memejamkan mata, menyusul Aruna ke alam mimpi.
***
Selesai makan, Ziva bingung harus ngapain. Pasalnya ia tidak bisa mengerjakan tugas rumah. Jika ia tidak membersihkan bekas makannya, bisa-bisa Aruna berubah pikiran dan tidak memberinya izin untuk numpang di sana. Terpaksa ia harus melakukannya.
Mencuci piring pun selesai, Ziva berniat untuk mengelap meja makannya. Tapi ia tidak sengaja menyenggol gelas sampai terjatuh dan pecah.
Prang..
Suara pecahan gelas tersebut terdengar oleh Abian. Pria itu terbangun.
"Ah ya ampun, kenapa harus pecah segala, sih?" Ziva menyesali perbuatannya.
Ia buru-buru membersihkan kepingan kaca dari pecahan gelas tersebut. Berharap tuan rumah tidak mendengarnya.
"Ada apa?"
Pertanyaan seseorang membuat Ziva mendongakan wajah, ia menelan ludah dengan susah payah begitu melihat siapa orang yang berdiri di hadapannya saat ini.
"Maaf, maaf. Aku tidak sengaja. Aku janji akan membersihkannya," ucap Ziva.
Dia memunguti kepingan gelas kaca tersebut hingga tidak sengaja melukai tangannya sampai berdarah.
"Aawww .." Ziva memekik kesakitan.
Seseorang yang tak lain adalah Abian itu mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar. Ia berjongkok dan melihat jari telunjuk teman istrinya mengeluarkan banyak darah. Ia jadi kasihan.
"Tunggu sebentar. Aku ambilkan obat merah untuk lukamu." Abian beranjak pergi dan tidak berapa lama kembali.
Abian membantu mengobati luka di jari telunjuk Ziva.
"Aaww..." Ziva meringis kesakitan.
"Tahan, jika tidak di obati nanti bisa infeksi," ujar Abian.
Pria itu membungkus jari telunjuk Ziva menggunakan perban. Mendapat perhatian kecil seperti demikian membuat hati Ziva terasa berdesir. Ia menatap wajah suami temannya selama pria itu mengobati lukanya.
"Sudah selesai," ujar Abian.
Pria itu mendongakan wajah dan mendapati Ziva tengah tersenyum padanya. Pandangan mata mereka bertemu, namun dengan cepat Abian segera mengalihkan pandangannya.
"Kau bisa langsung ke kamar. Ini biar aku saja yang bersihkan," kata Abian sedikit gugup.
Ziva tak memalingkan pandangannya dari wajah Abian. Senyum nya pun tidak pudar.
"Terima kasih," ucap Ziva kemudian.
"Hm," jawab Abian.
Ziva pun melipir pergi dari sana, sementara Abian harus membersihkan kepingan kaca tersebut sebelum Aruna terbangun.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Gina Savitri
Aruna bodoh, masa masukin temen cewek ke rumah sendiri tanpa pengawasan 😐
2024-10-14
0
Denisya putri
hadeehh ,, pengen tak cos geni lambene
2024-08-11
0
Hartatik
paling benci sama yg namanya pelakor,tp yah panasaran juga kelanjutanya.
2024-03-08
1