Abian masuk ke kamarnya. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa kamar. Berusaha menepis apa yang telah terjadi padanya barusan dengan Ziva.
Sentuhan tangan lembut Ziva di dadanya masih terasa, hangat dan wangi bibir wanita itu serasa masih tercium.
"Apa yang kau pikirkan, Bian?" ujarnya seraya mengusap wajahnya sedikit kasar.
Ketukan pintu membuyarkan lamunan nya. Entah kenapa seketika ia merasa gugup, jika yang mengetuk pintu kamarnya adalah Ziva.
Perlahan Abian berjalan ke arah pintu, tangannya meraih knop pintu dan muncul seseorang dari balik pintu.
"Ayaaahh .."
Seseorang itu ternyata Elona, bocah kecil itu merentangkan kedua tangannya minta di gendong.
"Elona, sayang. Kau sudah bangun?" Abian langsung menggendong putrinya.
"Sudah, ayah. Bibi Ziva tadi bilang ayah sudah pulang. Maka dari itu aku kemari."
Abian mencubit pipi Elona dengan gemas. Lalu membawa bocah itu masuk ke kamar. Abian kembali duduk di sofa sementara Elona dalam pangkuannya.
"Bagaimana tadi di sekolah? Apa ada temannya yang nakal?" Sebuah pertanyaan yang sering Abian tanyakan pada putrinya.
"Tidak, ayah. Teman-teman ku hari ini baik sekali. Bahkan tadi aku di beri kue oleh salah satu temanku yang berulang tahun."
"Ulang tahun?"
Elona mengangguk membenarkan.
Mendengar kata ulang tahun, mengingatkan Abian pada ulang tahun pernikahannya dengan Aruna.
"Ada apa, ayah? Kenapa diam?"
"Tidak, sayang. Tidak apa-apa. Ternyata temanmu baik-baik, ya."
"Iya, ayah."
"Belajar apa tadi di sekolah?" tanya Abian lagi.
"Berhitung."
"Apa itu menyenangkan?"
"Lebih menyenangkan belajar dengan bibi Ziva, ayah. Aku belajar menggambar dan mewarnai dengannya."
"Belajar dengan teman ibu?"
Elona mengangguk lagi. "Iya, ayah. Aku senang belajar dengan bibi Ziva."
"Kau senang?"
"Iya, ayah."
Abian terdiam untuk beberapa saat. Ia ikut senang jika putrinya senang. Dan tidak ada salahnya jika teman istrinya tinggal di rumahnya, jika membawa pengaruh positif untuk putrinya.
***
Ziva merasa sangat lapar. Ia ingin makan makanan yang enak. Meski ada bahan masakan di dalam kulkas, semua terasa percuma lantaran ia tidak bisa memasak.
Tadi siang ia makan dengan mie instant. Sepertinya makan malam pun terpaksa dengan mie instant lagi.
"Huftt .. Aku tidak punya uang, tidak punya ponsel. Aku pikir dengan tinggal di sini aku bisa makan makanan yang enak." Ziva merasa sangat kesal.
Ia putuskan untuk keluar kamar guna pergi ke dapur. Lantaran perutnya sudah keroncongan sejak satu jam lalu.
Begitu keluar kamar, ia melihat Abian sudah tampak rapi dan tampan sekali. Sepertinya pria itu hendak pergi. Ziva buru-buru menghampiri.
"Hai .." sapa Ziva dan di balas senyum oleh Abian.
"Aruna belum pulang kah?" tanya Ziva basa-basi.
"Belum. Ini aku baru akan menjemputnya," jawab Abian.
"Oh, begitu. Ya sudah, hati-hati."
"Iya, terima kasih."
Abian pun bergegas pergi dari hadapan Ziva. Pria itu sangat wangi dan keren.
"Aruna beruntung sekali memiliki Abian. Bagaimana caranya aku bisa di posisi Aruna, ya?" Ziva tampak berpikir, beberapa detik kemudian ia mengembangkan senyum.
"Bibi Ziva .."
Panggilan Elona membuyarkan lamunan Ziva. Ia sedikit terkejut mendapati Elona tiba-tiba ada di sana.
Ziva membungkukan badanya. "Elona .. Kok ada di sini, sayang?"
"Bibi Ziva sedang apa di sini? Kenapa bibi senyum-senyum?"
Ternyata bocah kecil itu memergoki dirinya, jangan sampai Elona tahu jika tadi dia juga melihat dirinya ngobrol dengan ayahnya.
"Tidak, tidak kenapa-kenapa, sayang. Bibi temani Elona tidur, ya?" tawar Ziva mengalihkan pembicaraan.
Elona mengangguk. "Iya, bibi. Ayo."
"Ayo, sayang."
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
putia salim
pst emosi tiap baca dipartnya sijalang
2023-02-05
2
juwita
mampir thor
2022-11-28
1
Euis Nina
jangan biarain elona deket sama c ziva karna dia bawa pengaruh buruk😏
2022-11-05
1