Abian melirik jam dinding di kamarnya, waktu sudah menunjukan pukul delapan malam. Masih ada waktu sekitar dua jam lagi untuk menjemput Aruna.
Ia memilih untuk mengecek Elona di kamar, memastikan apakah putrinya sudah tidur atau belum. Dan begitu ia buka pintu kamar putrinya, Ziva tengah membacakan dongeng untuk Elona.
"Ayah .." panggilan Elona mengurungkan niat Abian untuk pergi.
Ziva pun menoleh padanya.
"Eh, ada ayahmu, sayang. Ayahmu pasti akan membacakan dongeng untukmu juga."
"Benarkah?"
"Iya, coba tanyakan."
Elona pun menoleh kembali pada ayahnya.
"Ayah mau bacakan dongeng juga untukku?"
"Hm?" Abian tampak kebingungan, sebelum akhirnya dia mengangguk. "I-iya, sayang."
"Kemari, ayah. Bacakan dongeng untukku seperti bibi Ziva."
Mau tidak mau, akhirnya Abian melangkah masuk ke kamar putrinya.
"Duduk di sini, ayah," pinta Elona sembari menepuk tepi ranjang sebelah Ziva.
Abian mengangguk. "Iya, sayang."
Ziva memberikan buku dongeng nya pada Abian, pria itu menerimanya.
"Bacakan dongeng yang seru, ayah," pinta Elona dengan semangat untuk mendengarkannya.
"Tapi Elona janji, setelah ayah bacakan dongeng nya, Elona tidur, ya."
Bocah itu mengangguk. "Baik, ayah."
Abian pun membuka buku dongeng tersebut dan mulai membacakan cerita dongeng nya. Sementara Ziva membelai lembut rambut Elona sampai bocah itupun tertidur.
"Sudah tidur." Ziva memberi tahu.
Abian pun menghentikan bacaan dongeng nya. Ia menatap wajah putrinya yang sepertinya sudah pulas.
"Kalau kau mau tidur juga, silahkan. Biar Elona aku yang jaga," kata Abian.
"Tidak apa-apa, aku di sini saja."
"Kau yakin?"
"Iya."
"Ya sudah."
Abian dan Ziva menjaga Elona, rasa canggung masih di rasakan oleh Abian. Namun ia berusaha untuk tetap tenang dan biasa saja.
Ziva menguap, ia sudah mulai mengantuk. Tapi ia harus tahan.
"Kalau mengantuk, tidur saja. Elona biar aku yang jaga," kata Abian lagi.
"Tidak apa-apa," jawab Ziva dengan seulas senyum.
Lima menit berlalu, Ziva semakin kerap menguap. Sampai akhirnya ia tertidur dengan posisi menyandar di sandaran ranjang tempat tidur Elona.
Abian menggeleng-gelengkan kepala. Dari tadi ia sudah menyuruh Ziva untuk tidur, tapi dia pura-pura tidak mengantuk. Padahal dia ngantuk berat.
Kini hanya jarum jam yang terdengar. Abian menatap wajah putrinya. Elona pulas sekali tidurnya. Kemudian pandangannya jatuh pada wajah Ziva. Wanita itupun tampak pulas tidurnya. Beberapa anak sulur rambut menutupi wajah Ziva.
Abian meneguk salivanya dengan susah payah, perlahan tangannya bergerak. Ia berniat untuk mengalihkan anak sulur rambut yang menutupi wajah Ziva. Namun urung, begitu ponselnya berdering dan mengeluarkan nama Aruna di layar.
"Halo, sayang. Kau sudah selesai?"
"Sudah. Kau dimana?" tanya Aruna dari sebrang sana.
Abian melirik jam dinding yang terdapat di kamar putrinya. Jarum jam sudah mengarah ke angka sepuluh.
"Ah ya ampun .. Sayang, tunggu sebentar, ya. Aku ke sana sekarang."
Abian mengakhiri panggilan teleponnya. Ia bergegas pergi dengan langkah tergesa.
"Ya ampun, kenapa aku bisa telat menjemput Aruna. Semoga Aruna tidak marah."
Abian merutuki dirinya. Berharap Aruna tidak akan marah padanya.
Ia mempercepat langkahnya menuju mobil, kemudian ia menancapkan gas dan mobil berlalu dengan kecepatan tinggi.
Sementara di tempat lain, Aruna mengerutkan dahinya. Sedikit aneh.
"Tumben dia telat jemput. Biasanya kan udah stay di sini." pikir wanita itu.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
putia salim
😠😠😠😠
2023-02-05
1
Euis Nina
gak pantes itu yah bukan suami istri v satu kamar, ya walaupun ada elona v tetep aja elona itu cuma bocah😏😒
2022-11-05
2
Lihayati Khoirul
sudah tau gitu masih mau memelihara ular
2022-10-30
2