Baby Sitter Tuan Muda
Alexandria melangkah kembali ke ruangannya. Terlihat beberapa office boy sedang menambahkan sebuah meja kerja di ruangan itu. Kedua meja kerja itu terlihat membentuk letter L dengan sedikit jarak di antara keduanya.
Sebenar Alexa merasa tidak nyaman dengan posisi itu. Tapi setelah dicoba mereka - reka di dalam otaknya tidak ada posisi lain yang cukup untuk ruangan itu. Karena memang ruang kerjanya tidak terlalu besar ditambah di sana ada 1 set sofa serta lemari besar tempat penyimpanan beberapa dokumen dan laporan.
Setelah selesai Alexa duduk kembali di kursi kerjanya dan mulai membuka laptop.
Kemana perginya si tuan muda pikirnya. Jangan-jangan dia kabur gumam Alexa dalam hati sambil tersenyum sendiri.
Tak lama kemudian, Theo masuk ke ruangan itu disusul oleh si tuan muda. Alexa refleks berdiri untuk menyambut kedatangan atasan dan bos kecil itu. Alexa memberi senyum dan mengangguk lalu mengulurkan tangannya ketika Theo memperkenalkan mereka satu sama lain.
Devon menjabat tangan Alexa dengan raut muka datar seperti biasa. Kemudian Theo menyerahkan dokumen program magang yang berisi data-data Devon ke Alexa dan buku panduan perusahaan kepada Devon. Lalu Theo pamit keluar ruangan meninggalkan Alexa dan Devon yang masih terpaku di posisi masing-masing.
Baiklah mari kita mulai gumam Alexa dalam hati. Ingat ajaran yogamu Lex, apa yang kita pikirkan sering kali itu lah yang terjadi, berpikirlah positif agar semesta membantumu. Anggap saja kamu sedang membekali Anthony adikmu sebelum terjun ke dunia kerja.
Begitulah kira-kira bisikan peri pelindungnya sebelum peri jahat meracuni otak Alexa.
Alexa menatap dengan menyipitkan matanya ke arah tuan muda itu yang telah duduk di sofa, kemudian dia melangkah ke meja kerjanya dan membuka tas. Tangannya merogoh isi tas dan berhenti ketika dia sudah menemukan apa yang dia cari. Alexa menggenggam benda kecil berbungkus plastik itu kemudian menyodorkan ke arah Devon.
“Maaf Tuan Devon, silahkan pakai tissue basah ini untuk membersihkan noda di baju Anda,” ujar Alexa yang ditanggapi dengan gelagapan oleh Devon.
Matanya langsung mencari sesuatu di bajunya, dan ternyata di sana terlihat noda berwarna merah muda seperti bekas lipstick wanita.
Pantesan tadi ketika dia sedang berjalan ke toilet orang-orang senyum-senyum padanya. Apa ini lipstick perempuan itu yang menempel ketika mereka bertabrakan?
“Maafkan atas keteledoran saya sampai menabrak anda Tuan. Itu lipstick biasa bukan yang colour stay, jadi masih bisa hilang," terang Alexa.
Devon hanya memegang tissue basah itu tanpa melakukan apa yang diminta oleh Alexa. Melihat itu Alexa tidak mau memaksa.
Ayo Alexa bayangkan kalau bocah ini adalah adikmu Anthony, apa yang bisa membuat dia menjadi adik manis dan penurut gumam Alexa pada dirinya sendiri.
"Oh ya Tuan Devon, mengingat pekerjaan analyst lebih banyak di depan komputer dan dalam ruangan, apakah Tuan membutuhkan minuman atau makan kecil, jus, kopi, kacangan-kacangan atau mini pastry mungkin?” tanya Alexa.
Seingatnya Anthony selalu ditemani makanan kecil pada saat belajar.
“Boleh, air putih dan capuccino. Yang lainnya terserah saja," balas Devon yang mulai terkikis rasa angkuhnya karena perhatian Alexa.
Sekilas tuan muda itu menatap ke arah Alexa. Melihat mulai ada reaksi Alexa melanjutkan pancingan berikutnya.
“Baik, saya akan meyampaikan ke Pak Dirman untuk menyediakannya setiap hari. Oh ya, kalo boleh saya memberi saran, sebaiknya Tuan menghapus noda di baju Tuan. Setelah ini kita akan berkeliling ke divisi lain untuk familirisasi. Noda itu nanti akan menarik perhatian dan menimbulkan pikiran negatif orang-orang," ujar Alexa meminta pengertian Devon dengan sopan.
Devon mulai mengusap noda merah jambu di kemeja putihnya sekenanya, sehingga noda merah muda itu masih terlihat. Devon terlihat tidak puas dengan hasil kerjanya dan kemudian mengambil tissue basah yang tergelatak di atas meja sofa kemudian menyodorkan ke arah Alexa.
Benar-benar bocah gumam Alexa. Mengerjakan hal segampang ini saja tidak becus!
Alexa menyambut sodoran tissue basah dari tangan Devon kemudian menghempaskan tubuhnya untuk duduk di sebelah bocah itu. Tanpa menatap Devon, jari-jari tangan kiri Alexa masuk ke sela-sela kancing bajunya menjadi alas di bawah bagian yang terkena noda, sementara tangan kanannya yang telah memegang selembar tissue basah dengan sigap langsung menyeka noda itu.
Posisi mereka yang berkedatan membuat Devon bisa mencium aroma bunga yang lembut dari rambut dan tubuh Alexa. Senyum Devon tersungging di bibirnya. Namun karena Alexa terlalu fokus dengan usahanya menghilangkan noda itu, dia tidak melihat rona muka bad boy Devon.
Tanpa mereka sadari, kejadian di sofa itu terlihat oleh Ninda yang akan mengantarkan beberapa berkas ke meja Alexa. Ninda yang hanya sempat menyembulkan kepalanya dari pintu, pelan-pelan melepaskan handle pintu agar kehadirannya tidak diketahui oleh Alexa dan Devon.
Dia berusaha menahan ekspresi wajahnya agar tidak membuat banyak tanya dari rekan-rekannya yang lain. Dia pun kembali ke kubikelnya dan menunda menyerahkan berkas itu.
Sementara Alexa telah menekan-nekan kemeja Devon dengan tissue kering yang ada di meja sofa untuk mengurangi kesan basah di kain putih itu. Setelah merasa puas dengan hasil kerjanya, Alexa meraup semua bekas tissue yang berserakan di meja kemudian berdiri dan berjalan ke arah tong sampah yang ada di sudut ruangan.
Beneran bakal jadi baby sitter nih, gumam Alexa dalam hati.
Selama Alexa menghapus noda lipstick di bajunya, Devon hanya diam sambil menikmati aroma lembut yang direkam oleh indra penciumannya.
“Mari silahkan Tuan Devon," ujar Alexa sambil beranjak ke arah pintu. Devon pun bangkit dari sofa dan mengikuti Alexa ke luar ruangan.
Melihat Alexa dan Devon yang sudah berada di antara kubikal di ruang kerja tim analyst itu, Ninda dan rekannya yang lain Rico, Danu, Jaka dan Femi langsung berdiri mengucapkan salam setelah Alexa memperkenalkan nama masing-masing beserta tanggung jawabnya.
Gadis itu juga menunjukan ruangan Dirga yang berada di antara ruangannya dengan Theo. Alexa juga menyampaikan jika Dirga sedang mewakili Theo untuk rapat dengan tim business development.
Alexa bergerak cepat untuk membawa Devon berkeliling ke semua divisi di lantai itu. Hanya 3 divisi saja yaitu Business Development dan Information Technology selain Business Analyst. Semua manager dan karyawan di sana yang sudah diberitahukan akan kehadiran tuan muda itu oleh Ninda melalui group chat para sekretaris. Mereka segera memberi hormat dan senyum karir terbaiknya.
Devon hanya merespon sekedarnya, matanya terus memperhatikan gerak - gerik Alexa. Memperhatikan gaya berpakaian Alexa yang hari itu mengenakan celana panjang warna dark grey model editor cut dilengkapi blazer berlengan tiga perempat berwarna senada serta inner kemeja round neck berwarna putih gading dan sepasang sepatu bertumit rendah warna krem lembut.
Dengan perawakan kecil, rambut hitam panjang di bawah bahu, kulit putih bersih, riasan tipis tidak mencolok cukup mampu menyamarkan usianya yang sudah kepala tiga tahun ini.
Not bad lah, gumam Devon dalam hati.
Setidaknya selama enam bulan kedepan dia akan mendapat pemandangan yang lumayan, walau pun Alexa tidak masuk kriteria gadis – gadis teman kencannya.
Ah shit!
Devon membuyarkan lamunannya sendiri.
Ingat target dan kesepakatanmu dengan big boss pe’a, gumam Devon pada diri sendiri.
Mengingat jadwal hariannya yang padati oleh kerja, kuliah dan magang dari pagi sampai malam membuat perutnya mual. Tak terasa mereka telah sampai kembali di depan pintu kantor divisi business analyst.
“Mbak Alexa!" ujar Devon memanggil Alexa yang hendak membuka pintu.
Alexa memutar kepala dan melihat ke arah Devon yang berada tak jauh dari sampingnya.
Nah gitu dong, sopan sama orang yang lebih tua, gumam Alexa dalam hati.
“Ya, ada yang bisa saya bantu, Tuan Devon?” tanya Alexa dengan ramah sesuai standar customer service sambil membalikan badannya berhadapan langsung dengan tuan muda itu.
“Saya akan ke kampus lebih awal, ada yang harus diurus, sore saya kembali," ujar Devon.
“Oh tentu. Silahkan Tuan Devon. Hati-hati dan sampai jumpa,” balas Alexa masih dengan senyum di bibirnya.
Devon sekilas tersenyum dan kemudian mengayunkan langkahnya menuju lift.
Alexa mendorong pintu ruangan analyst itu dan menghembuskan napas kasar seperti melepaskan beban di dadanya. Dia berjalan dengan membuka mulut lebar kemudian mengerucut, mata di kedip - kedip seperti orang yang sedang senam wajah.
Kelakuannya membuat semua rekan-rekannya tertawa dan yang terdengar paling nyaring adalah suara tawa Ninda. Mereka sudah paham pasti tadi Alexa sedang berjuang memasang muka ramah dan menahan emosi selama bersama tuan muda itu.
Alexa tak menghiraukan tingkah rekan - rekan kerjanya itu. Percuma pikirnya. Kalau dilayani sekarang pasti juga dia akan habis di bully dan tidak akan menolong sama sekali. Dia langsung menuju ke ruangannya sendiri dan mengempaskan tubuhnya di kursi kerja, meraih gelas yang telah berisi air di sana dan meminumnya seperti orang yang telah menyelesaikan lomba lari.
Setelah tenang Alexa meraih dokumen yang berisi data tuan muda itu. Dengan seksama dia mulai membaca satu persatu informasi yang tertera di sana.
See…benar dugaannya, tuan muda itu hanya 2 tahun lebih tua dari Anthony adiknya. Dari sana dia tahu jika tuan muda itu baru kembali dari Australia setelah menetap hampir 4 tahun tanpa menyelesaikan kuliahnya.
Dasar anak horang kaiyah, bocah manja, gumamnya.
Ah..tetiba kangen Anthony adik semata wayangnya yang mendapat beasiswa untuk kuliah di Jepang. Kapan ya terakhir kita bertemu?
Ntar weekend mesti di telepon nih, masih hutang naik gunung bareng aku ya kamu Anth, gumam Alexa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Etik Widarwati Dtt Wtda
nahan nsfas
2024-06-06
0
Uya Memang Surya
seperti apa Anthony? kayanya menyenangkan 😁
2022-11-16
0
fifid dwi ariani
trus berkarya
2022-10-18
0