Penawaran Theo
Apa maksud semua ini? Siapa laki-laki itu?
Tunggu!
Alexa segera mengeluarkan telepon genggamnya untuk melihat inbox email yang mungkin terlewatkan. Namun tidak ada satu pun email yang membahas tentang tim baru, mutasi dirinya ke divisi lain atau bahkan mungkin pemecatannya.
Wah gawat! Jangan-jangan gara-gara revisi analisa data proyek take over apartemen yang kemaren tidak sesuai dengan keinginan Pak Nugraha ya? Tapi bukannya Pak Nugraha menerima penjelasannya dan tambahan data pendukung yang telah ia susun?
Dalam kebingungannya, sudut mata Alexa langsung tertuju pada Ninda yang tertangkap basah sedang memperhatikannya. Ninda langsung menggelengkan kepala dan memiringkan bibirnya menunjuk ke arah ruangan Pak Theo.
Tanpa pikir panjang Alexa segera membalikan badan untuk menuju ke ruangan atasannya. Tanpa melihat lebih jauh, ternyata laki-laki itu sudah keluar dari ruangannya dan berada tepat di belakangnya.
Bruk!
Tubuh Alexa menabrak tubuh lelaki itu. Tinggi Alexa yang hanya sebahu lelaki itu membuat Alexa tak sengaja mencium dadanya sehingga meninggalkan bekas lipstick di kemejanya. Lelaki itu menatap Alexa dengan pandangan aneh. Alexa yang tadinya kikuk segera sadar posisinya sebagai supervisor dan dia masih berkuasa di ruangan itu, setidaknya sampai teka teki tentang jati diri laki-laki itu terkuak.
Segera dia merubah tatapan matanya tajam, mendongak ke atas mencari manik mata laki-laki yang langsung dianggap musuh oleh alam bawah sadarnya. Lelaki itu bergeming masih tetap dengan tatapan datarnya. Tak mau berlama-lama, tanpa bicara Alexa segera meninggalkan laki-laki itu menuju ruang kerja atasannya.
Tok! Tok! Tok!
Alexa megetuk pintu ruangan atasannya dengan cepat. Tanpa menunggu jawaban, segera dia masuk dan langsung berdiri tepat di depan meja kerja Theo.
“Selamat pagi Nona Alexandria Setiady, duduklah!” sambut Theo dengan senyum yang ramah.
Mendengar namanya disebut dengan lengkap, Alexa sudah menangkap hal yang tidak enak akan menimpanya.
“So..how’s your weekend? Mau dipesankan kopi?” Basa basi busuk dari Theo masih berlanjut.
Alexa bergeming dan Theo sudah tahu jika Alexa tidak membutuhkan basa basinya itu. Gadis itu sedang menunggu penjelasan darinya tentang laki-laki yang berada di ruang kerjanya.
“Sudah bertemu dengaan Tuan Devon Brahmana Putra?” tanya Theo kemudian.
Kening Alexa berkerut.
Tunggu-tunggu!
Maksudnya laki-laki tadi anak bos besar? Mau apa dia di sini, di ruanganku lagi, gumam Alexa dalam hati.
Berbagai analisa mulai berkecamuk di pikiran Alexa.
Seakan mampu membaca pikiran gadis itu, Theo tersenyum kembali melanjutkan penjelasannya.
“Tenang Lex, tidak ada yang bisa menggantikanmu di posisi itu, kecuali kamu dipindahkan ke divisi lain. Tuan muda itu akan magang di tim kita selama enam bulan ke depan dan kamu, Alexa yang akan menjadi mentornya," ujar Theo.
“What!!"
"Kena…maaf maksudnya, saya merasa terhormat mendapat kesempatan ini. Akan tetapi mengapa harus saya Pak? Menurut hemat saya, masih ada Pak Dirga yang pantas untuk tugas mulia ini," protes Alexa dengan santun untuk bernegosiasi dan segera memperbaiki tata bahasanya menjadi formal mengingat pembicaraan serius yang harus dia hadapi dengan atasannya.
“Dengan kondisi Ibunya yang masih butuh perawatan pasca kecelakaan, kasihan jika Dirga harus mendapat tugas ini," jawab Theo.
“Jadi, pagi jadwal Tuan Devon dimulai dengan bekerja seperti yang lain. Kemudian, siang beliau akan pergi kuliah dan pulang kuliah sekitar pukul enam sore. Setelah itu jadwal magangnya dengan kamu Lex."
Mendengar hal itu wajah Alexa menegang. Dia sudah membayangkan akan pulang telat setiap hari selama enam bulan ke depan. Jika itu untuk mengerjakan deadline baginya tidak masalah. Tapi ini harus menjadi mentor anak big bos yang terlihat seperti seorang bad boy, bocah tengil yang masih suka bermain.
“Hanya kamu satu-satunya harapan saya Alexa. Tenang saja, karena ini tugas yang menyangkut masa depan karir kita di Brahmana Corporation, jika kita berhasil maka saya akan memberikan hadiah khusus buat kamu. Hmm bagaimana dengan satu minggu perjalanan full akomodasi ke kota Alexandria Mesir?” ujar Theo sambil mengedipkan mata.
Apa? Trip gratis ke Alexandria!
Deal!
Tanpa pikir panjang Alexa langsung berdiri dan mengulurkan tangan untuk menjabat tangan atasannya itu. Dia lupa kalau tadi sudah menukar mode bicaranya ke mode baku sebelumnya. Wajahnya yang tadi tegang dan suram langsung dihiasi oleh senyum yang semringah.
Theo menyeringai. Dia tahu betul isi salah satu bucket list Alexa adalah mengunjungi kota yang diabadikan orang tuanya menjadi namanya.
Demi bucket list, jangankan 6 bulan 1 tahun pun akan dijalaninya dengan suka cita menjadi baby sitter bocah elit itu pikirnya.
Eh amit –amit, no no no..ralat 6 bulan aja, 1 tahun kelamaan, bisa kena stroke dia mengahadapi big boss kecil itu.
Ketika akan melangkahkan kakinya keluar ruangan Theo, Alexa terpikir sesuatu. Dia langsung memutar haluan tubuhnya menghadap kembali ke arah atasannya itu.
“Itu…apa mesti ya dia..eh Tuan Devon satu ruangan dengan saya?” tanyanya untuk meyakinkan diri.
“Tentunya Al, kita sudah tidak ada kubikel lagi. Terlebih 'kan kalian harus dekat sebagai mentor dan anak magang biar lebih gampang komunikasi dan memberi pengarahan," jawab Theo dengan santainya.
Ok whatever! Yang penting tiket perjalanan full akomodasi ke Alexandria gratis coy!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Uya Memang Surya
demi tiket😆
2022-11-16
1
fifid dwi ariani
trus sukses
2022-10-18
0
Anis
apa jgn2 alexandria lahir di mesir ya kak?? apa nyetak alexa nya di mesir???🤔🤔🤔
2022-05-22
2