Sore itu setelah selesai dari random check alur pelayanan di bagian pemasaran sebuah proyek properti, Devon ada keperluan ke kampusnya untuk bertemu dengan project group yang sedang mengerjakan tugas dari dosen mereka.
Karena terlalu jauh dan buang waktu jika harus mengantar Alexa kembali ke kantor, akhirnya Alexa memutuskan untuk ikut ke kampus Devon. Pemuda itu menunjukan sebuah café tenda yang ada di dekat taman kampus untuk tempat Alexa menunggu, karena Devon akan menemui teman-temannya di dalam kelas.
Café tenda itu cukup nyaman karena di kelilingi oleh tanaman yang tinggi dan rindang. Ada gerai makanan dan minuman kekinian di sekitar area itu. Di tengah ada sebuah panggung kecil yang sedang mempertontonkan sekelompok anak muda sedang memainkan alat musik band yang cukup lengkap. Sepertinya mereka sedang latihan.
Alexa menikmati minuman dingin yang ia pesan sambil mendengarkan alunan musik dari band tersebut dengan sesekali menggoyangkan kepala dan ikut bersenandung ketika familiar dengan lagu yang dimainkan.
Anggap saja lagi hangout di café seperti ritual Jumat malamnya dengan Ninda dan Femi, begitu gumam Alexa dalam hati.
Ih beneran ya sudah berapa lama dia kehilangan moment happy-happy *sama**The Girls** ya? Sepertinya sejak jadi baby sitter** tuan muda. Huh sudah lama ya*?
Masih asyik dengan lamunannya, seseorang mecolek bahunya. Alexa langsung memalingkan wajahnya mengira Devon yang sudah kembali.
“Mbak Alexa ya?” tanya pemuda yang menghampiri Alexa.
“Ya!? Eh… siapa ya?” jawab Alexa yang langsung merasa pernah melihat wajah pemuda itu.
“Aku Andi, Mbak. Yang biasa ngamen di Café Kemang," jawab pemuda itu yang langsung membuat Alexa mengangguk-anggukan kepala ketika memori otaknya mengingat keberadaan Andi.
“Hei..kok di sini?” tanya Alexa spontan.
“Aku ikutan band kampus sambil isi waktu di Café Rindang ini juga. Hmm Mbak, boleh minta tolong ga? Vokalis kami ga bisa datang latihan, bisa bantu kita jadi vokal ceweknya ga, Mbak?” jawab Andi sambil meminta pertolongan pada Alexa.
Andi tahu jika Alexa kadang kadang suka ikutan nyanyi di Café Kemang bersama Ninda dan Femi walau pun dengan gaya kocak dan asal.
“Aduh..malu ah," ujar Alexa sambil melihat sekeliling.
Ternyata café bersuasana taman itu masih sepi. Karena sedikit memaksa dan Alexa merasa bosan menunggu akhirnya Alexa ikut melangkah ke arah panggung kecil itu.
“Lagu apa nih? Jangan yang susah dan tinggi-tinggi ya, bisa nyangkut ntar," ujar Alexa setelah bersalaman dengan teman-teman Andi. Gadis itu pun mulai merasa nyaman dengan kursi serta pengeras suara yang berada di depannya.
“Yang gampang kok. Berpisah itu mudah lagunya Rizky Febian. Mbak bagian suara Mikha ya," ujar Andi menjelaskan.
Alexa pun membuka aplikasi lirik lagu di ponselnya. Alexa lumayan hapal lagi itu karena lagu patah hati kekinian itu sering diputar Femi dan dia pun lambat laun mulai menyukainya.
“Kasih kode ya kapan part aku mulai," pinta Alexa kemudian.
Musik intro pun mengalir.
Suara merdu Andi pun mulai terdengar, Alexa dengan seksama memperhatikan setiap kata yang meluncur dari mulut Andi sambil menggoyangkan tubuhnya mengikuti irama dan menunggu kode kapan partnya dimulai. Sesekali ia memperhatikan layar telepon genggamnya untuk menyamakan lirik lagu tersebut
Makan di resto terenak, membaca di sudut paling tenang, menonton pertunjukan musik, telusuri jalanan dari malam hingga pagi….
Kemudian Andi memberi kode agar Alexa memulai bernyanyi sambil melihat ponselnya.
Kita pernah lama bersama, semua titik di kota ini adalah kita, walau kau putuskan untuk pergi, cerita kita tetap ‘kan abadi
Percayalah sayang….
Andi terdengar melantunkan syair lagu sendiri.
"Eh, maaf ini berdua ya reffnya, lupa sorry sorry. Kan jadi kacau," ujar Alexa merasa tidak enak.
“It’s ok, kita ulang pas reff ya," ujar Andi menenangkan Alexa.
"One two three!" Andi memberi aba-aba.
Percayalah sayang berpisah itu mudah, tak ada kamu di hidupku aku mampu, namun menghapuskan semua kenangan kita, adalah hal yang paling menyulitkan untuk ku
Yes good, next!"
Kode Andi mengarahkan Alexa. Alexa pun menarik nafas dalam memulai part-nya.
Simpan baju kesayangan, tutup album fotoku
rapat-rapat, buang buku –buku puisi, mengganti semua dekorasi…
Andi menunjuk ke dadanya untuk menunjukan bahwa sekarang gilirannya.
Semua hal yang kucoba lupakan, selalu berujung padamu, semua tempat yang telah kudatangi, selalu ada kamu
Andi menunjukan jari telunjuk dan tengah memberi kode jika part selanjutnya untuk berdua.
Kamu lagi, kamu, kamu lagi, kamu lagi…
Percayalah sayang berpisah itu mudah, tak ada kamu di hidupku aku mampu, namun menghapuskan semua kenangan kita, adalah hal yang paling menyulitkan untuk ku
Yeay!
Andi mengangkat tangan kanannya ke udara dan langsung dibalas oleh Alexa sambil tertawa.
Tos!
Rekan-rekan Andi yang lain pun tersenyum senang ke arah Alexa dan Andi.
Setelah menarik nafas dalam, mereka pun memulai lagi sesi latihan itu dan Alexa melaluinya dengan lebih baik dari sebelumnya terlihat dari penghayatannya yang seperti penyanyi aslinya.
Entah mengapa Alexa merasa lirik lagu itu ada kesamaan dengan kisah percintaannya. Beberapa hal di lirik itu memang benar ia lalukan untuk bangkit dari keterpurukan. Tapi apakah benar dia belum bisa melupakan Mahesa?
Selama berada di atas panggung, Alexa tak menyadari jika Devon telah duduk di meja tempat sebelumnya Alexa duduki, karena ia terlalu fokus ke arahan Andi dan layar ponselnya. Devon terlihat menikmati penampilan Alexa yang di luar dugaannya. Dia seperti menemukan sisi lain dari seorang Alexandria yang selama ini hanya membicarakan tentang pekerjaan.
Memang ketika sedang fokus bekerja, beberapa kali Alexa memakai earphone seperti mendengarkan sesuatu. Tapi itu biasa dilakukan oleh yang lain jika sedang memeriksa banyak data. Dia pun tahu Alexa dan The Girls sering hangout di café tapi tidak menyangka kalau Alexa bisa bernyanyi.
“Ok, thanks banget ya, Mbak,” ucap Andi setelah mereka menyelesaikan sesi yang hampir sempurna itu.
“Oh..udahan nih?" ujar Alexa seakan-akan enggan untuk mengakhiri sesi ngeband perdananya itu.
“Maunya terus, tapi tuh pacarnya udah nungguin," jawab Andi sambil melirikan matanya ke arah Devon duduk.
Alexa pun menoleh ke arah yang ditunjukan oleh Andi.
Ya ampun! Ada Devon di sana.
Sesaat Alexa jadi kaku tapi kemudian dia langsung beranjak ke meja tersebut mengabaikan kata 'pacar' yang diucapkan Andi.
“Loh kok udahan, baru juga duduk," ujar Devon ketika Alexa sampai di meja itu.
Alexa hanya tersenyum kemudian meraih minuman dingin yang tadi belum ia habiskan.
“Tugasnya udah selesai?” Alexa malah balik bertanya. Devon hanya mengangguk sambil ikut menyeruput nimumannya sampai habis.
Melihat itu Alexa berdiri sambil menyangkutkan tas di bahunya kemudian melambaikan tangan ke arah Andi dan teman-temannya sebagai salam perpisahan. Andi dan teman-temannya serentak mengucapkan terima kasih.
Sepanjang jalan Alexandria dan Devon larut dalam pikiran masing-masing. Devon sengaja memutar radio yang mengalunkan lagu-lagu yang sedang hits, seakan ingin memancing reaksi Alexa. Namun Alexa terlihat santai masih bergeming dari posisinya. Gadis itu memang tak berniat terlalu akrab dan terbuka dengan Devon kecuali ketika bekerja.
Selama ini pun Devon tidak terlalu mempermasalahkan hal itu, karena dia menghargai Alexa yang sudah banyak membantunya dalam menjalani magang bahkan kadang tugas kuliahnya.
Devon menutupi tingkah bad boynya selama bersama Alexa, walau pun kadang dia merasa penasaran dengan sikap Alexa itu. Terlebih menurut pengalaman, tak banyak gadis yang bertahan jaim selama itu bila bersamanya.
Bahkan ia tahu jika Ninda dan Femi pun sering mencoba mencuri perhatiannya. Berbeda dengan Alexa yang terkesan biasa saja selama bersamanya, benar-benar hanya peduli padanya jika itu menyangkut urusan magang dan kuliah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Anfit Annisa Fitri Tangka
😢
2023-01-30
0
Uya Memang Surya
serunya😆
2022-11-16
0
fifid dwi ariani
trus berusaha
2022-10-18
0