Devon dan Alexa diantar Steven dan Sierra ke halaman depan setelah mereka berpamitan untuk pulang. Namun langkah mereka terhenti ketika sebuah motor balap keluaran terbaru memasuki halaman dan berhenti tepat di depan mereka. Terlihat seorang pemuda berbalut jaket dan celana jeans membuka helm di kepalanya kemudian berjalan mendekati keempat orang yang dari tadi memperhatikannya.
“Wah baru lagi nih, Bim," ucap Sierra begitu mengenali pemuda yang baru turun dari motor itu.
Bima hanya tersenyum menanggapi perkataan gadis tinggi semampai itu.
“Ngumpul ga calling-calling ya. What’s up bro!"
Tatapan Bima tertuju pada Devon. Pemuda itu pun membuat salam khas lelaki seperti salam komando.
“Sibuk dia, baru sempat mampir. Itu pun setelah gue nelpon ribuan kali," sindir Steven pada pemuda yang berdiri di depan Bima.
Yang disindir pun hanya bisa tersenyum getir mengingat bagaimana susahnya untuk berkumpul dengan teman-temannya itu karena dia harus menghindari mata-mata kakaknya.
“Habis gue slowlah kita ngumpul-ngumpul. Sekarang gue ga bisa, ga ada waktu," jawab Devon tanpa memberi tahu alasan yang sebenarnya.
“Sibuk amat sih. Kalo nyobain itu ada waktu ga? Gue yakin elo udah lama ga narik," tawar Bima sambil menunjuk motor barunya yang termasuk produk terbaru dari Ducati yang harganya menyaingi harga mobil mewah.
Devon yang memang menyukai otomotif dan sangat tergiur dengan produk baru itu pun langsung meraih kunci motor dari tangan Bima. Dia melangkah mendekati motor berwarna merah itu dan menaikinya. Sebelum memakai helm Devon melemparkan kunci mobilnya ke arah Bima yang langsung ditangkap dengan sigap oleh laki-laki itu.
“Lexa, ikut Bima ya, kita ketemuan di café biasa yang dekat Semanggi " ujarnya pada Alexa yang sedari tadi masih berdiri di sana di samping Sierra.
“Eh gue ikut dong kalo ke café, makan ya. Laper," potong Steven begitu mendengar rencana dadakan dari Devon.
“Sierra, ikut yuk," ajak Alexa karena merasa tidak enak pergi dengan Steven dan Bima yang baru dikenalnya.
“Lain kali deh Al, aku lagi diet. Ntar kita set waktu sendiri ya," tolak Sierra.
Kedua gadis itu pun terlihat saling bertukar no handphone dan berpamitan.
Alexa pun mengikuti langkah Steven dan Bima menuju mobil Devon yang terparkir tak jauh dari motor balap itu. Gadis itu pun duduk di bangku penumpang sementara Steven duduk di depan di sebelah Bima yang mengambil alih kemudi.
Tak lama kemudian mobil itu pun meluncur meninggalkan rumah besar berpagar tinggi itu disusul oleh Devon yang memacu kuda besi yang ditungganginya.
“Beneran udah kepunan itu anak naik motor," komentar Steven melihat Devon dari dalam mobil ketika ia memacu motor itu dengan kencang.
“Jangan sampai dikejar polisi tu bocah gara-gara ngebut," ujar Bima sambil mengintip lewat spion ke samping dan belakang.
Saat itu matanya menangkap bayangan Alexa di kaca spion.
“Sampai lupa, ada yang manis di belakang. Gebetan baru Devon ya? Namanya siapa cantik?” goda Bima yang masih sesekali melirik ke arah spion.
“Eh main cantik - cantik aja." Steven menyentil kening Bima. “Kenalin itu Alexa, mentornya Devon."
"Ini yang namanya Bima Mangkuta Dirja pewaris Mandira Group, Al," terang Steven memperkenalkan keduanya.
“Oh mentor Devon. Hmm mentor apa baby sitter." Bima terbahak dengan ucapannya sendiri. “Banyak sabar aja ya Al ngadepin bocah tengil macam dia ya."
Bima memang dari dulu suka mengejek temannya itu.
Alexa memilih diam dan melempar senyum datar mendengar hal itu, dia tak berniat mengomentari.
“ Hebat bener jadi karyawan di Brahmana Corp. hari libur masih kerja ngurus bocah. Pasti dibayar mahal nih." Giliran Alexa yang disindir oleh Bima.
“Biasa saja. Di mana-mana juga perusahaan pasti pernah memberi tugas ekstra pada karyawannya. Dulu waktu saya magang di Mandira Group yang di Slipi juga sering dapat tugas tambahan di hari libur." Alexa sengaja memberi contoh agar mematahkan keingintahuan laki-laki itu lebih jauh.
‘Oh ya? tahun berapa magangnya? Kayaknya ga pernah liat kamu deh," selidik Bima.
Mana mungkin dia bisa melewatkan wajah bening seperti Alexa ada di perusahaan keluarganya karena dia adalah pecinta wanita sejati yang suka menggoda gadis mana pun yang menarik hatinya.
Sementra Alexa hanya menarik nafas dalam. Niatnya agar Bima tidak bertanya lagi malah membuat makin panjang urusannya.
“Sudah lama sekali. Hampir sepuluh tahun yang lalu," jawab Alexa yang membuat Bima melongo dan langsung memperhatikan bayangan Alexa di kaca spion untuk memastikan.
“Elo yakin sepuluh tahun? Emangnya elo SMP udah magang apa?"
Bima heran karena dia menyangka Alexa ga beda jauh usianya dengan mereka. Steven yang mendengar itu hanya geleng-geleng kepala melihat raut wajah temannya.
“Makanya yang sopan kalo ngobrol ama yang lebih tua, jangan main bilang cantik - cantik aja," ejek Steven pada Bima yang masih terus mencuri pandang ke belakang melalui kaca spion.
Setelah hampir setengah jam berkendara, mereka pun sampai di tujuan. Terlihat Devon sudah menduduki kursi di sebuah meja persegi. Alexa dan kedua kenalan barunya itu pun meghampiri meja Devon. Tak lama kemudian pelayan mengantar makanan dan minuman yang telah dipesan terlebih dahulu oleh Devon. Cukup lama mereka berbincang sampai akhirnya Devon berpamitan karena dia harus kembali ke kediaman orang tuanya.
Devon, Steven dan Alexa pun meninggalkan Bima yang masih di café itu untuk menunggu anak buahnya yang meminta waktu untuk bertemu. Tak lama Bima pun menyelesaikan pertemuan dadakan itu dan dia mulai melangkah meninggalkan café menuju parkiran.
Namun langkahnya yang mencapai teras café terhenti ketika seorang pelayan mengantarkan sebuah saputangan yang dia temukan di bawah meja dekat Bima dan teman-temannya duduk.
Bima memeriksa saputangan biru yang terdapat bordiran panda serta inisial ALX di bawahnya. Melihat itu Bima bisa memastikan bahwa saputangan itu adalah kepunyaan Alexa. Laki-laki itu pun menerima dan menyimpan kain biru itu di saku jaketnya. Kemudian pemuda flamboyan itu memacu motor barunya kembali ke kediamannya.
Kedatangan Bima di sebuah rumah besar bergaya klasik yang didominasi cat berwarna abu-abu dan putih disambut oleh Abimanyu kakak satu-satunya. Seorang laki-laki berusia tiga puluhan dengan tubuh tinggi tegap berahang tegas dengan rambut klimisnya. Laki-laki itu memperhatikan gerak – gerik Bima yang turun dari motornya sambil membuka jaket dan helmnya.
“Kebut-kebutan lagi ya kamu Bim? Ga ingat perjanjian kita," ujar laki-laki itu dengan nada menyelidik.
“Ga lah Mas, mana mungkin aku mau motor cakep gini disita. Yang ada juga ntar Mas ikutan ngebut," sahut Bima.
“Mau coba ga? Ajib bener ini," goda Bima untuk memanasi kakaknya itu.
“Sini!" Abimanyu pun menyambar jaket di tangan Bima dengan cepat.
Kemudian dia mulai memasang kain berbahan jeans itu di tubuhnya. Dia terlihat menarik resleting jaket itu hingga mencapai lehernya dan kemudian merogoh kantong yang terletak di samping kiri kanan jaket itu untuk mencari kunci. Tangannya meraup isi kantong dan menemukan benda yang dia cari beserta sebuah kain biru.
Kain itu menarik perhatian Abimanyu karena terlihat sebuah gambar bordiran yang dia kenal. Dia membuka lebar kain yang ternyata saputangan dengan corak bordir panda dan tulisan 3 huruf capital di bawahnya.
Sapu tangan panda? Gumamnya dalam hati.
“Eh, sini Mas, itu punya orang," sahut Bima melihat saputangan yang berada di genggaman kakaknya.
“Punya temen kamu, Bim?” selidik Abimanyu.
“Ya ga temen juga sih. Baru ketemu tadi. Itu punya Alexa mentornya Devon tadi ketinggalan di café."
Informasi yang meluncur dari mulut adiknya itu membuat Abimanyu hening. Walaupun hanya beberapa kata tapi baginya sudah cukup sebagai informasi awal untuk mencari keberadaan pemilik saputangan biru berlogo panda yang selama ini dia cari.
Hmmm Alexa bekerja di Brahmana Corporation, ulangnya dalam hati.
Sementara di jalanan Jakarta yang terlihat masih ramai lancar, Devon masih mengendarai mobilnya setelah mengantar Steven ke rumahnya dan dilanjutkan mengantar Alexa pulang ke apartemen mereka. Alexa yang duduk di kursi depan di samping Devon terlihat mencari sesuatu di tas kecilnya. Berkali-kali ia terlihat merogoh semua kantong yang ada di tas itu.
“Cari apa sih?" tanya Devon yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik gadis itu.
“Saputangan," jawab Alexa tanpa melihat ke arah laki-laki itu.
“Itu ada tissue di belakang," sahut Devon.
“Bukan mau tissue. Tadi kayaknya pas di café aku iket rambut pake saputangan deh. Ini ga nemu."
Alexa meraba rambutnya yang tergerai sambil mengingat-ingat.
“Perlu banget sekarang? Mau mampir beli dulu?" tanya Devon kemudian.
“Ya ga sih. Ya sudahlah. Sudah hilang 2 biji nih saputangan. Aku masih punya satu sih. Tapi itu kenang-kenangan dari anak panti asuhan yang dikelola Ibu waktu di Sumatera," kenang Alexa terlihat sedih sambil menatap tasnya yang masih terbuka berharap menemukan benda yang dia cari di sana.
Tak lama mereka pun sampai di depan lobby apartemen. Devon menurunkan Alexa di drop off area setelah itu ia langsung memacu mobilnya meninggalkan area itu menuju kediaman orang tuanya di Bogor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Etik Widarwati Dtt Wtda
sapa abimanyu
2024-06-06
0
tarip03🍁
abimanyu?? siapa lg ini? ada apa dengan sapu tangan di masa lalu??
2021-11-01
1
🐝⃞⃟𝕾𝕳 YULI HARTATI 𝕱𝖘
datang lagi pengagumnya alexa
2021-07-09
1