Di Terpa Banyak Musuh

Alexa dan Alexus merasa lega karena si ibu dan bayinya tidak sampai tertabrak oleh mobil tersebut.

Sementara si ibu celingukan dan dia pun segera menghela napas panjang mengusap-usap dadanya karena dia pikir akan mati tertabrak oleh sebuah laju mobil yang sangat cepat.

Si ibu tersebut langsung mendorong strollernya ke pinggir, sementara pengendara mobil tersebut masih saja heran bagaimana mungkin dia bisa mengerem mendadak, padahal yang dia tahu kakinya sama sekali tak menginjak rem bahkan setelah ibu itu minggir mobil melaju kembali.

"Untung saja kakak cepat tuh mengendalikan mobil itu, sehingga si ibu dan bayinya tidak sampai tertabrak begitu saja," ucap Alexa.

Mereka pun melanjutkan perjalanannya pulang, dengan berjalan kaki. Karena mereka bosan naik kendaraan terus. Dan pada saat baru setengah jalan, mereka kembali lagi di hadapkan pada suatu masalah.

"Ka, sepertinya akan ada masalah lagi. Tapi kali ini bukan manusia biasa, tetapi seorang dukun yang punya kekuatan ilmu hitam," ucap Alexa yang membuat Alexus terkekeh.

"Ka, kok malah tertawa? aku ini bicara serius, ada seseorang dari dunia kegelapan yang menginginkan kita," ucap Alexa meyakinkan Alexus.

"Lexa, di zaman modern seperti ini mana ada hal-hal seperti itu," Alexus masih saja belum percaya dengan apa yang dikatakan oleh adiknya.

"Ya sudah jika kakak tidak percaya padaku setidaknya kakak harus tetap waspada," pesan Alexa.

Sementara mata batin Alexa semakin terbuka dan semakin dekat dia mampu merasakan akan ada bahaya menyerang dirinya dan kakaknya.

"Awas kak, menunduk!" tiba-tiba Alexa berteriak pada Alexus seraya menarik tubuh Alexus.

Terlihatlah sebuah gumpalan awan hitam ingin menghantam keduanya.

"Apa itu tadi, Lexa?" tanya Alexus yang sempat melihatnya.

"Itu kiriman dari salah satu dukun yang punya kekuatan hitam. Dia menggunakan awan hitam untuk menangkap kita," ucap Alexa.

Tak berapa lama ada seorang wanita tua yang sedang menangis di pinggir trotoar.

"Ka, sebaiknya kita tak usah lewat depannya. Kita balik arah saja, ka." Ucap Alexa yang sudah punya firasat tak baik.

"Ada apa lagi, Lexa. Nenek itu sedang sedih dan butuh bantuan kita, masa iya kita malah berlalu begitu saja," protes Alexus dan ia tetap saja akan mendekati nenek itu.

Namun Alexa menarik tangannya untuk tidak mendekati si nenek itu.

"Ka, jangan mendekat dan jangan sampai melihat matanya!"

Alexa lekas mengambil cermin besar di tas besarnya. Dan pada saat si nenek menenfadah melihat ke arah si kembar< Alexa menutup mata Alexus dengan tangannya dan dia menutup matanya sendiri dengan cermin tersebut.

Pancaran sinar yang keluar dari mata si nenek memantul dari cermin ke arah dirinya sendiri. Dan berbalik ke matanya sendiri membuat si nenek kesakitan karena matanya terbakar seketika.

"Aahhhhhhhhhh....dasar anak-anak sialan! awas ya, kalian akan aku balas suatu saat nanti!" si nenek pun berlari begitu cepat hingga sekejap mata tak terlihat.

"Lexa, terima kasih ya. Mulai sekarang aku akan selalu percaya dengan apa yang kamu katakan. Maafkan kakak ya, yang sempat tak percaya padamu," ucap Alexus.

"Iya, ka nggak apa-apa. Sebaiknya kita pesan taxi on line saja, Ka. Karena tak mungkin kita bisa hadapi setiap rintangan dalam waktu satu hari. Sudah berapa kali hari ini kita hadapi rintangan. Energi kita bisa terkuras habis, ka," pinta Alexa.

"Benar juga apa yang kamu katakan, ya sudah biar Kaka yang pesan taxi on line. Nanti setelah kita sampai di rumah segera kita istirahat supaya tenaga dan kekuatan kita lekas pulih kembali seperti sediakala."

Alexus lekas meraih ponselnya dan ia pun lekas memesan taxi on line. Dan hanya menunggu beberapa saat saja, taxi on line pesanan mereka telah datang.

Saat itu juga mereka langsung masuk ke dalam taxi on line tersebut. Hanya beberapa menit saja, mereka telah sampai di depan pintu gerbang mension Michelson.

Security langsung saja membukakan pintu gerbang untuk si kembar. Dan mereka langsung saja masuk ke dalam rumah. Untung saja tidak ada Michelson dan Rose karena mereka sedang ada urusan pekerjaan.

Sore menjelang barulah Rose dan Michelson pulang ke rumah, mereka melepas penat dengan melakukan ritual mandi bersama.

"Mom, nggak sengaja ya kita pulang bareng. Aku ingin mandi bareng sama kamu ya?" ucap Michelson mengedipkan matanya.

"Hem, pasti ada maunya nech. Pintu kamar di kunci dulu supaya tidak ada anak-anak masuk." Pinta Rose dia melangkah ke kamar mandi sementara Michelson mengunci pintu kamarnya.

Sementara anak-anak sedang tidur karena mereka kelelahan begitu banyak mengeluarkan energi pada saat melawan orang-orang yang jahat.

Satu persatu Rose menanggalkan bajunya hingga tak sehelai benangpun ada di tubuhnya. Dia langsung menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya.

Kesempatan ini tak di sia-siakan oleh Michelson, dia pun segera menanggalkan seluruh pakaiannya dan memeluk tubuh Rose dari belakang, hingga dia pun ikut terguyur oleh siraman air shower.

Michelson mulai beraksi di sore hari dengan menciumi tengkuk leher Rise seraya kedua tangannya memainkan dua benda kenyal milik Rose.

Permainan yang sangat di sukai oleh Rose yang mampu membuatnya terbang melayang ke langit ke tujuh.

Rose merasakan ada sesuatu yang berkedut di bawah sana yang sudah tak sabar ingin mengobrak abrik gua hutan rimba yang penuh dengan bulu halus.

Rose membalikkan tubuhnya, dia pun langsung mencium bibir Michelson dan langsung mendapatkan respon dari suaminya.

Terjadilah persilataan antara lidah dan mereka saling bertukar saliva. Permainan terus berlanjut hingga pada akhirnya terjadilah penyatuan tubuh di sore hari di sebuah kamar mandi pribadi. Setelah acara penyatuan tubuh selesai barulah mereka benar-benar mandi bersama saling menggosokkan punggung satu sana lain.

"Mom, kamu nggak ingin punya baby lagi? kan Alexa dan Alexus sudah besar," ucap Michelson.

"Jika yang kuasa masih memberi ya aku terima, tapi sampai detik ini aku belum juga hamil, padahal aku nggak pake alat kontrasepsi apa pun. Sabar ya, Daddy. Jika jodoh pasti kita punya anak lagi."

Michelson hanya mengulas senyuman tanpa ada suatu perkataan lagi. Dia pun serius menggosok punggung istrinya.

Setelah tiga puluh menit ada di kamar mandi barulah keduanya selesai mandi. Lantas mereka berpakaian dan bersama-sama melangkah ke kamar ke dua anak mereka.

"Sepertinya mereka kecapean ya, dad? lihat saja tidurnya nyenyak sekali seperti itu," ucap Rose tersenyum bahagia pada saat melihat kedua anaknya tidur pulas sekali.

Berbeda dengan kedua anaknya mereka justru sedang bermimpi aneh. Hingga mereka tak juga bangun dari tidurnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!