Pak David tidak percaya dengan apa yang di dengarnya saat ini. Anak yang sudah hampir dua tahun ini tidak berdaya di atas tempat tidur tiba-tiba bangun dan meminta hal yang terasa aneh di telinganya, mengingat betapa Marvin mencintai wanita pujaan hatinya dulu.
Pak David memutar otaknya, jangan sampai pernikahan anaknya ini hanya untuk membuat orang tuanya terlihat senang. Apalagi mereka belum pernah melihat Marvin membawa seorang gadis setelah di tinggal kekasihnya itu.
"Bagaimana Bun?" Pak David melirik istrinya.
"Bunda mau tanya dulu Marvin, kamu mau menikah dengan siapa?" tanya Bunda Lusi.
"Dengan Ica Bun." Kata Marvin tegas.
"La kok bisa Marvin? Ica tolong jelaskan sama Bunda?" Selidik Bunda Lusi.
Ica yang dari tadi menunduk. Ia mengangkat kepalanya. Dan menatap Bunda Lusi dengan tatapan tidak enak hati. Ia sadar posisinya sekarang bagaikan di ujung tanduk.
"Sebelumnya maaf Bu, Ica juga tidak mengerti..tapi tadi ketika rombongan Ibu dan Bapak pergi tiba-tiba Tuan Marvin mengajak Ica segera menikah." Jelas Ica.
"Benar begitu Marvin?" Tanya Bunda Lusi.
Belum sempat Marvin menjawab. Om Budi yang sedari tadi berdiam diri, ia pun mengajukan usulnya.
"Begini saja Kak, Bang... Banyak pertanyaan pun kepada Marvin yang sedang di mabuk cinta ini akan percuma, jawabannya akan tetap sama yaitu ingin menikah." Kata Om Budi.
"Gimana sebaiknya kita tunda dulu sedikit pernikahannya. Bertunangan saja dulu untuk memantapkan hatinya kedua sejoli ini." Usul Om Budi.
"Iya Kak...Sebaiknya seperti itu dulu." Kata Tante Rika mendukung usul suaminya.
"Bagaimana nak?" Bunda Lusi melirik kearah Marvin dan Ica.
Marvin hanya diam, begitupun dengan Ica yang dari tadi serba salah. Mau menolak tidak enak mengingat keluarga ini sudah sangat baik kepada dirinya. Menerima juga, belum tentu Tuan Marvin sungguh mencintainya kelak. Dalam keheningan tiba-tiba Bunda Lusi kembali mengagetkan.
"Bagaimana Ca? Sekarang Bunda tanya sama Ica, apa sudah terjadi sesuatu hingga kalian mau cepat menikah?" Tanya Bunda Lusi.
"Tidak Bu." Jawab Ica cepat.
"Ca sekarang jawab Bunda, Apa Ica mencintai anak Bunda, Marvin?" Selidik Bunda Lusi.
"Ica tidak tau Bu." Jawab Ica jujur.
Sekarang semua mata yang ada di ruangan itu melihat ke arah Marvin. Marvin yang terlihat santai tidak menghiraukan tatapan intimidasi yang di tujukan kepadanya.
"Marvin, Kamu memaksa Ica untuk menikah sama kamu, begitu?" Pak David meninggikan suaranya.
"Bisa iya bisa juga tidak Yah. Tapi Marvin janji Marvin akan membuat Ica bahagia. Ayah Bunda tidak usah khawatir." Jelas Vano.
"Ica sebenarnya kami sudah menganggap dan mengangkat kamu sebagai anak kami. Nantinya kami akan menempatkan mu sebagai pendamping Marvin dan Vano." Jelas Pak David.
"Jadi.. Ica ini adik angkat Marvin dan Vano Bunda? Bukan pembantu di rumah kita ini?" Tanya Marvin penasaran.
Marvin menarik tangan Ica ke arah taman yang merupakan halaman yang luas di samping garasi milik keluarga David Wiraarga. Meninggalkan Pak David, Bunda Lusi, Om Budi dan istrinya Tante Rika yang tidak mengerti jalan pikiran Marvin.
"Ca kamu berhutang penjelasan kepada saya." Kata Marvin sambil menatap Ica dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Sa-ya tidak mengerti maksud tuan?" Jawab Ica bingung.
"Kemarin kamu bilang, bahwa kamu adalah pembantu di sini, bukan adik angkat seperti yang di katakan Bunda tadi." Jelas Marvin penasaran.
"Oh, itu Tuan.. Saya memang benar-benar tidak tau Tuan, awalnya Bunda memberikan beasiswa kepada saya, dengan syarat nanti kalau saya sudah lulus kuliah harus bekerja di perusahaan Pak David bersama Tuan dan Bang Vano."Jelas lca.
"Menurut saya apa salahnya saya membantu pekerjaan rumah untuk sedikit membalas kebaikan keluarga ini kepada saya. Hanya saja tadi malam, setelah mengantarkan makanan kepada Tuan, Bang Vano mengatakan kalau dianggap sebagai adik olehnya." Jelas Ica kemudian.
"Hm.. Jadi hanya Vano yang dipanggil Abang, saya enggak?" Tanya Marvin cemburu.
Ica hanya menunduk, malas berdebat dengan pria yang satu ini. "Sebaiknya Ica berdiam diri saja. "pikirnya dalam hati. Sedangkan Marvin terus melihat wajah Ica dan dalam hatinya ingin merasakan benda kenyal merah merona milik Ica.
" Kalau dengan menjadi pembantu untukku, kamu membalas kebaikan mereka. Terus balasan dari perbuatan baikku selama ini apa?" Tanya Marvin semakin memanas.
"Kapan Tuan baik kepada saya?" Tanya Ica dengan jujur.
"Oh, menurutmu saya belum pernah berbuat baik kepada mu?" Marvin di buat lemas oleh Ica.
Marvin tidak sabar lagi, ia menarik kepala Ica yang sejak tadi menunduk. Ia membenamkan wajah Ica dengan wajahnya, bib*r merah merona Ica di lahap dengan ganas oleh Marvin. Hingga Ica merasakan kesulitan bernafas.
"Jangan lupakan kebaikanku kali ini, Sayang..Saya senang menebar kebaikan setiap hari untukmu." Kata Marvin melepaskan pelukannya.
**********
Vano yang mengantar teman-temanya sudah kembali dengan mengunakan taksi, Karena mobilnya harus di rawat di bengkel. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri adegan yang dilakukan kakak dan adik angkatnya merasa aneh. "Sejak kapan mereka sedekat itu." Gumam Vano.
"Hem.. ada apa ini?" Tanya Vano seolah tidak mengerti.
"Sekarang adik kesayangan mu ini sudah menjadi milik Abang, mulai sekarang ia adalah kakak ipar mu." Kata Marvin cengengesan.
"Hem..." Vano berlalu meninggalkan Marvin dan Ica.
Didalam ruang tamu masih terlihat Om Budi, Tante Rika, Ayah David, dan Bunda Lusi mengobrol sambil minum teh. Vano masuk dan mengucapkan salam.
"Selamat sore Om, Tante, Ayah, Bunda." Sapa Vano.
"Iya, Sore Vano.. Duduklah sebentar sayang ada yang mau kami bicarakan." Kata Bunda Lusi.
"Ada apa Bunda?" Tanya Vano serius.
"Vano, kami sudah sepakat akan merestui hubungan Marvin dan Ica, dan acara pertunangan mereka akan diadakan minggu depan." Kata Bunda Lusi kembali.
"Iya Bunda, Vano setuju.. kelihatannya Ica bisa mengimbangi Bang Marvin yang suasana hatinya mudah berubah." Kata Vano.
"Walaupun ada rasa sedikit kecewa, mengingat Vano sudah menganggap Ica sebagai adiknya Vano." Lanjut Vano dengan perasaan berat.
"Ayah mengerti perasaanmu Vano, tapi mungkin ini untuk kebaikan Marvin agar melupakan gadis itu." Ujar Pak David.
"Iya Ayah, Vano mengerti." Vano tidak lagi membantah.
"Ayok Vano, panggilkan Marvin dan Ica tadi..Sebentar lagi kami mau pamit." Kata Om Budi.
Vano keluar memanggil kakak dan adik angkatnya itu. Mereka masuk ruang tamu dan duduk di samping Om Budi dan Tante Rika. Sedangkan Vano langsung menuju kamarnya di lantai atas.
"Marvin, Ica.. Om dan Tante pulang dulu, Kalian baik-baik yaa, minggu depan kami kesini lagi." Kata Om Budi.
"Iya Bud, terimakasih banyak." Kata Bunda Lusi bersalaman dengan Tante Rika dan menyerahkan berapa kotak kue yang dibungkus kantong besar.
"Hati-hati dik." Bunda Lusi melambaikan tangan.
"Ica, istirahatlah dulu nak." Kata bunda Lusi setelah membalikan badan.
"Marvin, biar Ica tidur di kamarmu dan kamu tidur di kamar tamu, sampai kalian resmi menikah." Kata Pak David.
"Bunda kita istirahat juga, Lelah sekali hari ini." Ajak Pak David sambil menggandeng istrinya.
"Ayoklah sayang." Canda Marvin sambil mencubit pipi kenyal milik Ica.
Marvin berlalu masuk ke kamar Ica. Sedangkan Ica menaiki tangga menuju kamar Marvin untuk tidur siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Rubyna
di sela sibuk menulis tak sempatin mampir di setiap episode nya, bukan hanya sekali,
2022-12-21
0
Via Ge
Terimakasih sudah mampir😍
2022-10-31
4