Keesokan harinya Pak Marjoyo dan istrinya Asmi beserta keluarga besar yang ikut menghadiri acara pertunangan kemarin. Sudah berangkat pulang ke desa sejak pagi tadi.
Begitupun dengan keluarga dari pihak Marvin. Mereka rata-rata pulang saat subuh pagi tadi, mengingat suami atau istri masing-masing harus bekerja.
Ica sudah bangun dari subuh, ia ikut membantu menyiapkan makanan untuk keluarga besar yang akan berangkat. Sedangkan Marvin setelah bersalaman Ibu dan Bapak Ica yang akan pulang, Ica masuk ke kamar tamu untuk menyambung mimpi kembali.
Ica yang sudah seminggu ini tidur di kamar Marvin, ia segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Hari ini menikmati pagi yang cerah, secerah hati kedua insan yang baru saja mengikat diri untuk saling menjaga. Dari percakapan tadi malam, rencananya hari ini Marvin akan mengajak Ica keliling-keliling kota, karena selama di kota ini Ica belum pernah sama sekali mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada.
Ica sudah menyiapkan diri. Ia turun ke lantai bawah berniat untuk membangunkan Marvin. Bunda Lusi sudah pergi ke kantor bersama Ayah David pagi tadi, setelah rombongan calon besan berangkat.
Sedangkan Vano belum kelihatan keluar dari kamarnya. Setelah tadi malam ia bertamu ke rumah kekasihnya Elvita.
"Bang, udah pagi nih.. Kok tidur lagi?" kata Ica sambil membuka gorden.
"Hem..nanti sayang." Jawab Marvin dengan mata masih terpejam.
"Bangunlah Bang. Katanya mau ajak Ica jalan hari ini?" Kata Ica.
Ica sambil menarik selimut Marvin. Bukannya bangun Marvin menarik Ica ke tempat tidur. Ica yang kaget langsung terjatuh tepat di atas tubuh Marvin. Marvin memeluk Ica dengan erat seakan tidak mau melepasnya lagi.
"Bang..mandi dulu tuh, bucuk bau acem." Kata Ica.
"Abang bau sayang? perasaan enggak.. Yah, udah abang mandi dulu." Kata Marvi.n
"Tunggu di sini yaa, jangan kemana-mana." Marvin berlalu ke kamar mandi.
Marvin segera membersihkan diri. Ia keluar dengan pakaian yang sudah melekat di badannya.
"Kamu tidak ganti baju dulu sayang." Tanya Marvin.
"Ah, enggak lah Bang. Kita kan hanya keliling-keliling." Jawab Ica.
"Yah, udah ayok." Ajak Marvin.
Marvin menggandeng Ica ke arah garasi. Ia mengeluarkan sendiri mobilnya. Marvin tidak lupa membukakan pintu mobil untuk kekasihnya tersebut.
Pak Yon segera membuka gerbang otomatis dari pos jaga.
"Pergi dulu ya Pak." Kata Marvin.
Bersamaan dengan itu Ica tersenyum kearah Pak Yon di pos jaga.
"Kamu kok senyum-senyum gitu sama Pak Yon. Jangan-jangan..?" Kata Marvin sambil tertawa.
"Ish... Abang, enggak lah. Itu namanya santun dan ramah." Jelas Ica manja.
"Iya sayangku..Kita ke salon dulu ya, habis itu kita makan." Kata Marvin.
"Iya, terserah Abang aja deh." Jawab Ica.
Mereka memasuki salon langganan Bunda Lusi. Marvin dulu sering mengantarkan Bundanya ke sana. Ica segera di pilihkan dress yang sesuai dengan tubuh mungilnya karena di salon ini bersebelahan dengan butik yang pemiliknya sama, pemilik salon dan butik ini kebetulan temannya Bunda Lusi yaitu Tante Lena.
"Hay, Tante." Sapa Marvin.
Tante Lena baru keluar dari dalam ruangan. Marvin menyapanya dan bersalaman di ikuti oleh Ica yang telah selesai mencoba dress tadi.
"Ini calon mu Ban?" Sapa Tante Lena ramah, sambil menjabat dan cium pipi Ica.
"Iya, Tante." Jawab Marvin.
"Saya Ica tante." Kata Ica sedikit membungkuk.
"Oh, iya maaf Tante baru pulang dari Singapura kemarin sore. Tidak sempat menghadiri acara pertunangan kalian, maaf ya Ica, Marvin." Kata Tante Lena.
"Iya Tante, Tidak apa-apa." Jawab Ica tersenyum.
"Sebagai kado pertunangan kalian, Tante kasih gratis perawatan dan pakaian juga aksesoris. Silahkan Ica pilih nak." Sambung Tante Lena.
"Terimakasih Tante, tapi..." Kata Ica ragu.
"Tapi apa sayang?" Tanya Marvin.
"Semua yang ada disini pasti mahal-mahal." Kata Ica yang tidak pernah memakai barang dari brand terkenal.
"Iya, sayang..Tante kasih gratis untuk kali ini, untuk selanjutnya calon suamimu pasti dengan senang hati menghadiahkan perawatan untuk kekasihnya." Kata Tante Lena memberikan gaun berwarna tosca untuk Ica mencobanya.
"Tante Lena benar sayang." Kata Marvin.
Setelah selesai perawatan, Ica juga telah memakai gaun pemberian dari Tante Lena. Ia terlihat anggun. Marvin melajukan mobil untuk mencari tempat makan dan bersantai.
Marvin telah sampai di cafe langganan, di sana menyediakan berbagai makanan seafood. Marvin dan Ica duduk berhadapan.
Tiba-tiba seorang gadis menghampiri mereka dari kursi arah belakang Marvin. Ica melihat sekilas karena merasa tidak mengenal gadis itu ia bersikap biasa saja.
"Hay...Sayang, apa kabar? Saya sangat merindukanmu." Gadis itu memeluknya dari belakang dan mencium pipi Marvin.
Marvin seketika menoleh, ia terlihat sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Marvin hanya takut terjadi salah paham bagi Ica tunangannya.
"Sean..?" Kata Marvin lemas.
Sudah dua tahun ini Marvin menunggu Sean kembali. Ia akan berusaha ikhlas dan memaafkan jika seandainya Sean menemuinya di rumah. Tapi ternyata semua nihil.Setelah ia mencoba melupakan Sean, tiba-tiba Sean datang kembali dengan keromantisannya.
Sean bergelayut di pundak Marvin tanpa ada balasan ataupun penolakan dari Marvin.
"Sayang, Kok diam? Sean minta maaf sayang." Kata Sean ingin mencium bib*r milik Marvin.
Marvin tiba-tiba menjauhkan wajahnya. Ia meninggalkan beberapa lembar uang untuk membayar makanan. Marvin menggenggam tangan Ica untuk segera pergi.
Ica hanya terdiam dari tadi tanpa terasa air matanya menetes, melihat perlakuan mesra gadis itu kepada tunangannya. Betapa Ica melihat bahwa Marvin masih menyimpan rasa untuk gadis yang tanpa di undang datang tepat dihadapannya.
Setelah sampai ke parkiran Marvin membukakan pintu untuk Ica. Ia segera memutar mobil pergi menjauhi tempat itu.
"Sayang? Kamu baik-baik saja?" Tanya Marvin yang melihat Ica dari tadi hanya berdiam diri.
Tidak terasa air mata Ica menetes. Ia membayangkan seandainya nanti Marvin benar berbalik pada kepda kekasihnya. Bagaimana dengan dirinya dan keluarganya.
"Ica tidak apa-apa Bang. Gadis itu siapa Bang?" Tanya Ica.
Marvin menepikan mobilnya dan berhenti. Marvin menghapus air mata Ica. Kemudian ia menghela napas.
"Bukan siapa-siapa sayang." Kata Marvin.
"Dia adalah masa lalu yang sudah membuatku kering, tapi kamulah yang membuatku segar kembali." Ucap Marvin sambil memeluk Ica.
"Tidak usah khawatir tentang dia, memilikimu sudah lebih dari cukup untuk saya." Bisik Marvin.
"Iya Bang."Jawab Ica mengangguk.
Tangis Ica pun pecah dalam pelukan Marvin. Kesempatan yang tidak dilewatkan oleh Marvin. Ia langsung memberikan sedikit kehangatan dan kelembutan di benda kenyal merah merona milik Ica. Berharap kekasihnya tidak larut dalam kesedihan karena pertemuan yang tidak di sengaja tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Melani Kristi
semangat yaa😍
2022-11-03
3